Oleh: Sdr. Edi Wiyono OFM/ Foto: Darius AR |
Kita dapat mencermati suatu peristiwa atau
pengalaman dalam hidup kita. Kemudian kita dapat mengurai pengalaman itu sampai
kita menemukan sebab atau alasan sampai terjadinya peristiwa itu. Kita biasa
berpikir logis sehingga peristiwa-peristiwa yang kita alami dapat diurai sampai
ditemukan penyebabnya. Meskipun demikian, kemampuan kita dalam mengurai suatu peristiwa
yang kita alami terbatas. Tidak semua peristiwa atau pengalaman dalam hidup
kita dapat diurai sampai jelas sehingga sebab peristiwa itu dapat ditemukan.
Akhirnya kita dapat sampai pada satu titik bahwa peristiwa itu terjadi karena
ada suatu daya atau kekuatan yang berperan di dalamnya. Singkatnya, sebagai
orang yang beriman kita dapat berkata peristiwa itu terjadi karena ada mukjijat
yang dikerjakan oleh Allah.
Dalam bacaan Injil Minggu ini, yakni Markus
5: 21-43, kita dapat melihat peristiwa yang dikisahkan oleh penginjil Lukas
tentang mukjijat penyembuhan dan penghidupan kembali anak yang sudah meninggal.
Ada unsur-unsur yang sama dalam dua peristiwa berbeda itu sehingga terjadi
mukjijat, yakni iman atau percaya dan kuasa Yesus. Dalam peristiwa penyembuhan, cukup jelas bahwa
perempuan yang disembuhkan itu mempunyai iman akan Yesus. Ini dikatakan Yesus
kepada perempuan yang sakit pendarahan itu: “Hai anak-Ku, imanmu telah
menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu.”
Dapat kita bayangkan; perempuan yang sudah menderita selama dua belas tahun dan
sudah berobat ke berbagai tabib tetapi tidak sembuh-sembuh juga. Bahkan, dengan
pengobatnya itu keadaannya semakin buruk dan hartanya habis. Bukankah hal ini
dapat membuat ia berputus asa dan menjadi pesimis terhadap hidupnya itu? Akan tetapi hal ini rupanya tidak terjadi
dalam diri perempuan yang sudah menderita selama dua belas tahun itu. Ia tetap
optimis dan bisa berharap kepada Yesus. Ia percaya kepada Yesus yang sudah ia
dengar dari cerita-cerita orang tentang-Nya.
Berbekal kepercayaannya itu ia mau berdesak-desakan untuk dapat mendekati Yesus
dan menjamah-Nya: “Asal kujamah saja
jubah-Nya, aku akan sembuh”. Itulah yang diucapkan perempuan itu dengan penuh
kepercayaan. Maka sembuhlah perempuan itu dari sakit pendarahannya setelah ia dapat
menjamah jubah Yesus. Karena iman perempuan itu dan kuasa Yesus mukjijat penyembuhan
itu dapat terjadi.
Dalam peristiwa kedua dikisahkan oleh
penginjil Markus bahwa ada seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ia menemui
Yesus dan meminta-Nya (dengan sangat) agar anaknya yang sakit dan hampir mati
disembuhkan. Untuk itu ia meminta Yesus agar mau datang ke rumahnya dan menyembuhkan
anaknya yang sakit. Hal ini tentu
dilakukan Yairus karena ia percaya kepada kuasa Yesus. Selanjutnya, Yesus
melakukan sebagaimana Yairus harapkan. Ketika Yesus tiba di rumah Yairus,
ternyata anak Yairus sudah mati. Namun Yesus mengganggap anak Yairus sedang
tidur. Yesus membangunkan anak itu dengan memegang tangannya dan berkata:
“Talitakum”, yang artinya “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!”. Maka anak itu bangkit dan berdiri. Jelas juga
kiranya bahwa iman atau kepercyan Yairus kepada Yesus yang mendasarinya mau
menemui Yesus dan meminta agar Yesus menyembuhkan anaknya. Dan dengan kuasa-Nya mukjijat itu dilakukan
oleh Yesus. Anak Yairus dapat dihidupkan kembali karena ia percaya pada kuasa Yesus.
Kita dapat bertanya pada diri kita sendiri,
“Apa makna yang bisa diambil dari dua peristiwa yang dikisahkan oleh penginjil
Markus bagi hidup kita? Tidak dapat disangkal bahwa dalam perjalanan hidup kita
ada perbagai persoalan hidup. Persoalan hidup itu ada yang sederhana dan dapat
kita selesaikan dengan kemampuan dan ketrampilan manusiawi kita. Akan tetapi
ada kalanya kita dihadapkan pada suatu persoalan hidup yang rumit, sulit diurai
dan diselesaikan. Berbagai usaha dan kerjasama dengan orang lain sudah
dilakukan untuk menyelesaikan persoalan itu. Namun, kita mengalami persoalan itu masih mengganggu
kita. Terkadang berhadapan dengan persoalan hidup seperti ini kita merasa tidak
berdaya dan merasa kecil. Bukankah dalam situasi seperti ini kita dapat belajar
dari perempuan yang disembuhkan dari sakit pendarahan? Bukankah kita juga bisa
belajar dari Yairus dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup kita? Ya,
belajar beriman, belajar percaya kepada kuasa Yesus. Dengan percaya kepada Yesus
kita berusaha menjalin relasi dan komunikasi lewat doa dan keheningan batin.
Kita dapat menyampaikan persoalan-persoalan hidup yang sulit diurai dalam doa
dan dalam keheningan batin dihadapan-Nya. Kita berusaha mendengarkan jawaban
Yesus dan meresapkan dalam hati: “Jangan takut, percaya saja”. Semoga dengan bacaan Injil
minggu ini kita semakin percaya kepada kuasa Yesus yang akan memampukan kita
menghadapi persoalan-persoalan hidup yang sulit diselesaikan. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin