Foto: Ist. |
Suasana peryaan hari ke 15 pasca Imlek di tempat ini pun berlangsung dengan sagat hangat dan juga akrab. Pada hari Minggu 12 Februari 2017 sore hari para warga Tionghoa kampung pecinan Tambak Bayan ini berkumpul di bangunan tua di ujung gang yang biasa disebut dengan Rumah Besar.
Di dalam forum itu juga terdapat beberapa forum lintas agama seperti pemuda gereja, katolik, Hindu, dan juga Budha. Ada juga Gusdurian yang datang dari kalangan Muslim. Tidak hanya berdiskusi mengenai keragaman saja, mereka juga telah mengisi acara ini dengan pemberian santunan kepada para masyarakat
Setelah itu forum diskusi ini pun telah ditutup dengan doa lintas agama, nyanyian padamu negeri dan juga santap lontong Cap Go Meh yang merupakan makanan khas kampung pecinan Tambak Bayan pada saat merayakan perayaan Cap Go Meh.
Salah satu penggerak dari Gusdurian yakni Isa Anshori ini telah menyambut dengan baik acara ini yang merupakan bukti bahwa di kota Surabaya ni keragaman dan juga kebinekaan masih tetap terjaga dengan sangat baik. Isa Anshori mengatakan bahwa dalam disukusi itu telah disepakati akan menolak semua paham yang mengancam keutuhan NKRI.
Lalu Dani Sumanjaya yang berupakan salah satu koordinator warga kampung pecinan Tambak Bayan ini mengatakan bahwa warga dari kampung Pecinan Tambak Bayan Surabaya ini memang sangat inklusif. Dirinya mengatakan “Kami sudah puluhan tahun hidup berdampingan dengan warga asli maupun pendatang. Kerukunan dengan siapa pun tetap kami jaga selamanya”.
Dirinya sangat berharap agar acara seperti ini telah digelar rutin u ntuk lebih menanamkan pemahaman mengenai keragaman dan juga NKRI kepada para warga. (Indowarta.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin