Rabu, 22 Februari 2017

Hadiri Sidang Agung Gereja Katolik, Ini Pesan Menteri Lukman

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memberikan keterangan kepada media terkait sidang isbat penentuan 1 Syawal 1436 H di Kementerian Agama, Jakarta, 16 juli 2015. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menggelar Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) IV Tahun 2015 di Cimacan, Jawa Barat. Acara yang dihadiri para uskup se-Indonesia, Ketua KWI Monsiyur Ignatius Suharyo, dan Dubes Vatikan untuk Indonesia ini dibuka Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Senin malam, 2 November 2015.

SAGKI yang akan berlangsung pada 2-7 November 2015 ini menyoroti fungsi dan keberadaan keluarga dalam mewujudkan nilai-nilai injili. “Keluarga adalah sekolah yang utama dan pertama,” ucap Menteri Lukman saat memberikan sambutan.

Di hadapan para peserta SAGKI, Lukman mengatakan pengetahuan dan nilai kebajikan yang awal diperoleh seorang anak adalah dari keluarga, terutama ibu. Karenanya, ibu merupakan pilar utama dari rumah tangga.

Fungsi dan peran keluarga, menurut Lukman, harus ditingkatkan mengingat saat ini orang tua dihadapkan pada tantangan globalisasi. Anak-anak sekarang tidak lagi sepenuhnya mengandalkan orang tua dan guru dalam mengakses informasi karena ada Internet.

Nilai-nilai kebajikan yang dulunya didapatkan langsung dari guru, orang tua, pendeta, dan lainnya saat ini bisa didapatkan secara langsung dan instan dari Internet. Nilai-nilai yang diakses dari Internet tentu tidak semuanya positif, dan di sinilah yang menjadi salah satu tantangan keluarga ke depan.

Menteri Lukman berharap kegiatan ini bisa menghasilkan hal-hal yang berguna bagi pembentukan keluarga yang benar-benar menjadi tempat sukacita dan damai, benar-benar Katolik, serta benar-benar menjadi warga Indonesia yang memiliki cinta, kasih, dan sayang di tengah masyarakat yang majemuk. “Semoga acara ini bisa menghasilkan rekomendasi yang baik, sebagai kontribusi yang konstruktif bagi bangsa Indonesia tercinta,” ucapnya.

Sebelumnya, Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Monsinyur Antonio Guido Filippazi, menuturkan gereja adalah rumah tangga dan keluarga. Keduanya saling memberi dan menerima satu sama lain: jika yang satu berkembang, yang lain berkembang pula.

Bagi Monsinyur Antonio, keluarga menjadi pewarta iman bagi semuanya. Keluarga kristiani menjadi tempat pendidikan doa yang pertama. “Kita harus selalu membangun gereja yang menjadi keluarga Allah sejati, yang membuat kita satu keluarga untuk mendekatkan diri kepadanya,” terangnya.

Dalam pandangan Monsinyur Antonio, era globalisasi dan modernitas dapat memudarkan peran keluarga dalam mendidik anak-anak. Selain arus informasi yang demikian hebat, kesibukan orang tua dalam mencari nafkah atau kebutuhan keluarga berpotensi menjadikan perkembangan anak terabaikan.

Untuk itu, Monsinyur berharap SAGKI IV bisa menghasilkan rekomendasi berupa upaya-upaya strategis dalam mewujudkan nilai-nilai kebaikan, nilai-nilai injili, cinta kasih, sukacita, melayani, dan kasih sayang dalam keluarga.

Ditemui seusai pembukaan, Dirjen Katolik Kementerian Agama Eusabius Binsasi menuturkan Gereja Katolik melihat bahwa keluarga menjadi dasar dalam kehidupan bersama.

“Indonesia adalah keluarga. Katolik mempunyai paham kekitaan. Persoalan bangsa persoalan kita,” ujar Eusabius Binsasi.(kemenag.go.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin