Senin, 13 Februari 2017

Misa Hari Doa untuk Orang Sakit Sedunia Diikuti 350-an Lansia

Foto: beritasatu.com
Setiap tanggal 11 Februari Gereja Katolik mempersembahkan doa bagi orang sakit sedunia. Tahun 2017 merupakan Pesta Perak Hari Doa untuk Orang Sakit Sedunia ke-25 sejak ditetapkan Santo Yohanes Paulus II. Hari Doa untuk Orang Sakit Sedunia dirayakan di seluruh Gereja dan secara khusus di Lourdes, Perancis. 

Untuk memperingati Hari Doa untuk Orang Sakit Sedunia ke-25 tersebut, Gereja Paroki Kristus Raja Ungaran menggelar Misa Kudus dan Doa serta Sakramen Perminyakan Orang Sakit bagiumat  lanjut usia (lansia). Misa yang digelar Sabtu (11/2) dan sempat diterpa hujan tersebut diikuti sedikitnya 350-an umat lansia.

Terkait Hari Doa untuk Orang Sakit Sedunia ke-25, Paus Fransiskus menyampaikan pesan dengan tema “Ketakjuban pada apa yang telah Tuhan kerjakan: ‘Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar untukku...’” (Luk 1:49). Hari Doa untuk Orang Sakit Sedunia ini ditetapkan oleh Santo Yohanes Paulus II pada  1992 dan dirayakan pertama kali di Lourdes pada 11 Februari 1993. Ini merupakan kesempatan untuk merenungkan kebutuhan-kebutuhan orang sakit pada khususnya dan semua orang yang menderita pada umumnya.

Pada kesempatan ini, Romo Aloys Budi Purnomo Pr, Pastor Pembantu Paroki Ungaran juga memberikan Sakramen Perminyakan orang sakit secara massal. 

Mengutip pesan Paus Fransiskus, dalam homilinya Romo Budi mengatakan, "Seperti St. Bernadet, kita berdiri di bawah tatapan Maria yang penuh perhatian. Gadis Lourdes yang sederhana itu menceritakan kepada kita bahwa Sang Perawan, yang disebutnya Bunda Penyayang, memandangnya seperti seorang pribadi memandang pribadi yang lain. Kata-kata sederhana itu melukiskan kepenuhan sebuah relasi. Bernadet, yang miskin, buta huruf dan sakit, merasakan bahwa Maria sedang memandanginya sebagai seorang pribadi. Sang Bunda Penyayang berbicara kepadanya dengan penuh penghargaan dan tanpa sikap merendahkan. Hal ini mengingatkan kita bahwa setiap orang harus diperlakukan sebagai manusia. Yang sakit dan mereka yang berkebutuhan khusus, bahkan yang sakit dan cacat berat pun, memiliki martabat dan misi mereka sendiri yang tidak dapat diganggu-gugat dalam kehidupan."

Sesudah itu, Romo Budi mengajak kakek-nenek dan umat lansia yang hadir menyanyikan lagu Ndherek Dewi Maria dengan iringan saksofonnya.

Romo Budi berharap pada Hari Orang Sakit Sedunia ini, seperti dipesankan Paus Fransiskus, semoga umat menemukan dorongan baru untuk bekerja demi perkembangan budaya yang menghargai kehidupan, kesehatan dan lingkungan hidup.

“Semoga perayaan hari ini juga menginspirasi upaya-upaya yang diperbarui untuk mempertahankan integritas dan martabat manusia sebagai pribadi, dengan mempertimbangkan pendekatan yang benar untuk masalah-masalah bioetika, perlindungan bagi yang lemah dan perlindungan bagi lingkungan hidup,” katanya. (gor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin