Oleh: Sdr. Edi Wiyono, OFM |
Adanya kekhasan
dalam suatu benda atau hal dapat menarik perhatian dan minat orang pada benda
tersebut. Misalkan saja makanan tertentu disukai atau diminati oleh banyak
orang karena rasanya yang khas, orang suka memakai pakaian tertentu karena pakaian
itu memberi kesan yang khas bagi pemakainya, kendaraan tertentu digunakan orang
karena kendaraan itu memberikan kesan yang khas pada pengendaraanya, dan lain
sebagainya. Lalu bagaimana dengan hari Minggu Paskah ke-4 ini? Ada kekhasan
dalam Minggu Paska ke-4 ini. Salah satu kekhasan Minggu Paska ini ialah hari
Minggu ini dicanangkan oleh Gereja sebagai Minggu Panggilan. Dengan perayaan
Minggu Panggilan ini kita diajak untuk merenungkan panggilan hidup kita sebagai
orang Katolik. Sebagai orang Katolik mungkin saja kita belum menemukan panggilan
hidup atau sebagai orang Katolik mungkin juga kita belum mampu menghayati hidup
kita sebagai sebuah bentuk panggilan hidup dalam Gereja. Karena itu tepatlah
jika pada hari Minggu ini Gereja mengajak kita untuk merenungkan panggilan
hidup kita.
Untuk membantu
kita dalam merenungkan panggilan hidup, Gereja menyediakan satu teks dari Injil
Yohanes 10: 11-18. Melalui teks ini penginjil memberikan gambaran tentang
Pribadi yang kita imani, yakni Yesus Kristus. Dalam teks ini Pribadi Yesus
digambarkan sebagai gembala yang baik. Gembala yang baik mempunyai kualitas
atau ciri yang istimewa, yakni mau memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.
Gembala yang baik memberikan nyawaNya bagi domba-domba-Nya agar domba-dombanya
itu memiliki hidup (dapat dilihat dalam ayat sebelum teks ini). Yesus Kristus
mau memberikan nyawaNya bagi kita agar kita memiliki hidup. Inilah yang kita
imani dan kita rayakan dalam Paska. Hal yang sama kiranya juga dapat terwujud
dalam panggilan hidup. Jika orang mampu menghayati jalan hidupnya sebagai
sebuah panggilan (dengan hidup berkeluarga, menjadi imam, bruder, suster atau
hidup sebagai awam selibat) tentu ada usaha dari orang tersebut untuk
memberikan nyawanya atau seluruh hidupnya bagi jalan hidup yang dijalaninya
itu. Ini dilakukan tentu bukan untuk mencari enaknya dan amanya (seperti
gembala upahan), melainkan demi sesuatu yang baik dan luhur. Jika saja orang
mampu menghayati hidup berkeluarga sebagai sebuah panggilan hidup, maka akan
ada usaha sungguh-sunggguh dari orang itu untuk memberikan seluruh energi
hidupnya atau nyawanya demi kebaikan seluruh anggota keluarganya. Ia akan
bekerja keras mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Ia juga akan
memberikan diri dalam bentuk perhatian kepada yang sakit atau menghadapi
persoalan, waktu untuk kebersamaan dan kegiatan dalam keluarga seperti santai
atau rekreasi atau olah raga dan juga
berdoa bersama. Hal-hal seperti ini tentu sesuatu yang berharga bagi keluarga. Adanya
pengalaman seperti ini dapat saja membantu anak dalam menemukan arti gembala
yang baik dalam figur anggota keluarganya atau orang tuanya. Pengalaman seorang anak seperti ini dapat menjadi dasar
bagi anak itu untuk menemukan atau menentukan panggilan hidupnya dikemudian
hari. Tak jarang juga bahwa orang yang akhirnya memilih jalan hidup menjadi
imam, bruder atau suster terkait dengan pengalamannya dalam keluarga seperti
itu. Dengan demikian bapak dan ibu yang sungguh menghayati hidup keluarga
sebagai sebuah panggilan hidup dan mempu memberikan seluruh dirinya demi
kebaikan keluarganya secara tidak langsung juga menyiapkan benih-benih
panggilan bagi anaknya untuk menjadi gembala yang baik, entah dengan menjadi
imam, bruder atau juga suster. Orang-orang yang mau dan berani memberikan
seluruh hidupnya dengan menjalani panggilan hidup khusus sebagai imam, bruder
dan suster inilah yang kita harapkan
semakin bertumbuh dan berkembang dengan perayaan Minggu Panggilan ini.
Untuk membantu
permenungan lebih jauh baiklah kita merenungkan pertanyaan ini: bagaimanakah saya
menghayati hidup yang saya jalani ini? Bagaimanakah usahaku selama ini dalam mewujudkan
kualitas pribadi seperti gembala yang baik? Semoga pertanyaan permenungan ini
membantu kita semua untuk semakin serupa dengan gembala yang baik bagi
orang-orang yang ada disekitar kita atau menjadi tanggungjawab kita. Semoga ya
semoga. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin