Oleh: Rm. Tauchen Hotlan Girsang, OFM
|
Pada bacaan Injil hari ini kita mengikuti dialog yang panjang tentang penyembuhan yang dialami oleh seorang yang buta sejak lahir. Di dalam dialog itu sangat terasa ketegangan yang muncul antara orang Farisi dan Yesus. Di sana diperlihatkan pandangan tradisional Yahudi bahwa orang lahir buta karena dosa. Para murid juga masih memiliki pandangan ini. Yesus kemudian memakainya untuk memperlihatkan kuasa Terang Allah kepada para murid. Ia berkata: pekerjaan Allah menjadi nyata pada orang buta itu. Selanjutnya, dialog antara orang itu dan orang Farisi kelihatan semakin memanas ketika mereka hendak menyingkapkan identitas Yesus sebagai Nabi. Akhirnya, kenabian Yesus tersingkap tetapi tidak bisa diterima oleh orang Farisi sekalipun mereka menyaksikan orang buta dimelekkan. Suatu gambaran kedegilan dan ketegaran hati, yang berusaha menolak untuk percaya. Yesus menyebut mereka itu buta.
Buta sama artinya dengan tidak dapat melihat terang, yang dalam kitab suci diidentikkan dengan suasana kegelapan, bahkan lebih keras daripada itu disebut sebagai berada dalam kesesatan. Berjalan di dalam kegelapan disebut seperti orang buta. Yang tidak mudah untuk menghafal jalan. Karena itu, ia mudah tersesat. Yang tersulit adalah ketika tempat yang gelap itu adalah hati. Hati yang gelap adalah hati yang menjadi tempat untuk berdosa. Dosa semacam ini tentu saja tidak kelihatan dan tak seorang pun tahu kecuali orang yang berbuat dosa itu dan Allah sendiri. Dosa di dalam hati bisa dalam rupa “IRI”. Iri berarti cemburu terhadap hal-hal baik yang dikerjakan oleh Tuhan pada orang lain. Saya kok Tuhan kasih “yang begini” kok tidak “yang begitu”? Saya kan maunya yang begitu? Dst. Belum lagi berbagai macam umpatan dan gerutu lainnya yang ada di dalam hati. Tentu tak seorang pun tahu apa yang ada di hati itu. Hanya Tuhan yang tahu dan orang itu sendiri.
Dalam perjalanan-Nya menuju sengsara di Yerusalem, Yesus datang ke tengah-tengah kita sebagai terang yang menghalau kegelapan hati kita. Yesus datang untuk menyembuhkan kita dari dosa-dosa yang ada di dalam hati itu. Yesus datang untuk mengubah keadaan kita yang tidak dapat melihat pekerjaan Allah menjadi melihat seperti yang dialami oleh si buta tadi. Jika Tuhan Yesus pada hari ini mendatangi kita untuk menyinari hati kita yang gelap dengan terang kasih-Nya, maka seperti orang buta tadi, kita mestinya berani mengatakan bahwa Dia adalah Nabi. Yesus adalah Terang bagi kita. Yesus datang membawa terang kepada kita agar kita memiliki ketajaman hati, kepekaan yang baik, untuk menyertai Dia di dalam perjalanan-Nya, mengakui pekerjaan-Nya. Oleh Paulus, orang-orang beriman disebut sebagai anak-anak terang yang telah meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan, yang menanggalkan kemabukan anggur dan menerima kepenuhan Roh. Kepenuhan Roh yang membuat anak-anak terang menjadi saleh dan bijaksana. Kita mestinya menjadi anak-anak Terang. Oleh sebab itu, jangan katakan aku tidak tahu kalau hatiku berdosa, melainkan katakanlah aku tahu aku orang berdosa, melekkanlah aku Tuhan sehingga aku menjadi anak terang. Tuhan memberkati !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin