Rabu, 02 Maret 2011

Hukum Taurat dan Korban Yesus Kristus

Dengan Salib-Nya kita ditebus
Kasih Allah adalah seperti kobaran api yang menyala-nyala dengan sempurna, karena membakar habis hasrat-hasrat jahat kita dan memenuhi diri kita dengan suatu kerinduan untuk menyenangkan-Nya dan meletakkan hidup kita dalam pelayanan yang rendah hati bagi sesama. Santo Augustinus pernah berkata: “Penuhilah perintah-perintah Allah karena kasih. Dapatkah seseorang menolak untuk mengasihi Allah yang telah terlebih dahulu mengasihi kita walaupun kita masih terbelenggu dalam ketidakadilan dan kesombongan?”

Hukum Taurat boleh mengatakan “Jangan membunuh, jangan berzinah,” tetapi di dalam larangan itu tidak ada kekuatan untuk mencegah orang untuk tidak melanggarnya. Artinya orang boleh saja memiliki hukum lebih banyak daripada orang yang primitif tetapi tidak berarti hidup mereka lebih baik. Itulah sebabnya Paulus mengatakan orang Yahudi maupun orang Yunani di hadapan Tuhan tidak jauh berbeda. Lantas apakah murid Kristus tidak lagi terikat kepada hukum Taurat? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu melihat bagaimana Tuhan Yesus sendiri menyikapi tuntutan hukum Taurat.

“Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu huruf kecil atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat,  sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkannya, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga (Mat 5:17-19).

Yesus tidak menolak Perjanjian Lama, sebaliknya Ia datang untuk menggenapinya. Mengapa demikian? Karena seluruh hukum Taurat menyatakan kehendak Allah untuk manusia. Bahkan hukum Taurat mencerminkan karakter Allah untuk diwujudkan dalam kehidupan manusia. Kalau begitu bagaimana Tuhan Yesus menggenapinya? Dengan jalan memenuhi tuntutan Taurat sepenuhnya, Yesus menegakkan kebenaran.
Lalu mengapa Yesus membandingkan penegakan kebenaran yang seharusnya murid Tuhan lakukan dengan penegakan kebenaran (hidup keagamaan) ahli Taurat dan orang Farisi? Karena pemuka agama Yahudi hanya melakukan hukum Taurat sebatas perilaku yang terlihat, sementara hati mereka tidak. Itulah yang menyebabkan hukum Taurat menjadi peraturan yang kaku, tidak berperasaan, bahkan mati! Idealnya Taurat sebagai standar perilaku umat Tuhan yang menghidupkan serta menumbuhkan iman akan Tuhan.

Sekarang mata kita telah melihat dan mengerti mengapa tidak ada keselamatan di dalam agama. Hukum Taurat sendiri memberitahukan kepada kita bahwa semua catatan di dalam hukum Taurat menghantarkan kita kepada korban Yesus Kristus. Itulah ketika Yesus mati di kayu salib, di situ kita sadar betapa sucinya Tuhan kita. Di situ kita baru menyadari betapa bobroknya keberdosaan kita. Sekali lagi mari kita menghargai betapa agungnya kematian Kristus di kayu salib dalam menebus dosa kita. (DAR-Komos)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin