Jumat, 18 Maret 2011

Menyongsong Tahun Kaum Muda; Sinergi Keluarga dan Gereja dalam Misi Kerasulan Awam

Oleh: Darius Leka, S.H., M.H. – Advokat dan Aktivis Rasul Awam Gereja Katolik

KOTA DEPOK
- Sabtu, 12 Maret 2011, aula Paroki St. Herkulanus Depok I menjadi ruang perjumpaan yang sarat makna. Komisi Keluarga Dekenat Bogor Utara menggelar rapat rutin bulanan, namun kali ini dengan agenda yang lebih strategis: menyambut Tahun Kaum Muda yang telah ditetapkan oleh Keuskupan Bogor sebagai fokus pastoral tahun 2011.

Pertemuan ini bukan sekadar rutinitas administratif, melainkan refleksi mendalam tentang bagaimana Gereja—melalui keluarga—dapat menjadi tanah subur bagi pertumbuhan iman dan keterlibatan kaum muda dalam kerasulan awam.

Bapak Ambrosius S. Mally, Ketua Komisi Keluarga Dekenat Bogor Utara, menegaskan bahwa kaum muda bukan entitas yang berdiri sendiri. “Mereka adalah bagian dari keluarga. Maka, Komisi Keluarga harus turut ambil bagian dalam merancang kegiatan yang relevan dan membumi,” ujarnya.

Langkah konkret pun diambil: mengundang Seksi Kepemudaan dan Orang Muda Katolik (OMK) dari seluruh paroki di dekenat. Meski baru tiga paroki yang aktif hadir—St. Matias Cinere, St. Paulus Depok Lama, dan St. Matheus Depok II Tengah—semangat kolaborasi tetap menyala. Koordinasi dengan Ketua Kepemudaan Dekenat, Rm. Tauchen Hotlan Girsang, OFM, menjadi kunci sinergi lintas seksi dan generasi.

Pastor Paroki St. Herkulanus, RD. Yustinus Dwi Karyanto, memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif ini. Ia menyoroti pentingnya pembekalan bagi para pembicara, penanganan keluarga bermasalah, serta perlunya revisi modul Kursus Persiapan Perkawinan (KPP) yang selama ini belum seragam antarparoki.

“Jangan selalu menunggu dari Keuskupan. Kita harus mulai dari diri kita sendiri, dari dekenat ini,” tegasnya. Sebuah pernyataan yang mencerminkan semangat kerasulan awam: inisiatif, partisipatif, dan kontekstual.

Sebagai advokat dan aktivis kerasulan awam, saya melihat bahwa pernyataan ini bukan sekadar ajakan, tetapi panggilan profetik. Gereja yang hidup adalah Gereja yang bergerak—yang tidak menunggu arahan dari atas, tetapi membaca tanda-tanda zaman dan bertindak dengan iman.

Salah satu isu strategis yang dibahas adalah ketidaksamaan materi KPP antarparoki. Dalam konteks zaman yang terus berubah—dengan tantangan digitalisasi, krisis relasi, dan pergeseran nilai—modul KPP harus diperbarui dan disesuaikan.

Format KPP yang seragam di tingkat dekenat akan menjadi referensi penting bagi Keuskupan. Lebih dari itu, modul ini harus mencerminkan realitas pastoral dan kebutuhan umat, bukan sekadar dokumen normatif. Keluarga yang dibentuk melalui KPP yang kontekstual akan menjadi basis kerasulan awam yang kuat dan tahan uji.

Tahun Kaum Muda bukan hanya tentang kegiatan seremonial, tetapi tentang membangun ekosistem Gereja yang ramah, relevan, dan membina. Keluarga adalah tempat pertama di mana iman ditanamkan, nilai-nilai diajarkan, dan panggilan dibentuk.

Gereja Katolik dipanggil untuk menjembatani generasi—antara orangtua dan anak, antara tradisi dan inovasi, antara altar dan dunia digital. Dalam konteks ini, sinergi antara Komisi Keluarga dan Seksi Kepemudaan menjadi sangat strategis.

*) Keterangan fotoRD. Yustinus Dwi Karyanto, (Pastor Paroki St. Herkulanus)


#tahunkaummuda #kerasulanawam #komisikeluarga #omkbergerak #stherkulanusdepok #stpaulusdepok #gerejayanghidup #kpprelevan #imandalamkeluarga #mewartakankasihallah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin