Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid
menilai bahwa masyarakat Indonesia telah memiliki budaya dalam upaya
penguatan praktik toleransi. Hal itu terjadi dalam bentuk silaturahim
warga.
Yenny mengatakan, terkadang ada ajakan di masyarakat untuk melakukan
aksi intoleransi. Namun, kondisi itu menjadi cair dengan adanya
silaturahim.
"Bagi kami cukup menarik bahwa secara teoretis, orang mungkin tidak
terlalu paham dengan toleransi. Namun, dengan pendekatan hubungan sosial
melalui silaturahim, itu jadi cair, sekat-sekat jadi runtuh," kata
Yenny di Hotel Sari PAN Pacific, Jakarta, Selasa (28/2/2017).
Menurut Yenny, silaturahim warga dengan berbagai macam latar belakang
harus ditingkatkan. Ia menilai, silaturahim untuk memperkuat toleransi
lebih efektif dibanding melalui dialog keagamaan.
"Begitu ada silaturahim, orang jadi ada kedekatan ketimbang diskusi,
debat soal agama. Sudah, silaturahim saja dulu," ucap Yenny.
Yenny mencontohkan praktik toleransi yang terjadi di beberapa daerah. Grup kasidah dari Masjid Nurulsalam, Wangtoa, Lembata, Nusa Tenggara Timur, ikut memeriahkan perayaan keagamaan komunitas Gereja Paroki Kristus Raja Wangtoa Lembata.
Kemudian, puluhan warga non-Muslim jemaat Gereja Kalimantan Evangelis
Tumbang Sangai dan umat Hindu Kaharingan turut memeriahkan pembukaan
Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-47 Kabupaten Kotawaringin Timur,
Kalimantan Tengah, pada April lalu.
Tak hanya itu, masyarakat Kota Tual, Maluku, baik Islam maupun Kristen, terlibat dalam renovasi Masjid Raya Kota Tual.
Fenomena serupa juga terjadi di Kecamatan Watihama, Flores Timur,
NTT. Ratusan warga Muslim dari beberapa Desa Teeljamt dalam acara
syukuran rehabilitasi bangunan Gereja Katolik Watihama.
"Tanpa ba-bi-bu langsung praktik makin banyak muncul di tengah masyarakat kita," ujar Yenny.
Dalam laporan Kemerdekaan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) pada 2016,
Wahid Foundation mencatat terjadi peningkatan pelanggaran KBB di
Indonesia.
Pada 2016, terdapat 204 peristiwa pelanggaran KBB dengan 313
tindakan. Jumlah ini naik 7 persen dibanding 2015 dengan 190 peristiwa
dan 249 tindakan.
Meski demikian, praktik keberagaman di Indonesia tidaklah suram. Di
sisi lain, terjadi juga kemajuan dalam praktik KBB. Sebanyak 254 praktik
toleransi terjadi selama tahun 2016.
____________________
Darius Leka, SH/ Sumber: www.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin