KOTA DEPOK - Sabtu pagi, 13 Desember 2025, menjadi hari yang menyisakan duka mendalam bagi komunitas Katolik di Kota Depok. Sebuah pesan singkat dari Bapak Djoko Suhono, penasihat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Kota Depok, masuk ke grup WhatsApp kami:
"Telah berpulang ke Rumah Bapa dengan tenang, Yosef Haryadi D
(Suami/Papa) #Harry Abe, dalam usia 58 tahun, pada pukul 03.26 WIB di Rumah
Sakit Siloam, Semanggi."
Berita itu menyentak. Harry Abe, sahabat seperjalanan dalam karya kerasulan
awam, telah kembali ke pangkuan Sang Kasih. Ia bukan sekadar Ketua Vox Point
Kota Depok, melainkan juga Ketua Wilayah V Paroki Santo Herkulanus Depok,
seorang pelatih bela diri, dan lebih dari itu—seorang pamong umat yang setia.
Harry Abe bukanlah tokoh yang gemar tampil di panggung. Namun, dalam
diamnya, ia bekerja. Dalam senyumnya, ia melayani. Ia hadir dalam banyak
kegiatan sosial kemasyarakatan, menjembatani antar organisasi Katolik, dan
menjadi penggerak di tengah umat. Kami sering bertemu dalam berbagai kegiatan
lintas ormas Katolik di Depok—berbagi cerita, saling menguatkan, dan mendukung
satu sama lain dalam semangat persaudaraan Kristiani.
Sebagai pelatih silat dan karate, ia mendidik generasi muda dengan disiplin
dan nilai. Sebagai pamong wilayah, ia mengunjungi umat, mendengarkan keluh
kesah mereka, dan menjadi perpanjangan tangan Gereja dalam pelayanan pastoral
teritorial.
Jenazah almarhum disemayamkan di Rumah Duka YLCC Depok. Sejak kabar duka
tersebar, doa-doa mengalir dari berbagai penjuru. Umat, sahabat, dan rekan
pelayanan datang silih berganti. Namun satu hal yang sungguh menyentuh hati
saya adalah keputusan RD. Agustinus Surianto Himawan, Pastor Paroki Santo
Herkulanus Depok, untuk memimpin langsung prosesi pemakaman di TPU Kali Mulya,
Depok—tanah pemakaman milik Keuskupan Bogor.
Biasanya, tugas ini dilakukan oleh Prodiakon (PLB). Namun Romo Agus, dalam
homilinya, menyatakan:
"Kita berikan yang terbaik kepada Ketua Wilayah di Herkulanus. Semoga
ini menginspirasi umat lain untuk mau ambil bagian dalam pastoral teritorial
sebagai pamong wilayah maupun dalam pastoral kategorial."
Saya terdiam. Ini bukan sekadar penghormatan, tetapi sebuah kesaksian nyata
tentang bagaimana Gereja menghargai pelayanan umat awamnya. Sebuah pengakuan
bahwa kerasulan awam bukanlah pelengkap, melainkan jantung dari kehidupan
Gereja di tengah dunia.
Kematian Harry Abe mengingatkan kita bahwa kerasulan awam bukan sekadar
aktivitas sosial, tetapi panggilan untuk mewartakan kasih Allah dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium, Konsili Vatikan
II menegaskan bahwa kaum awam dipanggil untuk menguduskan dunia dari dalam,
sebagai garam dan terang dunia.
Harry Abe telah menjalani panggilan itu. Ia tidak hanya mengajar bela diri,
tetapi juga membela nilai. Ia tidak hanya memimpin wilayah, tetapi juga
memelihara jiwa. Ia tidak hanya hadir di gereja, tetapi juga di tengah
masyarakat, menjadi wajah Kristus yang hidup.
Atas nama ISKA Kota Depok, saya mengajak seluruh sahabat untuk mengangkat
doa bagi jiwa almarhum Harry Abe. Semoga Tuhan yang Mahakasih menerima beliau
dalam pelukan abadi-Nya, dan memberikan kekuatan serta penghiburan bagi
keluarga yang ditinggalkan: Ibu Lucia Triundari, Yohanes Noel P.P., dan Andreas
Wibisono.
Kita kehilangan seorang sahabat, namun surga menerima seorang pelayan. Dan
semoga kepergian beliau menjadi benih yang tumbuh dalam hati kita semua untuk
semakin terlibat dalam karya kerasulan awam—di bidang sosial, hukum, ekonomi,
dan kemasyarakatan—demi mewartakan cinta Allah kepada dunia. Amin.
Oleh; Darius Leka, S.H., M.H. - Advokat & Ketua ISKA
Kota Depok
#shdariusleka
#reels #foryou #fyp #jangkauanluas #voxpointdepok #iskadepok #kerasulanawam
#katolikindonesia #pastoralkategorial #pamongwilayah #harryabe #gerejakatolik
#kasihallah #doabersama

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin