Sebelum FKKUKD dibentuk pada 2006, umat Kristiani di Depok
berjalan sendiri-sendiri. Tidak ada ruang bersama untuk berdialog, berbagi,
apalagi bekerja sama. Namun, seperti diungkapkan oleh Ketua Umum terpilih
periode 2015–2018, Pdt. Martin Luther Batubara, kehadiran forum ini telah
mengubah lanskap pelayanan umat. “Kita tidak melebur menjadi satu, tetapi kita
sehati dalam Kristus,” ujarnya tegas.
Kebersamaan yang dimaksud bukanlah keseragaman, melainkan
sinergi. Setiap gereja tetap berdiri dalam identitasnya masing-masing, namun
bersatu dalam semangat pelayanan dan kasih. Inilah wajah ekumenisme yang hidup:
bukan sekadar wacana, tetapi praksis nyata dalam kehidupan sosial dan spiritual
umat.
Pelantikan malam itu dibuka dengan doa oleh RD. AHY Sudarto,
Pastor Paroki Santo Matheus Depok Dua Tengah. Sebuah gestur simbolik yang kuat:
seorang imam Katolik memimpin doa dalam acara lintas denominasi. Ini bukan
hanya soal toleransi, tetapi tentang pengakuan bahwa kita semua adalah saudara
dalam Kristus.
Dalam kotbah singkatnya, Pdt. Ir. Yongky TW menyampaikan
tiga pesan mendalam. Pertama, hidup kita bukan untuk diri sendiri—kita
dipanggil untuk menjadi berkat, bahkan bagi mereka yang berbeda iman. Kedua,
pelayanan harus dipimpin oleh Roh Allah agar menghasilkan buah-buah kasih. Dan
ketiga, persaudaraan yang rukun adalah kunci hadirnya berkat dan mujizat di
tengah masyarakat.
Pesan ini bukan sekadar retorika. Ia adalah panggilan untuk
bertindak. Di tengah dunia yang terpecah oleh sekat-sekat identitas, umat
Kristiani di Depok justru memilih untuk duduk bersama, membangun jembatan, dan
menjadi saksi kasih Allah yang menyatukan.
Sebagai seorang advokat dan aktivis kerasulan awam, saya
melihat FKKUKD sebagai model kolaborasi lintas gereja yang patut ditiru. Forum
ini tidak hanya menggelar perayaan Natal dan Paskah bersama, tetapi juga
terlibat dalam kegiatan sosial seperti pengobatan gratis dan pelayanan
kemasyarakatan lainnya. Di sinilah kerasulan awam menemukan bentuknya: menjadi
garam dan terang dunia melalui aksi nyata.
Kehadiran FKKUKD juga penting dalam konteks advokasi hak-hak
umat beragama. Dalam dinamika sosial dan hukum yang kompleks, forum ini dapat
menjadi suara kolektif umat Kristiani dalam memperjuangkan keadilan, kebebasan
beragama, dan perlindungan terhadap kelompok minoritas.
Kematian Ketua Umum sebelumnya, Pdt. Yosef Sumekto, dan
kekosongan kepengurusan yang sempat terjadi, menjadi pengingat bahwa pelayanan
tidak boleh berhenti. Seperti disampaikan oleh Sekretaris Umum Mangarap Sinaga,
pembentukan kembali kepengurusan ini adalah bentuk tanggung jawab moral dan
spiritual agar roda pelayanan tetap berjalan maksimal.
Gereja dan dogma boleh berbeda, tetapi kasih Kristus adalah
satu. Dan kasih itu hanya bermakna jika diwujudkan dalam persaudaraan,
pelayanan, dan kesaksian hidup. FKKUKD telah menunjukkan bahwa perbedaan bukan
alasan untuk berpisah, melainkan peluang untuk saling melengkapi.
Mari kita terus membangun Kota Depok—dan dunia—dengan
semangat sehati dalam Kristus.
✍️ Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat & Aktivis
Kerasulan Awam Gereja Katolik
#kerasulanawam #ekumenismekristiani #fkkukd #gerejabersatu
#kasihkristus #pelayananlintasdenominasi #gerejakatolikdepok #advokasiiman
#persaudaraankristiani #gerejauntukmasyarakat #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin