Rabu, 08 April 2015

Cerita Pater Yosef Tote, OFM di Hari UIang Tahunnya yang ke-64

RP. Yosef Tote, OFM
Selasa, 6 Januari 2015 di gereja Katolik Santo Paulus-Depok, tampak sedikit ramai. Dibelakang geraja atau tepatnya didepan pastoral berdiri tenda dan deretan kursi, beberapa hiasan serta podium kecil. Ternyata hari itu merupakan hari bahagia dan istimewa bagi seorang pastor paroki RP. Yosef Paleba Tolok Tote, OFM yang merayakan hari jadinya yang ke-64 tahun.

Tidak hanya acara syukuran ulang tahun Pater Yosef Tote, OFM tetapi salah satu pastor ordo OFM, RP. Daniel Nahak, OFM dipastikan ada dalam agenda ini. Namun yang bersangkut tampaknya tak hadir karena tugas dan pelayanan. Panitia kecil mengemasnya bersamaan dengan acara natal bersama para pengurus DPP/ DKP dan kelompok kategorial. Perayaan penuh syukur ini sebelumnya didahului dengan perayaan Ekaristi Kudus, pada pukul 19.00 WIB. Cukup meriah untuk ukuran kalangan sendiri. Dihadiri lumayan banyak umat termasuk anak-anak, entah diundang atau sengaja hadir mereka bermaksud untuk turut serta memberikan doa kepada para gembala yang mereka cintai. Selain umat hadir juga para pastor rekan dan pastor paroki tetangga seperti RP. Anton Sahat Manurung, OFM, RP. Alfons S. Suhardi, OFM, RD. Yustinus Dwi Karyanto, pastor paroki St. Herkulanus- Depok, Pengurus DPP/ DKP, Suster, dan Frater dari Novisiat Transitus yang memenuhi kursi-kursi yang tersedia.

Sebelum masuk dalam acara pemotongan kue ulang tahun, RP. Yosef Paleba Tolok Tote, OFM yang lahir di Flores 6 Januari 1951 itu bercerita tentang seputar pemberian nama Yosef dari kedua orangtuanya. Orangtua berkeyakinan bahwa nama Yosef adalah nama yang paling aman dan pas. Alasannya karena Yosef adalah ayah angkat dari Yesus yang perayaanya masih dalam suasana natal.


Anak ke-7 dari 10 bersaudara yang secara kebetulan lahir disaat musim hujan dan musim paceklik itu mengaku bertumbuh alami tanpa ada asupan suplemen apapun untuk bayi atau anak-anak ketika itu bila dibandingkan dengan anak-anak jaman sekarang ini. Hanya mendapatkan asupan air susu ibu (ASI) dari seorang ibu kandungnya.

Pater Yosef yang genap berusia 64 tahun tampaknya sangat bahagia. Belum lagi pastor yang selalu energik itu disuguhkan dengan tarian Sunda yang dipersembahkan oleh anak-anak setingkat usia Sekolah Dasar (SD). “Saya mengucap syukur atas segala rahmat yang Tuhan berikan kepada saya”, demikian ungkap Pater Yosef di dihadapan para umat dengan senyuman khasnya. Banyak hal telah dilaluinya termasuk dengan orang-orang yang berbeda watak dan karakter. Menurut Pater Yosef itu adalah suatu kekayaan baginya.

RP. Anton Sahat Manurung, OFM sebagai rekan pastor dalam kesempatan yang sama, tidak berbicara panjang lebar. Singkat dan padat “Terus bersemangat melayani umat dan Amin…”.

Saat ditemui WP, Pater Yosef menuturkan selama menjadi imam, telah banyak melewati pahit manisnya hidup. Pater Yosef Tote yang ditahbiskan pada tahun 1982 atau sekitar 33 tahun itu mengaku selama menjadi imam muda terkadang kurang mendengar umat atau orang lain dan selalu memaksakan kehendak, kemauan, serta idenya sendiri. Dalam saat yang bersamaan terkadang terjadi benturan yang keras. Sebagai manusia biasa, hal itu tentu membuat beliau down.

Tetapi dengan peristiwa itu menurut pastor asal Lerek, Lembata-Flores justru seperti disadarkan untuk berkeinginan selalu duduk bersama, memikirkan bersama dalam setiap persoalan yang terjadi. Benar seperti pepatah yang mengatakan pengalaman adalah guru yang paling berharga, kira-kira itu adalah kalimat yang pas dengan apa yang dilakukan Pater Yosef sekarang ini. Karena setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan maka kita tidak bisa memaksakan kehendak atau kemauan kita kepada orang lain.

Soal tugas dan pelayanan nya kedepan, Pater Yosef berharap atas pentingnya kerjasama. Bergandeng tangan dari masing-masing kita untuk berkomitmen sesuai dengan tugas dan tanggung-jawabnya. Walaupun sederhana tentu ada hal-hal yang baik. Oleh sebab itu kita semua harus tetap semangat dalam memajukan paroki terutama untuk memuliakan nama Tuhan. (Darius Lekalawo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin