Foto: beritasatu.com |
Setiap tanggal 11 Februari Gereja Katolik mempersembahkan doa bagi orang
sakit sedunia. Tahun 2017 merupakan Pesta Perak Hari Doa untuk Orang Sakit
Sedunia ke-25 sejak ditetapkan Santo Yohanes Paulus II. Hari Doa untuk Orang Sakit Sedunia dirayakan di seluruh Gereja dan
secara khusus di Lourdes, Perancis.
Untuk
memperingati Hari Doa untuk Orang Sakit Sedunia ke-25 tersebut, Gereja Paroki Kristus Raja Ungaran
menggelar Misa Kudus
dan Doa serta Sakramen
Perminyakan Orang Sakit bagiumat lanjut
usia (lansia). Misa yang digelar Sabtu (11/2) dan sempat diterpa hujan tersebut
diikuti sedikitnya
350-an umat lansia.
Terkait Hari
Doa untuk Orang Sakit Sedunia ke-25, Paus Fransiskus menyampaikan pesan dengan
tema “Ketakjuban pada apa yang telah Tuhan kerjakan: ‘Yang Mahakuasa telah
melakukan perbuatan-perbuatan besar untukku...’” (Luk 1:49). Hari Doa untuk
Orang Sakit Sedunia ini ditetapkan oleh Santo Yohanes Paulus II pada 1992
dan dirayakan pertama kali di Lourdes pada 11 Februari 1993. Ini merupakan
kesempatan untuk merenungkan kebutuhan-kebutuhan orang sakit pada khususnya dan
semua orang yang menderita pada umumnya.
Pada
kesempatan ini, Romo Aloys Budi Purnomo Pr, Pastor Pembantu Paroki Ungaran juga
memberikan Sakramen Perminyakan orang sakit secara massal.
Mengutip
pesan Paus Fransiskus, dalam homilinya Romo Budi mengatakan, "Seperti St.
Bernadet, kita berdiri di bawah tatapan Maria yang penuh perhatian. Gadis
Lourdes yang sederhana itu menceritakan kepada kita bahwa Sang Perawan, yang
disebutnya Bunda Penyayang, memandangnya seperti seorang pribadi memandang
pribadi yang lain. Kata-kata sederhana itu melukiskan kepenuhan sebuah relasi.
Bernadet, yang miskin, buta huruf dan sakit, merasakan bahwa Maria sedang
memandanginya sebagai seorang pribadi. Sang Bunda Penyayang berbicara kepadanya
dengan penuh penghargaan dan tanpa sikap merendahkan. Hal ini mengingatkan kita
bahwa setiap orang harus diperlakukan sebagai manusia. Yang sakit dan mereka
yang berkebutuhan khusus, bahkan yang sakit dan cacat berat pun, memiliki
martabat dan misi mereka sendiri yang tidak dapat diganggu-gugat dalam
kehidupan."
Sesudah itu,
Romo Budi mengajak kakek-nenek dan umat lansia yang hadir menyanyikan lagu
Ndherek Dewi Maria dengan iringan saksofonnya.
Romo Budi
berharap pada Hari Orang Sakit Sedunia ini, seperti dipesankan Paus Fransiskus,
semoga umat menemukan dorongan baru untuk bekerja demi perkembangan budaya yang
menghargai kehidupan, kesehatan dan lingkungan hidup.
“Semoga
perayaan hari ini juga menginspirasi upaya-upaya yang diperbarui untuk
mempertahankan integritas dan martabat manusia sebagai pribadi, dengan
mempertimbangkan pendekatan yang benar untuk masalah-masalah bioetika,
perlindungan bagi yang lemah dan perlindungan bagi lingkungan hidup,” katanya.
(gor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin