Selasa, 24 April 2012

TANDA-TANDA KEBANGKITAN

Oleh: P. Alex Lanur, OFM
Pengantar
Perumpamaan-perumpamaan, pengalaman-pengalaman, yang diucapkan orang seringkali tidak kita rasakan dan pahami. Demikian pun halnya dengan kata-kata yang kita ucapkan setiap hari. Seringkali juga sebuah gambar yang sederhana bahkan sudah cukup untuk mengungkapkan sesuatu yang sangat mendalam maknanya bagi diri dan hidup kita. Hal itu dapat  berupa puisi atau nyanyian, kata-kata, suatu teks, suatu ceritera yang sudah ditulis lama lalu, tetapi  dapat dikenal secara baru dalam hidup kita dan hidupku sendiri sekarang dan di sini.

Kisah Yohanes dan Lukas
Keduanya telah melukiskan beberapa perjumpaan  dengan Tuhan yang bangkit. Perjumpaan-perjumpaan itu juga berlangsung sekarang ini dan kukenal dalam hidupku sendiri.
Yoh 20: 11-18

Dalam perikop itu diceriterakan bahwa pada pagi hari Paskah Maria Magdalena pergi ke kubur. Dia berdiri sambil menangis karena Tuhannya telah diambil orang. Semua yang dijanjikan sudah lewat. Dia sangat percaya pada orang dari Nazaret itu. Namun Dia sudah dikuburkan, sudah dibubuhi dengan rempah-rempah dan sebuah batu besar dan berat sudah diletakkan di pintu kubur itu. Tetapi sekarang kubur itu kosong. Tiada seorang pun yang masih ingat akan ramalan-Nya: “Rombak Bait Allah ini dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya lagi” (Yoh 2: 19). Orang juga sudah lupa akan penjelasan tentang tanda nabi Yunus.

Maria terus mencari Kristus yang sudah mati: ”Di mana orang telah meletakkan Tuhannya?” Karena air matanya dan ketidakpercayaannya tidak mungkinlah dia mengenal Dia yang hidup itu. Tetapi Kristus memanggilnya dengan namanya: Maria! Lebih dari itu tidak diperlukan.

Juga terjadi  bahwa Allah sudah mati untukku. Dia sudah tidak ada lagi untukku. Aku berada dalam kehampaan, dalam kekosongan dan di jalan buntu. Jalan keluar dari masalahku tidak secara langsung kubutuhkan. Aku sendiri sungguh tidak melihat adanya jalan keluar untuk memecahkan masalahku itu. Namun tiba-tiba di telingaku terngiang-ngiang: “…Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku” (Yes 43: 1). Kata-kata nabi Yesaya ini lalu menjadi sabda kebenaran, sabda yang luar biasa dan sabda penuh harapan bagiku. Allah menyapa diriku secara pribadi dan sebagai pribadi, seakan-akan tanpa alasan.

Dapat saja aku sendiri menyebut  tempat dan waktunya. Tak terhapuskan dari ingatanku. Hal itu berkaitan dengan hidup sehari-hari, sejarah manusia dan pribadiku, sejarah kejatuhan dan kebangkitanku, sejarah bakat-bakat dan tujuan hidupku. Semua pertanyaan seakan tidak berdaya. Aku juga hanya dapat menggores apa yang sudah lalu dan berusaha memberikan jawaban serta  bersedia mendengarkan: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum bangkit, belum pergi kepada Bapa…”

  • Luk 24: 13-36
Dalam perikop itu Lukas menceriterakan  dua murid yang pergi ke Emaus. Mereka bercakap-cakap dan bertukar pikiran tentang peristiwa yang menegangkan dan menghebohkan pada hari-hari belakangan ini. Mereka menjadi sangat sedih dan bermuram muka. Iman mereka akan Yesus dari Nazaret menjadi goncang. “Bukankah Dia yang akan membebaskan bangsa Israel?”
Yesus berjalan bersama-sama dengan mereka, tetapi mereka tidak tahu akan hal itu. Mereka belum sanggup mendekati dengan iman kehadiran yang sesungguhnya. Mereka juga tidak sanggup, bahkan ketika Dia menjelaskan tentang nabi-nabi kepada mereka dan menunjukkan bahwa harapan orang-orang Israel, yakni bahwa  Allah berpegang teguh pada janji-Nya  sudah menjadi terpenuhi. Sama seperti Maria Magdalena mereka juga belum sanggup mengenal Dia. Sebab, mereka sendiri tidak mengalami secara pribadi kenyataan Paskah, yakni melalui kematian sampai pada kehidupan. Bagi mereka misteri Allah hanyalah  huruf belaka, bukan kehidupan. “Tinggallah bersama dengan kami, Tuhan, sebab hari telah menjelang malam”. Kerinduan mereka akan kebenaran sangatlah  besarnya sehingga mereka tidak membiarkan Dia pergi begitu saja. Lalu mereka dapat mengenal Dia, ketika Dia memecah-mecahkan roti.

Allah juga memakai jalan kata-kata dan tanda-tanda. Berkat orang-orang yang berbicara tentang Allah dengan diriku dan berkat bacaan Kitab Suci dapatlah aku mengenal Dia dalam hidupku sendiri. Berkat Roh Kudus, yang menyatakan Kristis kepadaku mungkinlah aku memperhatikan kehadiran-Nya, yang hidup tetapi tidak kelihatan bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dia selalu berjalan bersama dengan kita dan kadang-kadang kita tidak mengetahui-Nya. Tanpa diketahui Dia mengajar kita. Kita manusia membutuhkan tanda-tanda. Hal itu dapat berupa hal-hal kebetulan yang memberikan wawasan kepada kita, yang membuat hidup menjadi mungkin bagi kita.
Namun Tuhan paling dekat dengan kita bila Dia menyampaikan tanda perjamuan kepada kita, bila Dia memberikan hidup-Nya kepada kita. Hal itu adalah kata-kata yang mengungkapkan tindakan untuk menjadi satu dengan Dia: “Bukankah hati kita berkobar-kobar ketika Dia menerangkan Kitab Suci kepada kita?”

  • Yoh 21: 1-14
Maih ada perjumpaan yang lain lagi dengan Tuhan. Perjumpaan itu berlangsung ketika di malam hari para murid pergi menangkap ikan dan di pagi hari mereka kembali dengan jala yang kosong. Mereka putusasa, karena tidak menangkap apa-apa. Lalu ada seseorang berdiri di pantai dan menanyakan apakah mereka mempunyai lauk-pauk. Karena mereka menjawab: “Tidak ada”, Dia  menganjurkan agar mereka menebarkan jalanya di sebelah kanan perahu. Karena melihat banyaknya ikan yang mereka tangkap, sadarlah para murid bahwa Tuhan menunggu mereka di pantai dan menyiapkan  ikan untuk mereka. Dia memanggil mereka semua.

Sekali lagi Kristus memberikan tanda. Oleh tanda itu dapatlah aku mengenal Dia dalam hidup ini. Semua yang kukerjakan akan menjadi sia-sia belaka, bila aku tidak dituntun oleh perintah-perintah-Nya, oleh nasihat-nasihat-Nya. Lalu Dia menyiapkan perjamuan untuk kita. Tuhan menyatukan kita semua. Datanglah dan makanlah! Dia membuat kita menjadi saudara dan saudari  satu sama lain. Itulah tanda kesatuan yang sangat besar. Semua orang yang mau hidup menurut kehendak Allah, mengenal yang lain sebagai saudara dan saudarinya. Semua orang dipanggil demi nama-Nya, demi hidup bersama yang menggembirakan dan membahagiakan. Sebab, kita adalah orang-orang, yang boleh ambil bagian dalam kebangkitan, dalam kebersamaan di sekitar perjamuan yang disediakan oleh Allah sendiri, agar kita dapat menghayati  Paskah pagi setiap hari dan terus-menerus membaharui dunia ini. Terus-menerus kita menampilkan tanda persaudaraan dan kesatuan, karena pada pagi yang pertama Allah berangkat bersama-sama dengan umat-Nya. Dan sekarang dapatlah kita menjalani hidup kita dengan penuh rasa syukur, dengan mengatakan ya pada segala sesuatu yang menimpa diri kita, menjalani hidup kita dengan gembira, dengan harapan akan pengampunan, hadiah Paskah yang besar, bagasi untuk semua orang yang kita jumpai.

Penutup
Lihatlah dan kenallah mukjizat yang adalah hidup itu sendiri! “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok. Jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan dia bersama-sama dengan Aku” (Why 3: 20). Sumber: Hugo Vereeck, Tekens van de verrijzenis, Sint Franciscus  jrg.8/afl. 3 (1971), 255-258.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin