Kita pasti mempunyai jawaban yang beraneka-ragam tapi pada dasarnya mempunyai inti yang hampir senada. Jawabannya pasti hanya seputar pohon natal yang indah, makanan enak, jalan-jalan ke luar kota, pesta meriah, dan jawaban lain yang pasti akan membuat suka cita. Semuanya serba meriah, heboh, dan penuh suka-cita. Tapi kita tidak tahu, apakah Yesus yang kita rayakan juga akan senang dengan segala kemeriahan, kehebohan dan kesuka-citaan itu.
Dalam salah satu media, ada sebuah contoh cerita yang mungkin dapat memberikan refleksi dan memberi sedikit gambaran dalam rangka menyambut kelahiran Yesus.
Di situ diceritakan ada sebuah kemeriahan yang diadakan oleh sekelompok keluarga di sebuah rumah untuk merayakan pesta Natal bersama. Ada makanan, minuman, hadiah, hiasan-hiasan dan yang pasti orang-orang yang penuh suka-cita di dalamnya. Semuanya serba gembira, ada yang bernyanyi, main musik, menari dan tertawa-tawa. Tidak ada sedikit pun rasa kesedihan atau kesederhanaan yang terpancar dari acara tersebut.
Menjelang puncak acara, ada seseorang asing berpakaian sederhana dari luar rumah mengetuk pintu. Karena kemeriahan dalam rumah itu, maka membutuhkan waktu yang cukup lama bagi orang itu untuk mengetuk, mengetuk dan mengetuk agar dapat dibukakan.
Akhirnya setelah cukup lama, sang tuan rumah pun membukakan pintunya dengan pakaian dan hiasan mewah di tubuhnya. Orang asing itu pun segera bertanya, apakah ia diperkenankan untuk ikut masuk dan ikut merayakan pesta natal bersama di dalam rumah itu.
Karena berbagai alasan dan pertimbangan, si tuan rumah segera menolak bahkan mengusir orang asing itu. Dia takut orang asing itu akan mengganggu kenyamanan para tamu dan jalannya pesta.
Orang asing itupun dengan sedih meninggalkan rumah itu dan hanya dapat melihat kemeriahan pesta yang tampak jelas dari luar jendela.
Sambil duduk, orang asing itu bertanya dalam hati “Mengapa mereka merayakan pesta kelahiran-Ku, tapi Aku justru tidak diperbolehkan hadir dalam pesta itu. Mereka menyiapkan hadiah-hadiah yang banyak, tapi tidak ada satu hadiah pun untuk Aku. Mereka mengenakan baju yang sangat bagus, tapi mereka tidak memberi sepotong baju pun yang layak Ku-kenakan di pesta kelahiran-Ku”.
Akhirnya dengan lunglai dan sedih, orang asing itu pun meninggalkan rumah itu. Namun ada doa dan berkat yang tetap diberikan kepada mereka walaupun mereka telah menolak dan mengusirnya.
Dari cerita itu, kita pun disadarkan bahwa sering kali kita merayakan kelahiran Yesus dengan segala kemeriahan, tapi kita justru tidak mengundang dan mengajak Yesus untuk ikut hadir. Seringkali kita membuat palungan yang mewah di hati kita, tapi kita lupa untuk menghadirkan penghuni dari palungan itu. (Agustinus S.T)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin