Jumat, 05 Agustus 2011

Apakah ANDA Terpanggil?

Menjadi tanggungjawab siapakah ini?
Berbagai kegiatan lomba dalam rangka pesta nama paroki selalu kita adakan setiap tahunya. Termasuk HUT pesta nama paroki yang ke-51 tanggal 7 Juli silam. Masih ingat dalam benak kita salah satu yang dilombakan adalah merawat taman. Kegiatan serupa selalu digelar dalam beberapa tahun terakhir ini. Bagaimana nasib taman-taman itu setelah dilombakan?. “Soal merawat untuk menjadi indah itu urusan lain” demikian selentingan dari sebagian umat. Pertanyaannya menjadi tanggungjawab siapakah ini?. Kepada semua umat lingkungan paroki St. Paulus Depok atau membiarkan begitu saja taman-taman yang ada dikuasai rumput liar dan mati karena teriknya matahari?

Turut menjaga dan merawatnya.
Dalam banyak tradisi agama inti penciptaan dipahami sebagai bukti kehadiran Allah di dalamnya. Maka merusak atau tidak merawat dengan baik ciptaan berarti merusak citra Allah. Hubungan relasional manusia—lingkungan terus berkembang dari masa ke masa. Perkembangan ini turut memengaruhi pandangan hidup dan sikap religius manusia. Zaman agama-agama dan kepercayaan primitif masih berkembang, segala sesuatu yang berada di sekitar manusia dan yang menopang kehidupannya dipandang secara religius. Sungai, hutan, hewan disakralkan. Sikap ini masih kita jumpai dalam masyarakat tradisional. Ada tabu-tabu, mitos dan legenda yang dikembangkan. Tujuannya, supaya manusia tidak serakah memanfaatkan alam lingkungannya, yang dapat mengganggu keseimbangan melainkan turut menjaga dan merawatnya.

Kita ribut-ribut soal kerusakan lingkungan. Manusia segera merasa bahwa antara dirinya dan lingkungan tempat ia hidup terdapat keterkaitan yang sukar terpisahkan. Lingkungan rusak, kehidupan menjadi remuk. Beragam pengalaman yang menyertai hubungan itu menumbuhkan kesadaran baru akan perlunya usaha pelestarian lingkungan.

Kita ribut-ribut soal kerusakan lingkungan.
Manusia Bukan Penguasa
Bila kita merefleksi kembali apa yang dikatakan dalam Alkitab; pada mulanya Allah menempatkan Adam dan Hawa sebagai pemelihara Firdaus, bukan sebagai penguasa. Firdaus adalah taman di mana ekosistem saling menopang. Maka relasi manusia dan lingkungan sejak awal mula bukanlah penguasaan subyek manusia atas obyek alam. Manusia justru diperintah memelihara alam agar daripadanya tumbuh kehidupan. Kita diberi tugas untuk menjaga kelestarian bumi ini. Melestarikan berarti terus-menerus menjaganya dalam sebuah keseimbangan. Manusia yang tidak bijak menggunakan kekayaan alam ciptaan Tuhan berarti manusia sudah tidak lagi menghargai alam. Dalam arti tertentu manusia tidak lagi menghargai Tuhan Sang Pencipta alam.

Kita diberi tugas untuk menjaga kelestarian bumi ini
Idealnya kita harus bisa merawat kehidupan bersama dan harus menjadi pembawa kabar baik bagi semua makhluk. Banyak langkah yang bisa dilakukan. Contoh: Kegersangan di taman paroki kita yang sekrang ini semakin sedikit perhatiannya menunjukan bahwa belum adanya kabar baik yang tumbuh. Hal ini berarti kita belum melakukan sesuatu terkait pelestarian lingkungan hidup pada lingkungan gereja kita.

Idealnya kita harus bisa merawat kehidupan bersama
Apakah Anda Terpanggil?
Kalau mau jujur kita belum bersatu menjawab krisis lingkungan hidup. Inilah yang menjadi keprihatinan kita bersama. Umat gereja St. Paulus Depok memiliki tugas mewartakan kabar baik bagi semua mahluk. Apakah kita semua terpanggil? Karena alam harus dipelihara dan bumi mesti dirawat melalui lingkungan hijau di paroki kita tercinta. (Darius AR-Komsos)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin