Kamis, 16 Februari 2017

Toleransi Beragama di Majalengka Sudah Ada Sejak 132 Tahun Lalu

Toleransi Umat Beragama
Sejumlah remaja dan anak-anak di Desa Gandasari, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka mengunjungi keluarga dari umat Katolik disaat malam Tahun Baru untuk menyampaikan permohonan maaf.
Saling berkunjung dan saling memaafkan antara umat Katolik dan umat Muslim, adalah tradisi menyambut Tahun Baru masehi di Desa Gandasari, Kecamatan Kasokandel dan Desa Gandu serta Desa Genteng, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Majalengka.

Tradisi saling kunjung dan saling memaafkan antar pemeluk agama yang berbeda disaat tahun baru menurut sejumlah warga, sudah ada sejak lebih dari seratus tahun yang lalu, sejak nenek moyang mereka berada di Dawuan, dan kini tradisi tersebut dilanjutkan hingga generasi sekarang.

Umat Katolik di ketiga desa tersebut cukup banyak di Desa Gandasari, di Blok Mawarsari, misalnya, disana ada sekitar 200 kepala keluarga (KK) penganut Katolik. Dalam kesehariannya walaupun umat Katolik tinggal dalam satu komplek namun mereka hidup berbaur dan saling toleran. Demikian juga di Blok Cipaku, Desa Dawuan dan Genteng.

Menurut keterangan tokoh masyarakat desa setempat Rina Suprihatin warga Blok Mawarsari, di wilayahnya ada sekitar 1.278 orang umat Katolik. Umat Katolik ini sudah ada sejak 132 tahun yang lalu dibawa oleh penyebar injil asal Belanda.


“Hidup kami rukun tidak pernah ada gesekan apapun, kami saling menghargai, saling menghormati, saling tolong menolong antar sesama. Kami tetap menghormati perbedaan ini, sikap toleransi kami junjung tinggi.” kata Rina Minggu 1 Januari 2017.

Saat lebaran Idul Fitri kami umat Katolik berupaya mengunjungi tetangga atau kerabat Muslim untuk menyampaikan ucapan “Idul Fitri” atau bahkan mengirim parcel untuk tokoh-tokoh agama dan yang dituakan. Demikian juga sebaliknya disaat Natal, umat Muslim datang berkunjung bahkan berusaha datang ke Gereja sekedar untuk menyampaikan ucapan Natal.

Pada malam tahun baru menurut Rina, banyak orang berkumpul dan umat Katolik nyaris tidak tidur semalaman. Di komplek perumahan mulai pukul 20.00 hingga pukul 04.00 pagi, saat itulah umat Muslim mulai orang dewasa hingga anak-anak datang berkunjung kepada umat Katolik dan menyampaikan permohonan maaf.

“Kami semua menunggu di rumah menyambut kunjungan saudara kami umat Muslim, bagi yang ingin menikmati makanan, mereka bisa makan dan munum di rumah. Kami gembira bila mereka bersedia menikmati hidangan yang kami sediakan,” katanya. (Sumber: www.pikiran-rakyat.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin