Sebagai bagian dari Gereja Universal dan
berdasarkan kenyataan konkrit situasi Gereja di Indonesia, Keuskupan Bogor
memilih cara baru meng- gereja dengan membangun Komunitas Basis. Komunitas
Basis yang dimaksud mengacu pada cara hidup Gereja Perdana. Mereka merupakan
kelompok-kelompok Kristiani yang berhimpun pada taraf keluarga, atau taraf
terbatas, untuk berdoa, membaca dan merenungkan Kitab Suci, memperdalam
pengetahuan iman dan berusaha menyelesaikan masalah- masalah kehidupan dalam
terang iman.
Melewati proses panjang akhirnya pada
Misa pukul 08.00 WIB, Minggu, 27 Januari 2013 para Ketua Wilayah dan Ketua
Komunitas Umat Basis (KUB) resmi dilantik oleh RP. Tauchen Hotlan Girsang, OFM.
Dari para pengurus yang hadir dalam upacara itu tampak wajah-wajah baru namun
ada juga wajah-wajah lama yang terpilih kembali menjadi pengurus periode
2013-2015.
Untuk mengetahui lebih lanjut seperti
dalam kotbah Pastor Tauchen “menjadi pelayan haruslah bersukacita karena
berpusat pada Yesus” Berikut beberapa pendapat mereka yang di himpun Redaksi
Warta Paulus-Depok, seusai pelantikan:
Bapak Agustinus
Sudir I.M (Mantan Ketua Lingkungan St. Ignatius
Loyola periode 2010-2012:
Dalam sambutannya di Gereja Lama Bapak
Sudir berbagi pengalaman kepada pengurus baru seputar seluk beluk semasa ia
menjabat sebagai Ketua Lingkungan St. Ignatius Loyola.
Dia menuturkan bahwa “biasanya warga
baru selalu berjanji untuk membantu dalam setiap tugas dan pelayanan yang saya
emban. Akan hilang bila segala urusannya selesai”. Selain itu banyak usulan
serta masukkan positif yang diberikan kepada saya untuk perkembangan umat, jika
diberi tugas seperti yang dianjurkannya “Jangan saya yang lain saja”. Itulah
sebagian kecil yang saya alami tetapi apapun yang saya lakukan saya kembalikan
kepada Tuhan. Diakhir sambutannya beliau juga menghimbau kepada kepada pengurus
baru untuk memilih dan memilah persoalan agar tidak terjadi polemik direspon
warga.
Bapak Agustinus
Aline Subianto (Mantan Ketua Wilayah VII Periode 2010-2012)
Mewakili para Ketua Wilayah, periode
lama, Bapak Subianto sangat setuju dan sepakat atas terbentuknya Ketua Wilayah
dan Komunitas Umat Basis (KUB) sesuai keputusan Keuskupan Bogor. Langkah ini
adalah langkah yang tepat. Dia juga mengajak kepada para pengurus yang kini
tidak mendapat tugas untuk bergabung di Prodiakon. Kami siap menerimanya karena
Prodiakon yang ada hampir semuanya sudah sepuh.
Bapak Ambros S.
Mally (Ketua Wilayah St. Sicilia periode 2013-2015)
Mantan Wakil Dewan ini tidak berbicara
banyak. Beliau hanya meminta agar Dewan Paroki bisa memfasilitasi para Ketua
Wilayah dalam rapat secara rutin agar tidak putus komunikasi dan informaasi.
FX. Marjono (Ketua Wilayah
St. Laurensius periode 2010-2015)
Bapak yang selalu menjadi ujung tombak
di Seksi Rumah Tangga Paroki ini mengatakan “hanya kerjasama yang baik antar
umat dan penguruslah yang mampu membuat semuanya berjalan baik dan kompak”.
Untuk Wilayah St. Laurensius selama
ini, sejak kepemimpinan saya sebelumnya hampir tidak mengalami hambatan. Hanya
saja kerjasama dan kekompakkan yang sudah terjalin selama ini,terus untuk
ditingkatkan”, ujarnya.
Yohanes Kadiman (Ketua Wilayah
St. Bonaventura periode 2010-2015)
Hal-hal yang perlu ditingkatkan dalam
pelayanan adalah harus sejalan dengan visi -misi yang ada. Selain adanya
kebersamaan. Jika ada benturan atau gesekkan-gesekkan itu biasa dan wajar-wajar
saja. Kita tidak bisa menyatukan presepsi atau satu pola pikir dari sekian
banyak orang dengan tingkat pendidikan, suku, ras, budaya yang berbeda.
“Saya sepakat agar kita tidak untuk
memperbesar persoalan jika terjadi perbedaan pendapat tetapi mari kita melihat
perbedaan itu menjadi suatu hal yang indah. Itu yang kami lakukan di Wialayah
St. Bonaventura. Berawal dari sebuah visi –misi yang jelas yaitu pelayanan
untuk Tuhan dan sesama maka segala perbedaan bisa kami minimalisir. Di wilayah
kami jika berbicara melayani Tuhan kami akan selalu menyingkirkan hal-hal yang
sifatnya pribadi”, ujarnya.
Selain itu kebersamaan yang sudah ada
akan kami akan tingkatkan terus di masa-masa mendatang, tambahnya lagi.
Theresia (Umat Paroki St.
Paulus-Depok)
Ibu yang tidak mau menyebutkan dari
mana asal lingkungannya berkomentar “Kalau saya ditanya soal istilah lingkungan
atau wilayah, buat saya tidak masalah.
Itukan hanya nama yang penting peran
pokok dalam pelayan itu yang harus diutamakan. Apalagi hal itu visi-misi dari
Keuskupan. Kita ikut sajalah. Apa artinya sebuah nama? jika tidak dibarengi
dengan kualitas pelayanan. Jujur walau saya kurang begitu aktif di lingkungan.
Saya akan coba untuk terlibat dalam setiap kegiatan yang ada”.
Marianne R (Anak SD Kelas VI)
Anak yang agak pemalu ini awalnya idak
mau dimintai pendapatnya. Akhirnya dia bicara juga. “Om saya kan masih kecil, belum
tahu banyak soal itu.
Saya hanya mendoakan agar para Ketua Wilayah dan Komunitas
Umat Basis terpilih selalu mendapat pertolongan dari Tuhan, supaya bisa
melayani Tuhan dan umat”. (Darius AR)
______________________________________________________________________
Berikut Susunan Pengurus Ketua Wilayah dan Ketua Komunitas Umat Basis Masa Bakti 2013-2015
______________________________________________________________________
Berikut Susunan Pengurus Ketua Wilayah dan Ketua Komunitas Umat Basis Masa Bakti 2013-2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin