Rabu, 02 Maret 2011

Contoh dan Teladan

Jadilah garam dan terang....
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.”

Lezat tidaknya sebuah masakan karena diperankan oleh garam. Orang bisa saja ribut atau bertengkar hanya karena soal rasa masakan. Kabara gembira dalam Matius 5:13-16 mau menunjukkan bahwa garam adalah kebutuhan sangat penting bagi kehidupan umat manusia. Terbukti! harganyapun jauh lebih murah bila dibandingkan dengan harga cabe yang saat ini mencapai Rp. 100.000/kg.

Yesus memanggil kita semua yang beriman kepada-Nya untuk menjadi ‘garam dan terang dunia’. Karena sadar akan kelemahan kita sepantasnya dengan rendah hati serta mohon bantuan rahmat-Nya agar kita mampu berusaha untuk menjadi ‘garam dan terang dunia’ sesuai dengan tugas dan pelayanan kita masing-masing. Mengapa Tuhan Yesus mau menggambarkan keberadaan kita sebagai garam dan terang dunia? Hal ini menujukan bawah kehidupan manusia tak pernah lepas dari masalah garam dan terang. Dalam sejarah kehidupan manusia di masa lampau sangat minim dengan teknologi. Jadi garam satu-satunya yang dapat berfungsi untuk mengawetkan makanan agar tidak membusuk.

Kehadiran, sepak terjang dan perilaku kita dimanapun kita berada diharapkan membuat lingkungan hidup enak dan dapat dinikmati orang lain. Mungkin apa yang kita lakukan adalah hal-hal atau perkara-perkara kecil dan sederhana. Sebagaimana halnya garam, namun sungguh merupakan bagian dari kebutuhan pokok sehari-hari. Panggilan untuk menjadi ‘garam dan terang dunia’ berarti panggilan untuk tidak takut dan gentar menghayati iman maupun menyatakan jati diri sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus dalam hidup sehari-hari.

Maka diharapkan kita yang berkarya di perusahaan, kantor pemerintahan, lembaga-lembaga Negara, ibu rumah tangga, dll yang mungkin merasa sendirian atau kecil, hendaknya tetap tegar dan ceria menjadi ‘garam dan terang di tempat kerja, keluarga ataupun pelayanan kita’. Seperti garam yang sudah terlarut dalam makanan, tidak kelihatan namun sangat fungsional dan membahagiakan. Hendaklah kita juga tidak perlu menjadi orang nomor satu dalam hidup, dan mungkin hanya menjadi orang kedua, ketiga dst.., tetapi cara hidup dan cara kerja kita sungguh menjiwai kebersamaan hidup maupun rekan-rekan kerja/ orang yang lain.

Sebagaimana halnya dengan garam, terang juga berkaitan dengan pekerjaan. Mengapa pekerjaan harus dilakukan selama masih siang? Karena pada masa itu belum ditemukan listrik dan lampu. Terang merupakan bagian yang sangat penting dan yang tidak terlepas dari kehidupan manusia.

Kita disebut sebagai garam dunia dan terang dunia, berarti bahwa keberadaan kita itu sangat penting di dalam kehidupan manusia di dunia ini. Sebagai garam, kita berada di tengah dunia ini untuk memberi pengaruh tranformasi. Sebagai terang, kita harus menyatakan kebaikan Tuhan melalui kehadiran kita di tengah dunia ini. (Darius-Komsos)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin