Jumat, 04 Mei 2012

Hasilkanlah buah…


Oleh: Pastor Bobefasius Budiman, OFM

Seorang ibu memiliki tiga orang anak. Anak pertama seorang perempuan. Ia menikah dengan seorang pria berbeda keyakinan. Si perempuan ini kemudian mengikuti keyakinan suaminya. Pada awalnya, Ibu yang telah menjanda ini, merestui keputusan anaknya. Baginya yang penting puterinya dapat hidup bahagia, beban ekonomi keluarga setelah ditinggalkan suaminya berkurang dan perhatiannya dapat diarahkan kepada dua anak laki-lakinya. Dia berharap kedua puteranya inilah yang akan memberikan kebahagiaan kepadanya.
Dengan mengandalkan upah bulanan yang tidak terlalu besar, karena almarhum suami tidak meninggalkan warisan kepadanya, ia membesarkan dua anak laki-lakinya. Dia harus bijak membagi penghasilannya untuk membiayai pendidikan, dan kesehatan, makan dan minum mereka. Pada awalnya, sang Ibu tidak terlalu mengalami kesulitan membesarkan anak-anaknya. Kesulitan muncul justru ketika anak-anaknya bertumbuh sebagai seorang pemuda. Kedua puteranya yang sebenarnya menjadi tumpuan hidupnya pada usia tuanya, justru terjerat narkoba dan ikut dalam curanmor. 
Berkali-kali aksi kedua anaknya diketahui aparat keamanan dan ditangkap, diadili lalu dimasukkan dalam penjara, berkali-kali pula ia menebus kedua anaknya dari tangan aparat dengan menyerahkan sejumlah uang. LP Cipinang, dan beberapa LP di Jawa tengah yang sudah berkali-kali dihuni anaknya, dikunjungi sang ibu. Perilaku kedua anaknya tampaknya tidak menghilangkan rasa kasih sang ibu.
Manakah hal yang membuat si ibu ini bertahan dalam kasihnya, ketika anaknya justru tidak memperlihatkan kasih mereka? Jawabannya adalah pengalaman keibuan. Sebagai seorang manusia, ia pasti mengalami keputusasaan, kekecewaan akan tetapi kesatuan dirinya dengan puteranya membuatnya tetap mengasihi mereka.
Dari Firman Tuhan minggu Paskah V kita mendengar pewartaan tentang kasih. Dalam bacaan pertama ditampilkan Paulus yang ingin mengabungkan diri dengan murid-murid Yesus, tetapi ditakuti para murid. Ketakutan ini disebabkan karena catatan masa lalu Paulus sebagai seorang penganiaya murid-murid Kristus. Dapatkah seorang yang dahulu membenci Gereja, sungguh dapat dipercaya meski sudah bertobat? Inilah pikiran yang menyelimuti para murid. Di tengah situasi ini Barnabas tampil. Ia menerima Paulus. Barnabas memberikan kepada kita makna kasih yakni menerima kembali sesamaku tanpa catatan. Kalaupun ada catatan, catatannya adalah kasih Allah telah berkarya pada seseorang. Dalam bacaan kedua didengungkan kembali pengajaran bahwa Roh kasih yang mendiami hati kita merupakan tanda Allah ada di dalam kita. Sedangkan dalam Injil Yesus menegaskan bahwa kasih itu mungkin jika kita sungguh-sungguh tinggal dalam Allah. Kasih adalah buah persatuan kita dengan Allah yang adalah kasih. Dan tugas kita adalah terus menerus menghasilkan kasih dalam tindakan kita.
Kasih itu bukan untuk dikotbahkan (meskipun banyak pengkotbah ulung tentang kasih), bukan untuk dibukukan (meskipun banyak buku tentang kasih telah ditulis), ia dianugerahkan kepada kita untuk dihayati. Ibu janda telah menunjukan kebesaran hatinya dalam melaksanakan kasih, semoga kita juga menemukan cara kita mewujudkan kasih itu…  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin