Selasa, 14 Februari 2017

Saat Barongsai Imlek Tampil di Gereja Katolik

Tak hanya barongsai, angpao dalam amplop merah juga dibagikan pada umat di gereja Katolik. (Liputan6.com/Ola Keda)
Ratusan warga Tionghoa di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), merayakan Tahun Baru Imlek 2568 di Gereja Katolik Katedral. Pantauan Liputan6.com, usai mengikuti perayaan misa di gereja katedral, etnis Tionghoa bersama umat lainnya menggelar pertunjukan seni tradisional tarian Liong dan Barongsai di depan halaman gereja.

Mereka juga membagi angpao dalam amplop merah kepada seluruh umat yang hadir. Gelaran menghadirkan barongsai itu rutin diadakan setiap tahun sebagai bentuk syukur.

"Setelah dari gereja, kami akan lakukan ritual di rumah masing-masing dan sore kami akan saling bersalaman dari rumah ke rumah dengan pemberian angpao," ujar Theodorus Widodo, Wakil Ketua Paguyuban Etnis Tionghoa NTT kepada Liputan6.com, Sabtu (28/1/2017).

Menurut Theo, pemberian angpao merupakan salah satu bentuk ungkapan kegembiraan dan satu bentuk kasih persaudaraan. "Yang tua memberi ke yang muda. Artinya, yang sudah mampu memberi kepada yang belum mampu, itulah wujud kasih. Sementara, warna merah diidentikkan dengan suasana bahagia," kata Theo.


Theo menambahkan, menurut warga Tionghoa yang sebagian besar penganut Kong Hu Cu, tahun baru Imlek merupakan tahun lahir Khong Hu Cu. "Penanggalan itu sudah ada ribuan tahun sebelumnya karena memakai kombinasi peredaran bulan dan matahari," ujar Theo.

Menurut kepercayaan mereka, lanjut Theo, tahun ini merupakan tahun ayam api. Berdasarkan pemahamannya, membuka bisnis di tahun ini dianjurkan terutama pada awal dan akhir tahun.

"Ayam merupakan hewan yang paling terdahulu mencari makan sebelum matahari terbit. Maka jika mau membuka usaha, mulailah pada awal tahun jangan di tengah atau akhir tahun," kata dia.

Sementara arti dari api, sambung Theo, menggambarkan kondisi Indonesia saat ini. Jika kecil menjadi sahabat, tetapi jika dibesarkan bisa menjadi ancaman. Maka itu, cara terbaik melewati tahun ini adalah dengan mempererat persaudaraan, bukan membesarkan perbedaan.

"Marilah seluruh komponen banga untuk selalu bersama-sama membangun persaudaraan demi kedamaian Indonesia," ucap Theo. (liputan6.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin