Selasa, 03 Juli 2012

Belajar Percaya


Oleh: Sdr. Edi Wiyono OFM/ Foto: Darius AR

Kita dapat mencermati suatu peristiwa atau pengalaman dalam hidup kita. Kemudian kita dapat mengurai pengalaman itu sampai kita menemukan sebab atau alasan sampai terjadinya peristiwa itu. Kita biasa berpikir logis sehingga peristiwa-peristiwa yang kita alami dapat diurai sampai ditemukan penyebabnya. Meskipun demikian,  kemampuan kita dalam mengurai suatu peristiwa yang kita alami  terbatas. Tidak  semua peristiwa atau pengalaman dalam hidup kita dapat diurai sampai jelas sehingga sebab peristiwa itu dapat ditemukan. Akhirnya kita dapat sampai pada satu titik bahwa peristiwa itu terjadi karena ada suatu daya atau kekuatan yang berperan di dalamnya. Singkatnya, sebagai orang yang beriman kita dapat berkata peristiwa itu terjadi karena ada mukjijat yang dikerjakan oleh Allah.

Dalam bacaan Injil Minggu ini, yakni Markus 5: 21-43, kita dapat melihat peristiwa yang dikisahkan oleh penginjil Lukas tentang mukjijat penyembuhan dan penghidupan kembali anak yang sudah meninggal. Ada unsur-unsur yang sama dalam dua peristiwa berbeda itu sehingga terjadi mukjijat, yakni iman atau percaya dan kuasa Yesus.  Dalam peristiwa penyembuhan, cukup jelas bahwa perempuan yang disembuhkan itu mempunyai iman akan Yesus. Ini dikatakan Yesus kepada perempuan yang sakit pendarahan itu: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu.” Dapat kita bayangkan; perempuan yang sudah menderita selama dua belas tahun dan sudah berobat ke berbagai tabib tetapi tidak sembuh-sembuh juga. Bahkan, dengan pengobatnya itu keadaannya semakin buruk dan hartanya habis. Bukankah hal ini dapat membuat ia berputus asa dan menjadi pesimis terhadap hidupnya itu?  Akan tetapi hal ini rupanya tidak terjadi dalam diri perempuan yang sudah menderita selama dua belas tahun itu. Ia tetap optimis dan bisa berharap kepada Yesus. Ia percaya kepada Yesus yang sudah ia dengar  dari cerita-cerita orang tentang-Nya. Berbekal kepercayaannya itu ia mau berdesak-desakan untuk dapat mendekati Yesus dan menjamah-Nya:  “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh”. Itulah yang diucapkan perempuan itu dengan penuh kepercayaan. Maka sembuhlah perempuan itu dari sakit pendarahannya setelah ia dapat menjamah jubah Yesus. Karena iman perempuan itu dan kuasa Yesus mukjijat penyembuhan itu dapat terjadi.

Dalam peristiwa kedua dikisahkan oleh penginjil Markus bahwa ada seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ia menemui Yesus dan meminta-Nya (dengan sangat) agar anaknya yang sakit dan hampir mati disembuhkan. Untuk itu ia meminta Yesus agar mau datang ke rumahnya dan menyembuhkan anaknya yang sakit.  Hal ini tentu dilakukan Yairus karena ia percaya kepada kuasa Yesus. Selanjutnya, Yesus melakukan sebagaimana Yairus harapkan. Ketika Yesus tiba di rumah Yairus, ternyata anak Yairus sudah mati. Namun Yesus mengganggap anak Yairus sedang tidur. Yesus membangunkan anak itu dengan memegang tangannya dan berkata: “Talitakum”, yang artinya “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!”.  Maka anak itu bangkit dan berdiri. Jelas juga kiranya bahwa iman atau kepercyan Yairus kepada Yesus yang mendasarinya mau menemui Yesus dan meminta agar Yesus menyembuhkan anaknya.  Dan dengan kuasa-Nya mukjijat itu dilakukan oleh Yesus. Anak Yairus dapat dihidupkan kembali  karena ia percaya pada kuasa Yesus.

Kita dapat bertanya pada diri kita sendiri, “Apa makna yang bisa diambil dari dua peristiwa yang dikisahkan oleh penginjil Markus bagi hidup kita? Tidak dapat disangkal bahwa dalam perjalanan hidup kita ada perbagai persoalan hidup. Persoalan hidup itu ada yang sederhana dan dapat kita selesaikan dengan kemampuan dan ketrampilan manusiawi kita. Akan tetapi ada kalanya kita dihadapkan pada suatu persoalan hidup yang rumit, sulit diurai dan diselesaikan. Berbagai usaha dan kerjasama dengan orang lain sudah dilakukan untuk menyelesaikan persoalan itu. Namun,  kita mengalami persoalan itu masih mengganggu kita. Terkadang berhadapan dengan persoalan hidup seperti ini kita merasa tidak berdaya dan merasa kecil. Bukankah dalam situasi seperti ini kita dapat belajar dari perempuan yang disembuhkan dari sakit pendarahan? Bukankah kita juga bisa belajar dari Yairus dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup kita? Ya, belajar beriman, belajar percaya kepada kuasa Yesus. Dengan percaya kepada Yesus kita berusaha menjalin relasi dan komunikasi lewat doa dan keheningan batin. Kita dapat menyampaikan persoalan-persoalan hidup yang sulit diurai dalam doa dan dalam keheningan batin dihadapan-Nya. Kita berusaha mendengarkan jawaban Yesus dan meresapkan dalam hati: “Jangan takut,  percaya saja”. Semoga dengan bacaan Injil minggu ini kita semakin percaya kepada kuasa Yesus yang akan memampukan kita menghadapi persoalan-persoalan hidup yang sulit diselesaikan. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin