Jumat, 03 Februari 2012

Setan? Siapa Takut.....!

Oleh: Fr. Leon Hambur, OFM
Seorang umat pernah bertanya kepada saya, “apakah frater takut setan?” saya menjawab diplomatis, “saya tidak takut setan. Saya lebih takut manusia dalam wujud setan, seperti pembunuh, perampok, dan pencuri”. Jujur saja, saya belum pernah melihat rupa setan yang sebenarnya selain yang ditampilkan oleh film-film atau reality show di televisi. Dalam acara-acara itu, setan (pocong, kuntil anak, dan sejenisnya) menjadi mahkluk yang menakutkan dan seakan-akan memiliki kekuatan super; seakan-akan setan lebih kuat dari manusia.

Saya bukan mengatakan bahwa setan tidak ada. Bahwa kepercayaan terhadap adanya setan sudah ada dalam sejarah umat manusia mau menunjukan bahwa ada dunia lain yang kasat mata. Dalam kehidupan sehari-hari pengertian tentang setan beraneka ragam. Setan adakalanya identik dengan makhluk halus yang menakutkan, seperti pocong atau kuntil anak. Setan juga identik dengan kelakuan-kelakuan manusia yang bertentangan dengan ajaran agama atau norma dalam masyarakat. Setan juga identik dengan makhluk yang menentang segala rencana keselamatan Allah di dunia ini. Namun, apakah kita harus takut pada setan?

Bacaan injil hari ini (Markus 1:29-39) enam kali menyebutkan kata “setan”. Setan kerap kali dipandang sebagai makhluk yang licik, cerdik, berakal dan sumber segala dosa. Orang Yahudi menyebutnya sebagai makhluk-makhluk  yang tidak peduli akan kesucian keagamaan dan kesucian akhlak atau bahkan menentangnya. Hawa dan Adam jatuh ke dalam dosa karena kecerdikan Setan. St. Petrus pun tidak luput dari rayuan Setan, sehingga ia menyangkal Yesus tiga kali. Yudas Iskariot juga mengkhianati Yesus karena rayuan Setan. Jadi, setan yang lebih menakutkan bukanlah setan seperti yang sering muncul di layar kaca atau dalam imajinasi kita, melainkan setan yang merasuki hati dan pikiran kita yang mengarahkan seluruh tindakan dan perkataan kita untuk menentang ajaran Kristus dan menolak rencana keselamatan Allah.

Karena itu, selama hidup di dunia ini kita akan selalu berperang dengan kekuatan-kekuatan setan dalam segala wujudnya. Kita bukan berperang dengan setan dalam wujud kuntil anak, tuyul, atau sejenisnya, tetapi dengan setan-setan yang ada di dalam diri kita yang selalu berusaha mengarahkan kita ke jalan yang gelap; dan yang selalu berusaha menjauhkan kita dari Allah. Bacaan injil hari ini memberikan dasar keyakinan kepada kita bahwa kita bisa mengalahkan setan. Setan taat kepada Yesus, dan mereka juga takut serta tunduk kepadaNya. Yang dibutuhkan dari kita adalah imam dan usaha (ora et labora). Allah tidak membiarkan kita sendirian untuk berjuang melawan setan. Allah telah memberikan kepada kita akal budi agar mempu mebedakan yang baik dan tidak baik. Allah juga telah mengirimkan RohNya ke dalam hati kita yang selalu menyuarakan suara Allah. Kita tidak sendirian. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kita lebih unggul dari Setan, karena kita adalah citra Allah dan pengikut Kristus. Jadi kita tidak perlu takut kepada Setan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin