Jumat, 10 Februari 2017

Paus Fransiskus: Gereja yang Kecil dan Teraniaya adalah Kekuatan Gereja

Kekuatan terbesar Gereja pada zaman ini ada dalam Gereja kecil dan teraniaya. Inilah pesan Paus Fransiskus pada misa pagi di Kapela Casa Santa Marta. Dalam inti kotbahnya, Paus Mengatakan bahwa “pada zaman ini, lebih dari pada abad pertama” – tetapi media tidak mengatakan apa-apa tentang mereka, karena hal itu bukanlah berita. Pada misa kali ini, Paus Fransiskus mengajak kita untuk mengenang mereka yang menderita sebagai martir.

“Tanpa kenangan tidak ada harapan”, kata Paus Fransiskus, mendasarkan homilinya pada surat kepada orang Ibrani. Bacaan pertama adalah sebuah seruan untuk mengingat keseluruhan sejarah umat Allah. Liturgi pada hari ini fokus pada surat Ibrani bab 11, yang berbicara tentang kenangan - dan pertama-tama, sebuah “kenangan akan ketaatan”, kenangan ketaatan banyak orang, sejak Abraham, yang sangat taat, yang pergi dari tanah kelahirannya tanpa tahu kemana tujuannya. Secara khusus, pada surat kepada orang Ibrani bab 11 berbicara tentang kenangan: kenangan dari karya agung Allah, yang dilakukan oleh banyak orang yang telah melakukan hal besar dalam sejarah Israel.
Hari ini ada lebih banyak martir daripada abad pertama: media tidak mengatakan apa-apa karena mereka bukanlah berita.

Ada juga kelompok ketiga yang kita peringati: para martir, “mereka yang sudah menderita dan memberikan hidup mereka, seperti yang dilakukan Yesus,” yang “dilempari batu, disiksa, dan dibunuh dengan pedang.” Gereja, dalam kenyataannya, adalah “umat Allah” “penuh dosa tetapi taat,” yang “melakukan hal besar dan juga sampai pada Yesus, melalui kemartiran”:

“Para Martir adalah mereka yang menampilkan wajah Gereja, mensupport Gereja, baik di masa lalu dan di masa ini. Pada zaman ini, ada lebih banyak martir dibandingkan abad pertama. Media tidak membicarakan mereka karena mereka bukanlah kabar berita, tetapi banyak orang Kristen di dunia zaman ini diberkati karena teraniaya, terhina, dan dipenjarakan. Ada banyak yang dipenjarakan hanya karena membawa sebuah salib atau karena mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan! Inilah kejayaan gereja, dan dukungan kita, dan juga kemanusiaan kita: kita yang memiliki segalanya, semua tampak sangat mudah untuk kita, dan jika kita berkekurangan kita akan protes. Tetapi mari kita ingat saudara dan saudari kita hari ini, yang dalam jumlah yang lebih besar dari abad pertama, menderita sebagai martir!”


Kekuatan terbesar Gereja adalah Gereja yang kecil dan teraniaya
Kemudian Paus Fransiskus mengulangi bahwa kekuatan Gereja saat ini ada dalam gereja kecil yang dianiaya:

“Dan kita-juga benar dan adil-kita puas ketika kita melihat tindakan Gereja yang hebat, yang memperoleh sukses yang besar. Orang Kristen berdemonstrasi... dan ini baik! Apakah ini kekuatan? Iya, ini adalah kekuatan. Tetapi kekuatan terbesar dari Gereja zaman ini ada dalam Gereja – gereja kecil, kurus, dengan sedikit orang, dianiaya, dan uskupnya dipenjara. Inilah kemuliaan kita pada zaman ini, inilah kekuatan dan kemuliaan kita.”

Darah para Martir adalah benih orang Kristen

“Gereja tanpa para martir – saya dengan berani mengatakan - adalah sebuah Gereja tanpa Yesus,” kata Paus Fransiskus sebagai kesimpulan. Paus Fransiskus kemudian mengundang mereka yang hadir untuk berdoa “untuk para martir yang menderita dan untuk gereja-gereja yang tidak bebas mengekspresikan diri: mereka adalah harapan kita.” Dan Paus mengulangi bahwa di abad pertama Gereja, seorang penulis tua mengatakan “darah orang Kristen, darah para martir, adalah benih bagi orang Kristen”:

“Mereka, dengan kemartirannya, kesaksiannya, penderitannya, bahkan memberikan hidup mereka, mengorbankan hidup, menabur benih Kristianitas untuk masa depan Gereja dan dalam Gereja lain.

Mari kita mempersembahkan misa ini untuk para martir, bagi mereka yang sekarang menderita, bagi Gereja yang menderita, dan tidak memiliki kebebasan. Dan mari kita bersyukur pada Tuhan karena menghadiahkan dengan kekuatan roh Kudus dalam saudara dan saudari kita ini yang pada saat ini bersama-Nya.” (Berita Vatikan, terj. Ignasius Lede. Sumber: radiovaticana.va)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin