
Oleh: RP. Tauchen Hotlan Girsang, OFM. – Pastor Paroki Santo Paulus Depok 2010-2013
Namun, benarkah Tuhan diam? Ataukah kita yang terlalu bising
dalam kesedihan hingga tak lagi mampu mendengar suara-Nya?
Bacaan liturgi minggu ini membawa kita pada permenungan yang
dalam tentang hidup, kematian, dan kebangkitan. Dalam Yehezkiel 37:12–14, Tuhan
berfirman, “Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu!” Ini bukan
sekadar metafora, melainkan janji ilahi bahwa tidak ada situasi yang terlalu
gelap bagi terang kasih Allah.
Rasul Paulus dalam Roma 8:11 menegaskan bahwa Roh yang
membangkitkan Kristus dari kematian juga akan menghidupkan tubuh kita yang
fana. Inilah dasar iman kita: bahwa penderitaan bukan akhir, dan kematian bukan
kekalahan. Di balik setiap luka, ada tangan Tuhan yang siap menyembuhkan. Di
balik setiap keputusasaan, ada Roh Kudus yang menghidupkan kembali harapan.
Injil Yohanes 11:1–45 mengisahkan kebangkitan
Lazarus—sahabat Yesus yang telah empat hari dikubur. Marta dan Maria, dua
perempuan yang sangat dekat dengan Yesus, pun sempat kehilangan harapan.
“Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati,” kata Marta.
Sebuah kalimat yang mencerminkan kerapuhan iman manusia.
Namun Yesus tidak menegur, melainkan mengajak mereka untuk
percaya. Dan di hadapan banyak orang, Ia berseru: “Lazarus, marilah keluar!”
Maka keluarlah Lazarus dari kubur—sebuah tanda bahwa kuasa Allah tidak dibatasi
oleh waktu, ruang, atau kematian.
Kubur adalah simbol dari segala bentuk keterpurukan:
penyakit, kegagalan, kehilangan, bahkan dosa. Tetapi Yesus datang bukan untuk
menghakimi, melainkan untuk membangkitkan. Ia memanggil kita keluar dari
kubur-kubur kehidupan yang membelenggu, dan menghidupkan kita kembali dalam
terang kasih-Nya.
Sebagai aktivis kerasulan awam, saya sering menyaksikan
bagaimana umat bergumul dengan penderitaan. Ada yang kehilangan anak, ada yang
bangkrut, ada yang dikhianati. Dalam situasi seperti itu, Gereja dipanggil
untuk hadir bukan dengan jawaban instan, tetapi dengan pelukan kasih dan
pendampingan yang setia.
Kerasulan awam bukan hanya soal kegiatan sosial atau
advokasi hukum. Ia juga tentang menjadi saksi harapan di tengah dunia yang
penuh luka. Menjadi pribadi yang tetap percaya, meski tidak mengerti. Menjadi
terang, meski dunia gelap. Menjadi suara kasih, meski Tuhan terasa diam.
Iman bukanlah jaminan hidup tanpa derita. Iman adalah
keberanian untuk tetap berjalan bersama Tuhan, meski jalan itu penuh air mata.
Seperti pemazmur berkata, “Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal
mengharapkan pagi” (Mzm 130:6). Sebab kita tahu, pagi pasti datang. Dan Tuhan,
Sang Pemilik Hidup, tidak pernah ingkar janji.
Maka, marilah kita percaya. Percaya bahwa Tuhan tidak pernah
meninggalkan kita. Percaya bahwa di balik setiap luka, ada rencana kasih yang
sedang digenapi. Percaya bahwa Yesus, yang membangkitkan Lazarus, juga akan
membangkitkan kita dari segala kesulitan dan kesedihan hidup.
Tuhan memberkati.
#ImanYangBertahan #KebangkitanLazarus #KerasulanAwam #TuhanPemilikHidup #YesusMenghidupkan #HarapanDalamKristus #KuburKehidupan #MewartakanKasihAllah #KatolikAktif #PercayaMeskiTakMengerti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin