Senin, 04 April 2011

MARI, LIHAT !

Mari, Lihat!
Akhir-akhir ini, menolak dan bahkan meniadakan kehadiran kelompok tertentu yang dinilai sebagai orang ‘yang lain’, atau di luar kelompok ‘kita’ berdasarkan iman masih bertumbuh dalam masyarakat kita. Pembakaran dan penyegelan rumah-rumah ibadah, serta larangan beribadah merupakan buktinya.

Sikap ini sesungguhnya muncul sebagai akibat dari pandangan negatif orang terhadap orang lain. Semua yang tidak termasuk dalam kelompok saya, atau kita adalah kafr dan jahat. Sikap seperti ini, menilai rendah orang yang berkeyakinan lain, juga hidup dan berkembang pada zaman Yesus. Orang-orang Yahudi merendahkan orang-orang Samaria sebagai orang-orang kafir. Yesus tidak terpengaruh oleh pengelompokkan sosial dan keagamaan seperti ini. Ia menyapa orang-orang yang tersingkirkan dan bahkan berdialog dan makan bersama dengan mereka. Hal ini tampak jelas dalam kisah percakapan Yesus dengan perempuan Samaria.

Perjumpaan dengan kelompok marginal, orang-orang yang terpinggirkan dalam masyarakat dijadikan oleh Yesus sebagai kesempatan untuk berkatekese. Dalam perjumpaan ini terjadi suatu komunikasi iman. Komunikasi iman ini, tampak dalam percakapan Yesus dengan perempuan Samaria di sumur Yakub. Melalui dialog, perempuan Samaria secara perlahan menyingkapkan imannya yakni mereka menyembah Allah (meskipun mereka dinilai kafir oleh orang Yahudi), dan kerinduan terdalamnya, yakni memperoleh air yang dapat memberikannya kepuasan abadi (bdk. Yoh.4:15). Akhir dari dialog ini ialah perempuan Samaria mengenal identitas Yesus: Nabi dan Mesias. Kecanggungan yang ada dalam diri perempuan Samaria di awal percakapan akhirnya hilang, dan tumbuh semangat baru: mengundang yang lain untuk melihat Kristus, “Mari, lihat!”

Sikap Yesus ini, hendaknya menjadi pola sikap kita dalam menghadapi saudara-saudari kita yang beriman lain. Berhadapan dengan mereka kita tidak dipanggil untuk menilai dan mengadili mereka. Sealiknya kita dipanggil untuk menjadi Nabi bagi mereka. Sebagai Nabi kita ditugaskan untuk membawa Kristus kepada mereka. Kita membawa Kristus kepada sesama melalui perbuatan-perbuatan baik dan cinta kasih. Jika kita sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas kenabian ini, maka kerinduan terdalam manusia, dikasihi dan dihargai, akan terpenuhi.

Masa Prapaskah adalah masa perbaikan hidup batinlah dan lahiriah ktia dalam berelasi dengan Allah dan sesama. Salah satu yang perlu kita perbaiki dalam hal relasi dengan sesama kita adalah kecenderungan kita untuk menolak kehadiran orang yang berbeda dengan kita. Tuhan Memberkati. Oleh: R.P. Bonefasius Budiman, OFM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin