Bekerjalah sebagai teamwork, jangan pernah berkerja sendiri |
Bersama 800-an umat, Misa pukul 08.00 WIB yang dipimpin
Pastor Paroki RP. Tauchen Hotlan Girsang, OFM menjadi saksi atas serah terima
serta pelantikkan Ketua Wilayah dan Ketua Komunitas Umat Basis (KUB) masa bakti
2013-2015 menggantikan kepengurusan masa bakti 2010-2012.
“Dasar utama terbentuknya Komunitas Umat Basis (KUB)
adalah berdasarkan Sinode Keuskupan Bogor tahun2002. dimana dicanangkan disitu
salah satu misi dari Keukupan Bogor agar membentuk Komunitas Umat Basis.
Tujuannya dalam jumlah umat yang lebih sedikit, mudah berkumpul yang berpusat
pada Yesus Kristus, mendengarkan Firman Tuhan dan bersolidaritas atau berbela
rasa dengan sesama.
Kemudian apa yang dicanangkan dalam misi keuskupan itu
dicanangkan juga dalan misi paroki St. Paulus-Depok, yaitu membentuk Komunitas
Umat Basis. Saya kurang tahu kapan misi itu disusun tapi sebenarnya misi itu
sudah lama hanya pelaksanaannya agak susah. Sudah berulang-ulang dicoba dari
tahun-tahun sebelumnya namun tidak berhasil.
Pada TEPAS (Temu Pastoral) 2007 Keuskupan Bogor
diingatkan lagi soal visi-misi keukupan itu karenanya dibeberapa paroki hal itu
sudah diterapkan. Mungkin hanya dalam memakai nama yang berbeda. Untuk paroki
kita saya lebih cendrung memilih nama Komunitas Umat Basis dengan harapan orang
berpikiran komunitas umat basis itu bukanlah lingkungan walaupun sebenarnya
maksudnya ke arah sana yaitu lingkungan yang dulu kita sebut sekarang menjadi
wilayah”, demikian penjelasan Pastor Tauchen kepada Darius AR (Koordinator
KOMSOS Paroki St. Paulus-Depok).
Masih menurut Pastor Tauchen, Proses pembentukan KUB
diparoki kita ini sesuai dengan misi keuskupan kurang lebih berjalan satu tahun
sejak tahun 2012. Januari di canangkan dan dievaluasikan pada bulan Agustus tetapi
belum jalan juga. Sebenarnya ini bukan merupakan program baru tapi program lama
namun kita saaaangat terlambat untuk menerapkannya. Sangat terlambat. Kita pun
mengirimkan lagi surat ke setiap lingkungan, diberi waktu hingga bulan Oktober.
Ternyata sebagian jalan sebagiannya lagi belum. Kita terus mencari metode
dengan harapan bulan Novembver sampai Desember semuanya sudah terbentuk. Puji
Tuhan semuanya bisa berjalan. Dari 17 Wilayah kini bertambah menjadi 18 Wilayah
hasil pemekaran dari St. Ignatius Loyola yaitu wilayah St. Stefanus. Sebenarnya
masih ada lagi wilayah yang harus dimekarkan. Misalnya wilayah St. Laurensius
dan St. Fransiskus Asisi. Ke-18 Wilayah itu akan membawahi beberapa Komunitas
Umat Basis (KUB). Sementara saat ini ada 44 KUB. Hanya wilayah St. Norbertus
yang sampai hari ini belum terbentuk KUB-nya, jelas Pastor asal Sumatera Utara
ini.
Informasi Ke Umat Tidak “Utuh”
Pastor Tauchen juga mengatakan, “Terjadinya tarik ulur
serta perbedaan pandangan seakan-akan program ini dibuat oleh pastor paroki
menjadi salah satu penyebab lambatnya pembentukan KUB. Perbedaan pendangan soal
pembentukkan Komunitas Umat Basis sebenarnya hanya mindset dari segelintir
orang pengurus yang membuat tidak nyambung. Dari segi konsep untuk membentuk
KUB sebenarnya sama dengan lingkungan yang lama. Kita hanya ubah namanya
menjadi wilayah.
Namun perlu diingat kita harus bedakan istilah dengan
content (isi). Artinya isi-nya tetap namanya saja yang kita ganti. Jangan
sampai kita beranggapan bahwa program ini hanya untuk memecah belahkan umat.
Terus yang kedua dari sebagian pengurus itu belum paham soal visi misi
keuskupan dan visi misi paroki. Sangat disayangkan, karenanya begitu kita buat
program seakan-akan program ini baru sama sekali. Jadi ada resistance.
Padahal ini sudah sangat lama dan terlambat. Saya kira
letak perbedaan pemahamannya ada disitu. Selain itu tidak semua tapi hanya
sebagian kecil saja yaitu tidak menyampaikan informasi yang tepat yang kita
sampaikan dari paroki. Ada komunikasi yang di sampaikan ke umat itu yang tidak
“utuh”.
Jangan Pernah Bekerja Sendiri
Pastor yang biasa disapa Romo Tauchen berharap “Yang
mempersatukkan kita seluruhnya adalah paroki maka kaki yang menunjang paroki
itu adalah wilayah. Karenanya kalau masing-masing wilayah dengan pengurusnya
saling menunjang seperti yang ada diparoki otomatis sinergi. Lalu yang kedua
wilayah bisa menunjang paroki maka harus ada KUB. KUB pun harus sinergi dengan
pengurus wilayah, otomatis akan bersinergi dengan paroki.
Dengan demikian segala apa yang terjadi di paroki bisa
langsung diketahui oleh wilayah dan diteruskan ke KUB masing-masing. Dan KUB
tidak pernah kekurangan informasi tentang apa yang terjadi di paroki. Sebab
menurut saya kesulitan yang paling besar adalah sistim komunikasi yang macet/ putus
sehingga banyak kegiatan yang tidak sinergi.
Saya yakin dengan terbentuknya Koumunitas Umat Basis dan
kepengurusan yang ada di wilayah bersama seksi-seksinya, lengkap seperti yanga
ada di paroki, bisa mempermudah dalam bekerjasama. Kepada para pengurus yang
baru saya berpesan jangan pernah bekerja sendiri melainkan bekerjalah sebagai
teamwork dengan seksi-seksi yang ada” harapnya. (Darius AR)
Terkait dengan artikel diatas khususnya masalah KUB, setelah mendengarkan materi dan penjelasan Rm. Dri tentang Pemerintahan Gereja Katolik pada pembekalan pengurus yang diberikan tgl 16 mar 2013, KUB masih akan diteruskan??
BalasHapus