Yesus kadang-kadang sampai “geregetan” meyakinkan murid-murid-Nya bahkan orang banyak bahwa Ia sudah bangkit. Bagaimana Yesus harus meyakinkan semua agar kita percaya bahwa Ia telah bangkit. Demikian pula para lansia (lanjut usia) yang telah makan asam-garam kehidupan ini, melihat kehidupan anak-anak sekarang. Mereka pun mungkin “geregetan” karena melihat kehidupan generasi penerus sekarang yang tidak seperti mereka imagepada zamannya. Tapi, begitulah, meski dikatakan bila anak-anak sekarang lebih bisa “mencetak” anak daripada “mengurusnya”, para lansia tersebut bisa memotret keseharian kita, karena pada akhirnya kitalah yang menjalankan kehidupan kita masing-masing.
Demikian disampaikan oleh RD Yustinus Joned Saputra dalam homili pada Misa Paskah Lansia di Paroki St. Thomas, Sabtu, 11 April 2015.
“Kalau bukan karena keberadaan oma dan opa yang ada di sini, kita mungkin tidak ada. Merekalah yang telah melahirkan dan mendidik kita, hingga kita menjadi sekarang ini. Maka tak ada salahnya juga, bila mereka pun turut mengawasi bagaimana langkah kita, terutama saya, sebagai Imam,” tegas Romo Joned, dalam sebuah untaian kata di tengah acara Ramah Tamah para lansia.
Usia yang sudah lanjut tidaklah menghambat kita untuk tetap berkarya. Usia pun bukan hambatan bagi kita untuk tetap mewartakan Kasih Kristus. Kita masih tetap bisa memberikan pelayanan dari tingkat lingkungan, wilayah, hingga Paroki.
Paskah Lansia, yang masih dalam rangkaian kepanitiaan Paskah St. Thomas 2015 oleh Wilayah III St. Paulus ini, digawangi oleh Ibu Maria Yuliana. Acara yang dihadiri oleh sekitar 150 oma dan oma ini pun dihibur oleh pertunjukan dance oleh para “cucu” mereka yang bersekolah di SMP Mardi Yuana.
Lepas sejenak dari keseharian para opa-oma, mereka dapat tertawa lepas dengan hiburan para “punakawan” dari Lingkungan Matius, yang digawangi oleh Bapak Agustinus, Bapak Djuwanto, dan Sdr. Kim Tjen. Para punakawan itu kembali mengajak para oma-opa untuk tetap aktif di kegiatan lingkungan, minimal. Lebih baik lagi bila tetap aktif di tingkat Wilayah dan Paroki.
Berbagai hadiah door prize disediakan oleh panitia. Meski tidak seberapa harganya, tapi itu adalah bukti kasih panitia kepada opa-oma yang bersedia hadir dan mengikuti acara Paskah Lansia tersebut. Panitia pun memberikan kesempatan kepada opa-oma untuk berdansa dengan iringan suara emas Bapak Djaswadi dengan tembang kenangannya.
Sebagai opa-oma, mereka adalah teladan dan penyemangat dalam karya pelayanan yang berbasis keluarga sumber sukacita. Ini menjadi pemacu bagi para orang muda juga keluarga-keluarga muda utk tetap bersemangat dalam berkarya.
Banyak kegiatan yang sudah dan akan dilakukan oleh para para lansia ini. Seperti pertemuan para Lansia tiap Sabtu pertama. Dan yang akan datang yaitu tanggal 30 Mei diadakan Seminar “Ada Apa di Balik Kematian” oleh RD Driyanto. (K.Tatik Wardayati/ keuskupanbogor.org)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin