Senin, 12 Maret 2012

Pengalaman Ketika Bersama Yesus

Oleh: Sdr. Edi Wiyono, OFM
Dalam hidup seseorang, pengalaman tertentu dapat menjadi sesuatu yang berharga. Dengan pengalaman yang dimilikinya, ia dapat menjadi lebih yakin pada kemampuan dirinya atau pada hal tertentu di luar dirinya. Hal semacam ini tentu dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap sikap dan perilakunya. Misalkan saja, seseorang mempunyai pengalaman dapat menyelesaikan suatu tugas yang besar tanggungjawabnya. Ini tentu dapat membuat orang bersangkutan semakin yakin bahwa dirinya akan dapat menyelesaikan tugas yang serupa dalam lain kesempatan. Contoh lain, orang mempunyai pengalaman diperkaya wawasannya dengan adanya pendapat atau pandangan tertentu yang berbeda dengan pandangan dirinya.

Ini tentu dapat membuat orang itu bersikap positif apabila ada perbedaan-perbedaan pandangan dalam kelompoknya. Selain itu, dalam konteks dunia kerja tak jarang orang-orang yang memiliki pengalaman kerja dalam bidang tertentulah yang akan diterima dalam perekrutan pegawai baru. Ini menunjukkan bahwa pengalaman menjadi sesuatu yang berharga dalam hidup orang yang mengalaminya.
Kita juga dapat bertanya: Apakah pengalaman tertentu juga berharga dalam konteks hidup beriman? Untuk menjawab pertanyaan ini kita dapat belajar dari bacaan Injil Markus 9:2-10. Dalam bacaan Injil Minggu Prapaska II ini, penginjil mengisahkan pengalaman tiga murid yang menyaksikan Yesus dimuliakan di atas gunung. Petrus, Yakobus, dan Yohanes menyaksikan Yesus yang berpakaian putih berkilat-kilat.

Dalam kisah itu mereka juga menyaksikan Yesus yang berbicara dengan Elia dan Musa. Pengalaman ini ternyata menimbulkan perasaan bahagia dan juga takut. Selanjutnya mereka juga mendengar suara dari balik awan yang berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia”. Setelah mendengar perkataan itu mereka tidak melihat lagi Elia dan Musa. Mereka hanya melihat Yesus sendirian saja. Pengalaman ini tentu mempunyai makna tertentu bagi ketiga murid itu. Mereka semakin yakin atau percaya kepada Yesus, yang dalam Injil bab sebelumnya diakui oleh Petrus sebagai Mesias.

Kepercayaan ini akhirnya memampukan mereka menjaga pesan Yesus agar tidak menceritakan apa yang mereka lihat sampai Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati. Dari kisah ini kita memperoleh gambaran bahwa pengalaman tertentu juga berharga dalam konteks hidup beriman. Terlebih lagi, jika pengalaman itu berkaitan dengan Yesus yang kita imani.

Selanjutnya kita boleh bertanya pada diri sendiri: “ Apakah saya mempunyai pengalaman bersama Yesus dalam hidup atau pekerjaan sehari-hari? Atau dalam pengalaman yang mana saya merasa Yesus hadir dalam hidupku?

Menjawab pertanyaan ini dengan merenungkan kembali pengalaman hidup kita merupakan hal penting. Karena itu marilah mencari dalam pengalaman hidup kita saat-saat kita merasa bahwa Yesus ada bersama kita. Dengan merenungkan dan menyadari kembali saat-saat Yesus bersama kita, kita berharap iman kita dikuatkan, pesan atau sabda Yesus dapat kita simpan dalam hati dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang semakin memuliakan Yesus. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin