REMBANG - Para ulama khos atau ulama senior menyerukan Risalah Sarang
yang berisi sikap dan pandangan ulama Nahdlatul Ulama serta rekomendasi
bagi organisasi NU dan pemerintah. Risalah berintikan ikhtiar mewujudkan
kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Risalah
Sarang diserukan oleh ulama khos di Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang,
Rembang, Jawa Tengah, Kamis (16/3). Sebelumnya, puluhan ulama khos dari
sejumlah daerah di Indonesia menggelar pertemuan tertutup serta mendapat
wejangan dari pengasuh Ponpes Al-Anwar, Maemoen Zubair, ulama berusia
89 tahun yang keilmuannya menjadi rujukan semua santri di Sarang.
Ulama
yang bertemu itu di antaranya Miftahul Akhyar (Surabaya), Tuan Guru
Turmudhi Badruddin (Lombok), Buya Ali Akbar Marbun (Medan), Kafabih
Makhrus (Lirboyo), Hanif Muslih (Demak), Habib Ali (Palu), dan Ali
Masyhuri (Sidoarjo). Ulama yang juga pengurus PBNU di antaranya Rais Aam
PBNU Ma’ruf Amin dan Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf. Risalah Sarang
yang dibacakan pengasuh Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, Rembang, A
Mustofa Bisri yang akrab dipanggil Gus Mus, berisi lima butir
rekomendasi.
Rekomendasi bagi pemerintah dan PBNU terdapat pada butir
keempat dan kelima. Disebutkan pada butir keempat, para pemimpin negara,
pemimpin masyarakat, termasuk pemimpin NU, agar senantiasa menjaga
kepercayaan masyarakat.
Para pemimpin agar arif dan bijaksana dalam
menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab, adil, dan amanah dengan
menomorsatukan kemaslahatan masyarakat dan NKRI. Pada butir kelima
disebutkan, para ulama yang hadir dalam majelis mengusulkan
diselenggarakannya forum silaturahim semua elemen bangsa untuk mencari
solusi berbagai masalah yang ada. Forum tersebut penting untuk mencari
langkah-langkah antisipasi terhadap kecenderungan perkembangan pada masa
depan dan rekonsiliasi di antara sesama saudara sebangsa. ”Nahdlatul
Ulama diminta mengambil inisiatif bagi terwujudnya forum tersebut,” kata
Gus Mus.
Inspirasi dunia
Tiga
butir pertama memuat sikap NU yang senantiasa mengawal Pancasila dan
NKRI dengan menjaga sikap moderat dan bijaksana dalam menanggapi
berbagai masalah. Toleransi, demokrasi, dan terwujudnya akhlakul karimah
dalam kehidupan masyarakat harus diperjuangkan. Bukan hanya demi
keselamatan dan harmoni kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat di Indonesia, melainkan juga sebagai inspirasi bagi dunia.
Para ulama juga mencermati lemahnya penegakan hukum dan kesenjangan
ekonomi yang merupakan sumber utama kegelisahan masyarakat.
Kegelisahan
bertambah besar karena masalah sosial seperti korupsi, rendahnya mutu
pendidikan dan sumber daya manusia, serta meningkatnya kekerasan dan
kemerosotan moral secara umum. Pemerintah diimbau menjalankan kebijakan
yang lebih efektif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, yang
semuanya berpihak kepada rakyat yang lemah. Pemerintah juga diimbau
mengambil langkah dalam mengatasi dampak penyebaran fitnah, seruan
kebencian, propaganda radikalisme, pornografi, dan hal merusak lain.
”Pada saat yang sama, para pemimpin diimbau membina masyarakat agar
mampu menyikapi informasi yang tersebar secara cerdas dan bijaksana,”
kata Gus Mus.
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj menggarisbawahi
radikalisasi, penyebaran fitnah, dan seruan kebencian, yang ia sebut
berbahaya karena merongrong, menggerogoti, bahkan menghancurkan
kerukunan bangsa. ”Ada pihak yang menyuarakan kritik, tetapi tidak
berkualitas, bahkan itu bukan kritik karena menghina,” ucap Said.
Melalui pertemuan ulama Nusantara di Serang, NU juga menegaskan diri
tidak berpolitik praktis. ”Politik kita adalah politik kebangsaan. NU
selalu menjaga dan mengawal masyarakat dan bangsa. Kita selalu istikamah
dengan kekuatan empat pilar (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, UUD
1945),” ujar Said.
Maemoen Zubair dalam wejangannya mengatakan, Islam
tanpa nasionalisme bukanlah Islam yang sempurna. Indonesia adalah contoh
bagaimana agama dan nasionalisme bisa berjalan seiring. ”Ulama dan
umara (pemimpin pemerintahan) harus selalu berbuat baik, tetapi tidak
boleh baik-baikan (kongkalikong). Dirinya sendiri juga harus diperbaiki.
Insya Allah Indonesia akan damai,” katanya.
____________________________
Darius Leka, SH/ Sumber: www.pressreader.com/ Foto: Metro TV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin