Selasa, 06 Desember 2011

BERJAGA-JAGA!

Oleh: Pastor Tauchen Hotlan Girsang, OFM

Saudara sekalian yang terkasih, pernah di dalam sebuah sesi tanya jawab antara anak bina iman dan romo soal tobat. Salah seorang anak mengajukan pertanyaan begini: Romo, kapankah Tuhan Yesus menganjurkan kita untuk mulai bertobat dari dosa-dosa kita? Lalu apa jawab romo itu: Bertobatlah sehari sebelum engkau mati. Lebih lanjut anak itu bertanya: Kapankah saya bisa tahu bahwa saya akan mati? Saya kan tidak tahu romo kapan saya mati. Mungkin tahun depan. Mungkin lusa. Mungkin besok. Mungkin sebentar. Jadi, kapan saya harus bertobat? Lalu romo tersenyum sumringah, sambil berkata: Karena kamu tidak tahu kapan kamu akan mati, maka bertobatlah sekarang juga. Setiap saat kita harus bertobat. Sebab, tidak seorang pun tahu kapan Tuhan akan datang menjemput kita.

Misteri kematian dan masa depan, yang seringkali dinamai akhir zaman, atau parousia, di mana Tuhan datang menampilkan diri kepada kita masing-masing, mengajarkan kita akan dua hal, yaitu tobat dan harap. Dalam bahasa kitab suci yang kita dengar hari ini, tobat dan harap disatukan di dalam kata-kata: Berjaga-jagalah!

Kita tentunya sadar bahwa kita berharap di sebuah dunia teknologi. Dunia yang membuat segalanya lebih mudah. Dunia yang betul-betul sibuk. Dunia yang selalu mau maju, berubah, semakin canggih, dan semakin diperlengkapi. Dunia yang diisi oleh berbagai informasi cepat. Dunia yang gregetan terhadap gerak lambat. Seakan-akan kita tidak punya waktu bersantai. Tidak ada waktu merenung. Tidak ada waktu menanti dan bersabar. Berbagai tawaran mencekoki kita. Tawaran yang berlomba mendapatkan tempat di hati kita. Tawaran yang membentuk diri kita selalu merasa kurang. Berbagai mimpi dan impian berjejal-jejal menyesaki ruang-ruang diri kita. Suatu gambaran dunia yang timpang. Dunia yang hanya menyisakan harapan dan tidak memberi tempat dan ruang untuk sebuah pertobatan. Apakah semuanya ini membuat Tuhan menjadi tersingkir? Apakah situasi ini membuat Tuhan tak memiliki tempat lagi di ruang-ruang diri kita? Apakah kita justru sedang membuat Tuhan harus bersaing dengan ”yang lain” untuk mendapat tempat di hati kita?

Kita sedang menyongsong ”Pesta Akbar” iman kita. Untuk itu kita perlu persiapan. Persiapan ini disebut masa Adven (dari kata Latin adventus, artinya menuju kedatangan). Suatu masa di mana kita diberi kesempatan untuk sadar diri. Saat di mana kita bersiap, berkemas, berjaga-jaga dan terus melek hati. Saat melahirkan tobat. Sebab, Tuhan akan tampil. Tampil sedemikian dekat dan akrab. Wajah-Nya akan bersinar. Suara-Nya akan memanggil. Tangan-Nya akan menyentuh. Hati-Nya akan mengalirkan kasih. Kehadiran- Nya akan membawa damai. Dia sedang mendekat. Dia mau lebih dekat kepada kita daripada diri kita sendiri. Dia akan merekatkan kita.

Ketika Tuhan mendekat, kita tentunya berharap. Dan hari ini kita diajak berharap bersama nabi Yesaya yang berseru ” Kembalilah oleh karena hamba-hamba-Mu, oleh karena suku-suku milik kepunyaan-Mu! (Yes 63: 17b). Sudilah Engkau mengoyakkan langit dan Engkau turun...” (Yes 64:1). Tuhan akan segera datang untuk kita. Dia akan tiba-tiba datang karena kita. Dia akan menyelamatkan kita. Dia akan membebaskan kita dari berbagai kesulitan, penderitaan, beban-beban berat dan siksa-siksa batin yang lahir dan beranak-pinak karena dosa.

Sebuah keadaan berdosa yang telah menyulap dunia menjadi penjara kerapuhan. Dosa yang terus terulang. Dosa yang seperti opium membuat kita gandrung, candu dan tertidur. Kita lemah tanpa daya. Kita menjadi layu seperti daun. Kita seperti terkurung dalam sangkar. Kita seperti menghuni suatu dunia samar-samar tanpa kejelasan. Kita seperti tinggal di ruang gelap tanpa pintu dan jendela. Dosa membuat hidup jadi pengap. Tuhan akan datang membebaskan kita dari pengapnya hidup ini. Masihkah kita bersikeras melabuhkan harapan pada ”yang lain” selain pada Dia?

Paulus di dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus (1 Kor 1:3-9) berpesan kepada kita agar kita bersiap diri akan hadirnya penampakan Tuhan kita Yesus Kristus. Sebuah penampakan yang akan mengubah segalanya. Penampakan yang menjadikan kita kaya dalam segala hal. Kaya akan berbagai karunia dan berkat. Kaya akan pembebasan batin. Kaya akan jalan-jalan bahagia. Kaya akan sumber-sumber keselamatan. Segalanya menjadi indah pada waktunya. Dan yang membuat indah adalah Tuhan sendiri. Gagapkah kita akan kedatangan Tuhan dan penampakan- Nya? Sebagai seorang yang berharap, tentunya kita tidak akan gagap. Sebab, Injil pada hari ini (Markus 13:33-37) sudah menasehatkan kita demikian ”..berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamana tuan rumah pulang...”. Nasehat ini berarti kita perlu menyusun sebuah ”panitia” di dalam diri (batin, hati) kita untuk menyongsong Pesta Akbar iman kita nanti. ”Panitia” itu bisa terdiri dari (1) upaya-upaya membersihkan hati dari noda dosa entah itu kebencian, iri hati, kesombongan; (2) niat-niat suci dan kehendak baik yang diwujudkan maupun yang akan diwujudkan; (3) sikap mengampuni dan memberi maaf; (4) menganyam sebuah palungan kesalehan dan kasih; (5) ....silahkan isi sendiri, dst.

Oleh sebab itu, korona adven merupakan suatu makna perlambangan. Korona itu sendiri menggambarkan masa atau waktu. Waktu yang dalam kepercayaan kita bukan sebuah waktu yang memiliki ujung di mana kita dapat menentukan awal dan akhirnya. Waktu adalah abadi, tanpa akhir, linear. Pada korona terdapat empat lilin. Empat lilin menandakan empat minggu kita akan melewati masa adven. Pada setiap minggu, setiap lilin akan dinyalakan satu per satu sebagai tanda langkah demi langkah persiapan kita lakukan untuk menyongsong kedatangan Terang. Lalu, korona dililiti oleh dedaunan hijau. Warna hijau adalah lambang syukur, harapan dan kesuburan. Sedangkan warna ungu yang menghiasi seluruh suasana altar melambangkan tobat. Maka, inti adven adalah tobat dan harap di dalam empat pekan dalam penantian akan datangnya Tuhan yang mengunjungi dunia. Tuhan Yesus memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin