“Sobeklah hatimu dan berbaliklah kepada Tuhan!”
Salam Damai Sejahtera dan berkat apostolik,
Saudari-saudaraku, masa Puasa telah tiba. Kita semua akan ditandai dengan abu pada dahi atau kepala kita. Sambil menandai kita dengan abu, para imam berseru: “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil”(Mrk 1:15). Selain itu, seruan Tuhan melalui Nabi Yoel ditabuhkan: ”Berbaliklah kepadaKu dengan segenap hatimu. Hendaknya tidak saja kausobek pakaianmu, tetapi sobeklah juga hatimu dan berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia mahapengasih dan penyayang, lagi sabar dan kaya akan rahmat; Ia pun sedih melihat kemalanganmu” (Yoel 2:12-13). Seruan pertobatan ini didengungkan pula oleh pemazmur: “Dengarlah suara Tuhan hari ini: janganlah keraskan hatimu” (Mzm 95:8).
Bertobat pada dasarnya berbalik dari dosa dan berbalik kepada Allah yang hidup, Allah Perjanjian:”Marilah kita berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah mengoyak-ngoyak tetapi akan menyembuhkan kita; Dia telah memukul kita tetapi akan membalut luka-luka kita” (Hos 6,1). Seruan nabi Hosea inipun mendesak kita untuk melakukan pertobatan sejati. Hasil itu harus selalu diilhami dan digerakkan oleh kasih dan pengenal akan Allah.
Melakukan pertobatan itu beraspek ganda. Di satu sisi mesti menjadi suatu gerakan pembaruan relasi kita dengan Allah dan disisi lain diwujudkan dalam pembaruan sikap dan perilaku sosial kita dalam hidup menggereja dan memasyarakat. Itulah yang dimaksudkan dengan Aksi Puasa Pembangunan (APP).
Tokoh Yesus dan gerakan APP
Tema sentral APP kita ialah “Keluarga Sumber Sukacita”. Artinya dalam rangka menjalani masa tobat ini dan menyongsong kemenangan Paskah, keluarga-keluarga digerakkan. Pembaruan hidup mesti terjadi terutama dalam lingkup “Gereja domestik”, yakni Keluarga.
Corak gerakan ini tercermin secara kasat kata melalui ajakan-ajakan para nabi yang didengungkan selama masa Puasa yang berlangsung selama 40 hari. Teladan utama dari gerakan kembali kepada Allah ditampilkan oleh Yesus sendiri. Itu tercermin dalam pewartaan, jalan salib-Nya menuju Golgota hingga wafat dan kebangkitanNya. Yesus sendiri mengalami suka duka hidup dalam keluarga bersama Bunda Maria, IbuNya dan Santo Yoseph. Peristiwa Paskah KebangkitanNya mestinya meyakinkan kita bahwa hidup berpegang pada Allah, hidup dalam pertobatan akan menghantar kita menuju keselamatan. Pengaruh-pengaruh yang jahat dan menghancurkan keutuhan hidup bersama dalam kasih, dapat dikalahkan.
Komitmen mencintai Tuhan dan GerejaNya
Semangat: “Mencintai Tuhan dan mencintai Gereja Kristus”, menjadi dasar untuk melakukan pertobatan dan percaya kepada Injil. Mencintai Tuhan Yesus bagi kita tidak dapat dipisahkan dari mencintai GerejaNya yang adalah Tubuh mistik Kristus. Sebagai konsekuensi dari iman inilah, maka kita semua dipanggil untuk memperlihatkan secara matang dan bertanggungjawab cinta kita akan Gereja Kristus di Keuskupan Bogor, dan juga terlibat secara penuh dan bertanggungjawab dalam hidup beriman di paroki-paroki sebagai ungkapan konkret dari pelaksanaan pertobatan.
Cinta akan Kristus dan Gerejanya akan terpupuk bila kita mendalami semangat doa, ketekunan membaca dan mendengarkan Firman Tuhan, serta ketulusan kita untuk melakukan karya-karya amal serta karya yang memberdayakan sesama kita. Maka selama masa prapaskah, segala energi rohani dan daya fisik kita, serta kegiatan rohani dan pastoral diarahkan untuk pemantapan komitmen kita untuk bangkit bersama Kristus yang menderita, wafat dan bangkit dari kuasa maut di hari raya Paskah nanti.
Agar kebangkitan kita bersama Kristus sungguh dipersiapkan secara baik, maka kita meningkatkan perhatian kita pada hal berdoa, beramal dan berpuasa.
- Keluarga dengan sukacita berdoa: Yesus mengajarkan supaya kita berdoa dengan tulus hati “jangan berdoa seperti orang munafik yang mengucapkan doanya supaya dilihat orang dan bertele-tele”(Mat 6:5). Berdoa berarti berelasi, berdialog pribadi dengan Tuhan yang mahapengasih dan mahapengampun. Umatku, nyatakanlah pembaruan keluarga-keluarga di bidang hidup berdoa! Buatlah gerakan nyata bahwa keluarga-keluarga katolik di keuskupan ini adalah keluarga yang bersukacita membangun relasi pribadi dan bersama dengan Tuhan. Jadilah orang-orang katolik yang berani memberi kesaksian hidup berdoa. Programkanlah agar anak-anak, remaja katolik berani bersaksi dalam hal berdoa. Ikutilah tradisi sehat Gereja Katolik seperti Jalan Salib, dialog bersama mengenai tema APP.
- Keluarga dengan sukacita melakukan perbuatan amal: Kita diundang untuk semakin mengungkapkan secara lebih konkret rasa solidaritas antar kita. Tindakan kepedulian untuk meringankan beban hidup orang miskin dan lemah perlu ditingkatkan. Kita berani dan sukarela memberi sedekah atau menyisihkan sebagian dari milik kita. Dalam hal inipun Yesus memberikan nasihat: ”Apabila engkau memberi sedekah berilah dengan tulus hati, jangan menggembar-gemborkan itu: janganlah diketahui tangan kirimu apa yang dilakukan tangan kananmu” (Mat 16:23). Jadilah orang katolik yang berani bersaksi melalui kegiatan-kegiatan karitatif dan pemberdayaan, yang memberantas kemiskinan, pemiskinan dan perlakuan tidak adil.
- Keluarga dengan sukacita melakukan tindakan berpuasa. Dalam hal berpuasa, Yesus memberikan pedoman praktis bagaimana orang harus berpuasa yang mengantar dia kepada penyangkalan diri dengan kata-kata berikut: “jangan berpura-pura, jangan pula supaya dilihat orang, tetapi apabila engkau berpuasa minyakilah kepalamu, cucilah mukamu supaya jangan nanti dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa” (Mat 16:17-18).
Saudara-saudari terkasih!
Khususnya selama Masa Prapaskah ini, Kami sebagai Uskupmu mengajak umat sekalian untuk sungguh-sungguh mohon rahmat Pertobatan. Karunia pertobatan akan membarui Gereja Keuskupan kita. Impian kita bersama ialah menjadi Umat Allah yang teguh kuat imannya; umat yang berani bersaksi secara tegas dan baik; umat yang mencintai Firman Tuhan dan melaksanakannya; umat yang memasyarakat.
SMS bagi Yayasan dan Sekolah-sekolah Katolik
Secara istimewa, perhatian saya terarah kepada Yayasan dan sekolah-sekolah katolik. Saya mengajak sekolah-sekolah katolik untuk ikut membangun jati diri Gereja keuskupan yang berkarakter teguh, kokoh serta berani bersaksi dan hidup berdasarkan Firman Tuhan mengenai kebenaran, keadilan, kejujuran dan persaudaraan. Jauhkanlah anak-anak sekolah kita dari budaya kekerasan, budaya hedonistis, budaya “cari enak” dan “jalan pintas”, budaya narkoba. Bentuklah mereka menjadi “misionaris pemberita Sabda Tuhan” untuk keluarga dan masyarakat.
Berangkat dari “Keluarga sumber sukacita”, kita diutus untuk terlibat dalam persekutuan-persekutuan basis yang ada dalam masyarakat, entah itu persekutuan internal Gereja maupun persekutuan yang bercorak lintas iman dan lintas keyakinan politis. Dalam keterlibatan itu, hendaklah kita menjadi “garam” dan “terang” dunia. Kita ditantang untuk “menghadirkan Kerajaan Allah: kerajaan Kebenaran, kerajaan Keadilan, kerajaan Kejujuran, kerajaan dimana pelayanan untuk kepentingan masyarakat umum menjadi nyata. Allah mempercayakan manusia ciptaannya untuk menciptakan dunia ini menjadi kerajaanNya. Maka selama masa Prapaskah ini, marilah kita berusaha membangun kejernihan hati nurani kita serta kecerdasan rohani untuk mengawal agenda hidup bermasyarakat yang lebih memperhatikan bonum comune.
Marilah kita melakukan “discermen”, seperti Tuhan Yesus Kristus yang melakukan “discermen” tatkala Dia digoda oleh setan di padang gurun (bdk. Mat 4:1-11). Dengan mendengarkan suara Tuhan, kita dapat melakukan pilihan-pilihan yang benar dan tepat dalam kehidupan berkeluarga, menggereja dan bermasyarakat.
Moga-moga santa perawan Maria, Bunda Sang Juru Selamat yang setia sampai pada hari kematian Anaknya, berdiri di kaki salibNya, menyertai anda sekalian dalam retret agung dan ziarah iman bersama ini.
Ditetapkan di Bogor
Tanggal 2 Februari 2015
Mgr. Paskalis Bruno Syukur
Uskup Keuskupan Bogor
________________________________________
KETENTUAN PUASA DAN PANTANG
1. KETENTUAN
Kitab Hukum Kanonik Kanon 1249 menetapkan bahwa semua umat beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, di mana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan karya kesalehan dan amal kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang menurut norma kanon-kanon berikut:
- Kanon 1250 – Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.
- Kanon 1251 – Pantang makan daging atau makan lain menurut ketentuan Konferensi Para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati sengsara dan wafat Tuhan kita Yesus Kristus.
- Kanon 1252 – Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orang tua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita rasa tobat yang sejati.
2. PETUNJUK
- Masa Prapaskah Tahun 2015 sebagai hari tobat berlangsung mulai hari Rabu Abu, tanggal 18 Februari 2015 sampai dengan Jumat Agung, tanggal 3 April 2015.
- Pantang berarti tidak makan makanan tertentu yang menjadi kesukaannya dan juga tidak melakukan kebiasaan buruk, misalnya: marah, berbelanja demi nafsu berbelanja, boros, tidak mau memaafkan, dsb. Dan lebih mengutamakan dan mempergandakan perbuatan, tutur kata baik bagi sesama.
- Puasa berarti makan kenyang tidak lebih dari satu kali dalam sehari.
3. HIMBAUAN
Sesuai dengan situasi khas Keuskupan Bogor, Uskup memberi izin untuk merayakan Misa Imlek, hari Kamis 19 Februari (liturgi Masa Prapaskah hari bersangkutan). Aturan puasa dan pantang mohon tetap diperhatikan.
Ditetapkan di Bogor
Tanggal 2 Februari 2015
Mgr. Paskalis Bruno Syukur
Uskup Keuskupan Bogor
Source: http://keuskupanbogor.org/surat-gembala-prapaskah-2015-uskup-bogor/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin