Oleh: Pastor Alex Lanur, OFM |
Perumpamaan - perumpamaan, penga-laman - pengalaman, yang diucapkan orang seringkali tidak kita rasakan dan pahami. Demikian pun halnya dengan kata-kata yang kita ucapkan setiap hari.
Seringkali juga sebuah gambar
yang sederhana bahkan sudah cukup untuk mengungkapkan sesuatu yang sangat
mendalam maknanya bagi diri dan hidup kita. Hal itu dapat berupa puisi atau
nyanyian, kata-kata, suatu teks, suatu ceritera yang sudah ditulis lama lalu,
tetapi dapat dikenal secara baru dalam hidup kita dan hidupku sendiri sekarang
dan di sini.
Kisah Yohanes dan Lukas
Keduanya telah melukiskan
beberapa perjumpaan dengan Tuhan yang bangkit. Perjumpaan-perjumpaan itu juga
berlangsung sekarang ini dan kukenal dalam hidupku sendiri.
Yoh 20: 11-18
Dalam perikop itu
diceriterakan bahwa pada pagi hari Paskah Maria Magdalena pergi ke kubur. Dia
berdiri sambil menangis karena Tuhannya telah diambil orang. Semua yang
dijanjikan sudah lewat. Dia sangat percaya pada orang dari Nazaret itu. Namun
Dia sudah dikuburkan, sudah dibubuhi dengan rempah-rempah dan sebuah batu besar
dan berat sudah diletakkan di pintu kubur itu. Tetapi sekarang kubur itu
kosong. Tiada seorang pun yang masih ingat akan ramalan-Nya: “Rombak Bait Allah
ini dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya lagi” (Yoh 2: 19). Orang juga
sudah lupa akan penjelasan tentang tanda nabi Yunus.
Maria terus mencari Kristus
yang sudah mati: ”Di mana orang telah meletakkan Tuhannya?” Karena air matanya
dan ketidakpercayaannya tidak mungkinlah dia mengenal Dia yang hidup itu.
Tetapi Kristus memanggilnya dengan namanya: Maria! Lebih dari itu tidak
diperlukan.
Juga terjadi bahwa Allah sudah
mati untukku. Dia sudah tidak ada lagi untukku. Aku berada dalam kehampaan,
dalam kekosongan dan di jalan buntu. Jalan keluar dari masalahku tidak secara
langsung kubutuhkan. Aku sendiri sungguh tidak melihat adanya jalan keluar
untuk memecahkan masalahku itu. Namun tiba-tiba di telingaku terngiang-ngiang:
“…Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku” (Yes 43:
1). Kata-kata nabi Yesaya ini lalu menjadi sabda kebenaran, sabda yang luar
biasa dan sabda penuh harapan bagiku. Allah menyapa diriku secara pribadi dan
sebagai pribadi, seakan-akan tanpa alasan.
Dapat saja aku sendiri
menyebut tempat dan waktunya. Tak terhapuskan dari ingatanku. Hal itu berkaitan
dengan hidup sehari-hari, sejarah manusia dan pribadiku, sejarah kejatuhan dan
kebangkitanku, sejarah bakat-bakat dan tujuan hidupku. Semua pertanyaan seakan
tidak berdaya. Aku juga hanya dapat menggores apa yang sudah lalu dan berusaha
memberikan jawaban serta bersedia mendengarkan: “Janganlah engkau memegang Aku,
sebab Aku belum bangkit, belum pergi kepada Bapa…”.
Luk 24: 13-36
Dalam perikop itu Lukas
menceriterakan dua murid yang pergi ke Emaus. Mereka bercakap-cakap dan
bertukar pikiran tentang peristiwa yang menegangkan dan menghebohkan pada
hari-hari belakangan ini. Mereka menjadi sangat sedih dan bermuram muka. Iman
mereka akan Yesus dari Nazaret menjadi goncang. “Bukankah Dia yang akan
membebaskan bangsa Israel?”
Yesus berjalan bersama-sama
dengan mereka, tetapi mereka tidak tahu akan hal itu. Mereka belum sanggup
mendekati dengan iman kehadiran yang sesungguhnya. Mereka juga tidak sanggup,
bahkan ketika Dia menjelaskan tentang nabi-nabi kepada mereka dan menunjukkan
bahwa harapan orang-orang Israel, yakni bahwa Allah berpegang teguh pada
janji-Nya sudah menjadi terpenuhi. Sama seperti Maria Magdalena mereka juga
belum sanggup mengenal Dia.
Sebab, mereka sendiri tidak
mengalami secara pribadi kenyataan Paskah, yakni melalui kematian sampai pada
kehidupan. Bagi mereka misteri Allah hanyalah huruf belaka, bukan kehidupan.
“Tinggallah bersama dengan kami, Tuhan, sebab hari telah menjelang malam”.
Kerinduan mereka akan kebenaran sangatlah besarnya sehingga mereka tidak
membiarkan Dia pergi begitu saja. Lalu mereka dapat mengenal Dia, ketika Dia
memecah-mecahkan roti.
Allah juga memakai jalan
kata-kata dan tanda-tanda. Berkat orang-orang yang berbicara tentang Allah
dengan diriku dan berkat bacaan Kitab Suci dapatlah aku mengenal Dia dalam
hidupku sendiri. Berkat Roh Kudus, yang menyatakan Kristis kepadaku mungkinlah
aku memperhatikan kehadiran-Nya, yang hidup tetapi tidak kelihatan bagi
orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dia selalu berjalan bersama dengan kita
dan kadang-kadang kita tidak mengetahui-Nya. Tanpa diketahui Dia mengajar kita.
Kita manusia membutuhkan tanda-tanda. Hal itu dapat berupa hal-hal kebetulan
yang memberikan wawasan kepada kita, yang membuat hidup menjadi mungkin bagi
kita.
Namun Tuhan paling dekat
dengan kita bila Dia menyampaikan tanda perjamuan kepada kita, bila Dia
memberikan hidup- Nya kepada kita. Hal itu adalah kata-kata yang mengungkapkan
tindakan untuk menjadi satu dengan Dia: “Bukankah hati kita berkobar-kobar
ketika Dia menerangkan Kitab Suci kepada kita?”
Yoh 21: 1-14
Masih ada perjumpaan yang lain
lagi dengan Tuhan. Perjumpaan itu berlangsung ketika di malam hari para murid
pergi menangkap ikan dan di pagi hari mereka kembali dengan jala yang kosong.
Mereka putusasa, karena tidak menangkap apa-apa. Lalu ada seseorang berdiri di
pantai dan menanyakan apakah mereka mempunyai lauk-pauk. Karena mereka
menjawab: “Tidak ada”, Dia menganjurkan agar mereka menebarkan jalanya di
sebelah kanan perahu. Karena melihat banyaknya ikan yang mereka tangkap,
sadarlah para murid bahwa Tuhan menunggu mereka di pantai dan menyiapkan ikan
untuk mereka. Dia memanggil mereka semua.
Hadiah Paskah
Sekali lagi Kristus memberikan
tanda. Oleh tanda itu dapatlah aku mengenal Dia dalam hidup ini. Semua yang
kukerjakan akan menjadi sia-sia belaka, bila aku tidak dituntun oleh
perintah-perintah-Nya, oleh nasihat-nasihat-Nya. Lalu Dia menyiapkan perjamuan
untuk kita. Tuhan menyatukan kita semua. Datanglah dan makanlah! Dia membuat
kita menjadi saudara dan saudari satu sama lain. Itulah tanda kesatuan yang
sangat besar. Semua orang yang mau hidup menurut kehendak Allah, mengenal yang
lain sebagai saudara dan saudarinya. Semua orang dipanggil demi nama-Nya, demi
hidup bersama yang menggembirakan dan membahagiakan.
Sebab, kita adalah
orang-orang, yang boleh ambil bagian dalam kebangkitan, dalam kebersamaan di
sekitar perjamuan yang disediakan oleh Allah sendiri, agar kita dapat
menghayati Paskah pagi setiap hari dan terus-menerus membaharui dunia ini.
Terus-menerus kita menampilkan tanda persaudaraan dan kesatuan, karena pada
pagi yang pertama Allah berangkat bersama-sama dengan umat-Nya. Dan sekarang
dapatlah kita menjalani hidup kita dengan penuh rasa syukur, dengan mengatakan
ya pada segala sesuatu yang menimpa diri kita, menjalani hidup kita dengan
gembira, dengan harapan akan pengampunan, hadiah Paskah yang besar, bagasi untuk
semua orang yang kita jumpai.
Lihatlah dan kenallah mukjizat
yang adalah hidup itu sendiri! “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok.
Jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk
mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan dia bersama-sama
dengan Aku” (Why 3: 20).
Sumber: Hugo Vereeck, Tekens
van de verrijzenis, Sint Franciscus jrg.8/afl. 3 (1971), 255-258.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin