Selasa, 21 Maret 2017

Ulama: Wujudkan Maslahat Rakyat, Pemerintah Harus Atasi Propaganda Radikalisme



Para ulama khos atau ulama senior dan bijak menyerukan Risalah Sarang yang berisi sikap dan pandangan ulama Nahdlatul Ulama serta rekomendasi bagi organisasi NU dan pemerintah. Puluhan ulama khos dari sejumlah daerah di Indonesia menggelar pertemuan tertutup dan mendapat wejangan dari pengasuh Ponpes Al-Anwar, Maemoen Zubair, ulama berusia 89 tahun yang keilmuannya menjadi rujukan semua santri di Sarang.
 
REMBANG - Para ulama khos atau ulama senior menyerukan Risalah Sarang yang berisi sikap dan pandangan ulama Nahdlatul Ulama serta rekomendasi bagi organisasi NU dan pemerintah. Risalah berintikan ikhtiar mewujudkan kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Risalah Sarang diserukan oleh ulama khos di Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah, Kamis (16/3). Sebelumnya, puluhan ulama khos dari sejumlah daerah di Indonesia menggelar pertemuan tertutup serta mendapat wejangan dari pengasuh Ponpes Al-Anwar, Maemoen Zubair, ulama berusia 89 tahun yang keilmuannya menjadi rujukan semua santri di Sarang.

Ulama yang bertemu itu di antaranya Miftahul Akhyar (Surabaya), Tuan Guru Turmudhi Badruddin (Lombok), Buya Ali Akbar Marbun (Medan), Kafabih Makhrus (Lirboyo), Hanif Muslih (Demak), Habib Ali (Palu), dan Ali Masyhuri (Sidoarjo). Ulama yang juga pengurus PBNU di antaranya Rais Aam PBNU Ma’ruf Amin dan Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf. Risalah Sarang yang dibacakan pengasuh Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, Rembang, A Mustofa Bisri yang akrab dipanggil Gus Mus, berisi lima butir rekomendasi.

Rekomendasi bagi pemerintah dan PBNU terdapat pada butir keempat dan kelima. Disebutkan pada butir keempat, para pemimpin negara, pemimpin masyarakat, termasuk pemimpin NU, agar senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat.

Para pemimpin agar arif dan bijaksana dalam menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab, adil, dan amanah dengan menomorsatukan kemaslahatan masyarakat dan NKRI. Pada butir kelima disebutkan, para ulama yang hadir dalam majelis mengusulkan diselenggarakannya forum silaturahim semua elemen bangsa untuk mencari solusi berbagai masalah yang ada. Forum tersebut penting untuk mencari langkah-langkah antisipasi terhadap kecenderungan perkembangan pada masa depan dan rekonsiliasi di antara sesama saudara sebangsa. ”Nahdlatul Ulama diminta mengambil inisiatif bagi terwujudnya forum tersebut,” kata Gus Mus.

Inspirasi dunia
Tiga butir pertama memuat sikap NU yang senantiasa mengawal Pancasila dan NKRI dengan menjaga sikap moderat dan bijaksana dalam menanggapi berbagai masalah. Toleransi, demokrasi, dan terwujudnya akhlakul karimah dalam kehidupan masyarakat harus diperjuangkan. Bukan hanya demi keselamatan dan harmoni kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat di Indonesia, melainkan juga sebagai inspirasi bagi dunia. Para ulama juga mencermati lemahnya penegakan hukum dan kesenjangan ekonomi yang merupakan sumber utama kegelisahan masyarakat. 

Kegelisahan bertambah besar karena masalah sosial seperti korupsi, rendahnya mutu pendidikan dan sumber daya manusia, serta meningkatnya kekerasan dan kemerosotan moral secara umum. Pemerintah diimbau menjalankan kebijakan yang lebih efektif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, yang semuanya berpihak kepada rakyat yang lemah. Pemerintah juga diimbau mengambil langkah dalam mengatasi dampak penyebaran fitnah, seruan kebencian, propaganda radikalisme, pornografi, dan hal merusak lain. ”Pada saat yang sama, para pemimpin diimbau membina masyarakat agar mampu menyikapi informasi yang tersebar secara cerdas dan bijaksana,” kata Gus Mus.

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj menggarisbawahi radikalisasi, penyebaran fitnah, dan seruan kebencian, yang ia sebut berbahaya karena merongrong, menggerogoti, bahkan menghancurkan kerukunan bangsa. ”Ada pihak yang menyuarakan kritik, tetapi tidak berkualitas, bahkan itu bukan kritik karena menghina,” ucap Said. Melalui pertemuan ulama Nusantara di Serang, NU juga menegaskan diri tidak berpolitik praktis. ”Politik kita adalah politik kebangsaan. NU selalu menjaga dan mengawal masyarakat dan bangsa. Kita selalu istikamah dengan kekuatan empat pilar (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, UUD 1945),” ujar Said.

Maemoen Zubair dalam wejangannya mengatakan, Islam tanpa nasionalisme bukanlah Islam yang sempurna. Indonesia adalah contoh bagaimana agama dan nasionalisme bisa berjalan seiring. ”Ulama dan umara (pemimpin pemerintahan) harus selalu berbuat baik, tetapi tidak boleh baik-baikan (kongkalikong). Dirinya sendiri juga harus diperbaiki. Insya Allah Indonesia akan damai,” katanya.

____________________________
Darius Leka, SH/ Sumber: www.pressreader.com/ Foto: Metro TV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin