Rabu, 22 Februari 2017

Kesantunan Berbusana di Gereja: Tidak Hanya untuk Kaum Hawa!

Ketika kita sedang membicarakan topik kesantunan (modesty) terutama dalam berbusana, biasanya yang langsung muncul di benak kita adalah remaja-remaja perempuan dan wanita-wanita muda yang menghadiri Misa dengan berbaju seksi atau merias diri secara berlebihan. Memang, sungguh amat disayangkan bahwa pemandangan semacam ini harus menjadi perhatian tersendiri di banyak paroki.

Akan tetapi, pilihan busana yang baik, apalagi untuk menghadiri Kurban Kudus, tidak melulu urusan kaum Hawa. Kaum Adam pun mestinya tidak boleh lupa bahwa mereka juga diciptakan seturut gambar dan rupa Allah, sehingga mereka tetap perlu membawa diri dengan cara yang mencerminkan realita iman tersebut.

Nah, bagaimana sih busana yang santun untuk laki-laki, terutama yang cocok untuk Misa? Apakah ada standar tertentu?

Prinsip-Prinsip
Memang tidak ada dokumen Gereja yang merinci persisnya bagaimana busana pria Katolik yang santun dan pantas untuk Misa. Tetapi, saya kira banyak dari kita sudah cukup dewasa untuk menggunakan prudentia (pertimbangan yang arif dalam menilai hal-hal praktis) dengan berlandaskan nilai-nilai iman yang sudah kita pahami.

Blogger Sam Guzman dari The Catholic Gentlemen menuliskan artikel Dress Up For Mass! di mana ia mengusulkan tiga prinsip yang sangat baik untuk dipegang oleh para pria ketika memilih pakaian untuk Misa:

1. Pilih pakaian yang “membutuhkan usaha”
Saat memilih pakaian untuk Misa, cobalah menghindari pakaian-pakaian yang paling nyaman dan mudah, seperti kaus oblong tipis dan celana longgar yang bisa dipakai ke mana saja termasuk tidur siang. Tantanglah diri anda sendiri untuk sedikit mengorbankan rasa nyaman. Jika selama ini anda mengenakan sandal jepit, coba kenakan sandal kulit tertutup atau bahkan sepatu kulit yang bagus.

Jika selama ini anda mengenakan kemeja santai berlengan pendek, coba kenakan kemeja batik kaku yang sudah lama terlupakan di sudut lemari. Rencanakan pakaian anda dengan sengaja dan buatlah pengorbanan-pengorbanan kecil—pengorbanan tersebut bisa anda persembahkan sebagai silih bagi jiwa-jiwa di api penyucian, serta sebagai bentuk matiraga sederhana untuk diri anda sendiri.

2. Pakaian Misa anda sebaiknya di atas rata-rata keseharian anda
Ini sebenarnya berlaku juga bagi para wanita. Negeri-negeri Barat mengenal istilah “Sunday best”, yang artinya, pakaian khusus untuk dikenakan pada hari Minggu (maksudnya untuk ke gereja). Pakaian Sunday best biasanya merupakan salah satu pakaian terbaik yang dimiliki seseorang, dan juga sedikit berbeda dari pakaian pesta mereka; ingat bahwa pakaian pesta biasanya lebih mentereng karena ada unsur sosialisasi dan usaha agar tampak menarik di mata orang lain, sementara Sunday best menekankan keindahan yang elegan dan sederhana.

Sunday best dapat disesuaikan dengan kemampuan finansial dan budaya masing-masing. Tidak perlu mempersoalkan “Wah apakah Gereja tidak peduli dengan mereka yang kurang mampu?” karena lucunya, orang yang suka mengajukan keberatan demikian biasanya justru berasal dari kalangan mampu. Saat tinggal selama seminggu lebih di sebuah desa terpencil di Pulau Timor yang berbatasan dengan Timor Leste, saya melihat bahwa penduduk setempat ternyata sudah terbiasa mengenakan Sunday best mereka berupa baju adat lengkap dengan kain ikatnya.

Konsep “baju khusus” mestinya tidak asing bagi siapapun. Pasti ada banyak dari anda yang memiliki setelan andalan untuk, misalnya, rapat di kantor, bertemu klien, atau berkencan. Mengapa tidak menyediakan setelan khusus yang bagus untuk Misa? Di manapun kita berada dan dari budaya manapun, baiklah kita mengenakan Sunday best masing-masing untuk menanggapi undangan perjamuan Sang Raja Semesta Alam.

3. Lakukan itu semua demi kasih
Di atas segalanya, kasih harus menjadi motivasi utama kita semua, termasuk para pria, untuk berbusana yang lebih pantas. Ingat bahwa kasih bukanlah perasaan sentimental yang hanya dirasakan di dalam hati. Kasih yang sejati selalu terwujud dalam tindakan pengorbanan demi kebaikan yang dikasihi. Apalagi anda para pria tentu sudah tidak sabar untuk menjadi ksatria yang heroik: mulailah itu dengan mengenakan pakaian yang lebih pantas dan lebih gentlemanly meskipun kurang nyaman. Bagaimanapun, hal tersebut sesungguhnya masih sangat kecil dibandingkan apa yang Yesus alami di kayu salib bagi anda.

Contoh Busana Laki-Laki yang Harus Dipikirkan Ulang
Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, dan dengan menggunakan prudentia, kita sudah dapat menyingkirkan beberapa macam busana laki-laki yang kurang pantas untuk dikenakan ke Misa. Contohnya yaitu:
  • Kaus ketat tipis yang sering dipakai untuk memamerkan otot
  • Kaus tanpa lengan
  • Sebagian besar kaus oblong, terutama yang juga anda kenakan untuk bersantai
  • Celana jins dengan model sobek-sobek
  • Celana pendek atau celana “tanggung”
  • Celana panjang yang sebetulnya santun namun dikenakan dengan tidak benar, seperti (maaf) diturunkan sedemikian rupa sehingga memperlihatkan celana boxer di dalamnya
  • “Celana hipster” ketat
  • Pakaian bercorak yang kurang senonoh atau kurang sesuai dengan nilai keindahan, misalnya gambar tengkorak, kata-kata sumpah serapah, dan lain-lain
  • Sandal jepit
  • Sandal dengan tumit tidak tertutup
  • Sepatu olahraga
  • Aksesoris berlebihan seperti kalung rantai, cincin tengkorak, sabuk berpaku-paku, tatanan rambut mohawk, dan sebagainya
Sebagai perbandingan, pikirkan jika anda menghadiri sebuah pesta pernikahan, pakaian macam apa yang akan anda kenakan? Baiklah, mungkin saat ini pun semakin banyak remaja laki-laki dan pria dewasa muda yang mengenakan celana jins dan kemeja santai ke pesta pernikahan. Tetapi, bagaimana jika yang menikah adalah saudara kandung atau sahabat terbaik anda? Tetapkah anda berpakaian asal-asalan? Nah, Misa Kudus adalah persatuan intim Allah dengan Gereja—dengan anda sendiri; itulah perkawinan mistik anda dengan Dia yang lebih dekat dengan anda daripada siapapun juga. Renungkanlah hal ini baik-baik.

Tanamkan Sejak Dini
Bagi anda yang telah menjadi ayah dari pria-pria kecil, tanamkanlah nilai-nilai kesantunan berbusana ini sejak dini. Usia muda bukan alasan untuk berpenampilan asal-asalan. Saat ini sudah banyak dijual kemeja untuk anak-anak yang rapi dan santun untuk dikenakan ke Misa. Biasakanlah anak-anak laki-laki menjadi gentlemen yang tahu kapan dan di mana harus mengenakan pakaian tertentu. Jika mereka bertanya mengapa, itu adalah saat yang terbaik bagi orangtua atau kakak untuk memberikan katekese singkat mengenai Misa Kudus. Bukankah keluarga itu Gereja kecil? Tanggung jawab pendidikan iman dan moral anak, termasuk dalam hal berbusana, semestinya tidak melulu dilimpahkan ke romo paroki atau guru agama, melainkan dipegang dan dijalankan utamanya oleh keluarga-keluarga Katolik. (Sumber: luxveritatis7.wordpress.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin