Kamis, 23 Februari 2017

Kisah Bos Pandawa, dari Tukang Bubur, Sales Obat, Sampai Jadi Buron

Pendiri Pandawa Grup Salman Nuryanto (tengah) diringkus aparat polisi.
Warga di Pasir Putih, Kelurahan Sawangan Depok, cukup mengenal sosok tukang bubur ayam bernama Dumeri, biasa warga memanggilnya Mas Dume. Sosok pria kurus kecil kelahiran Pemalang, Jawa Tengah (Jateng), 49 tahun lalu ini dikenal warga berjualan bubur ayam yang bisa dibilang cukup laris manis. Namun kehidupannya sebagai tukang bubur ayam, bisa dibilang pas-pasan alias gali lubang tutup lubang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Seorang pria bernama Hariyanto mengenal Dumeri karena pernah mengontrak salah satu kamar di rumah orang tuanya di RT 03/08 nomor 34, Kelurahan Sawangan Baru, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, pada 1997.

"Dia mengontrak selama setahun di sepetak kamar di rumah orang tua saya dengan sewa Rp 35 ribu per bulan," kata Hariyanto saat menceritakan sepak terjang pria yang menghebohkan dengan mengelola dana investasi bodong yang diduga mencapai sebesar Rp 3 triliun, di Depok, Rabu (22/2).

Menurut Hariyanto, Dumeri tercatat beberapa kali pindah kontrakan sampai 2012, tapi masih tetap di kawasan RT 03/RW 08 Kelurahan Sawangan Baru, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Pada 2012, Dumeri banting setir, memulai usaha baru yakni menjadi sales obat herbal yang dijual keliling. Namanya pun berubah dengan memperkenalkan nama baru, Salman Nuryanto dan cukup dipanggil dengan nama Yanto.

"Kayaknya Yanto mulai mempelajari bisnis multilevel marketing setelah menjadi sales obat herbal," terang Hariyanto menduga.
Pendiri Pandawa Group Salman Nuryanto saat dimintai keterangan Satgas Waspada Investasi OJK di kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Senin (28\11).
Dua tahun menekuni bisnis itu, akhirnya Nuryanto merasakan hasilnya, penghasilannya meningkat dan gaya hidupnya mulai berubah. Dia juga kerap meminjamkan uang ke para pedagang bubur lainnya dan pedagang rokok, pedagang kelontong, penjual Warteg serta para pedagang kecil lainnya.

"Setahu saya dia juga melakukan bisnis pinjam meminjam uang," terang Hariyanto.

Pada 2013 Nuryanto pindah dari kontrakannya ke rumah megah di Perumahan Palam Ganda Asri No 88 Limo, Cinere, Depok. Informasinya rumah tersebut disewa bertarif Rp 40 juta per tahun.

"Dia mulai mengembangkan usaha Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Pandawa Mandiri Group," tegas Hariyanto.

Nuryanto mulai mengembangkan usaha KSP Pandawa Mandiri Group. Berdasarkan akta pendirian KSP Pandawa Mandiri Group Nomor 18 tertanggal 24 November 2014, Nuryanto tercatat sebagai Ketua Pengurus KSP Pandawa Mandiri Group. Dia menghadap notaris dan menerangkan bahwa pada 21 November 2014 telah dilakukan rapat pendirian koperasi yang dihadiri 22 orang yang disebut sebagai pendiri dan juga membentuk struktur KSP Pandawa Mandiri Group, selain ketua terdapat wakil ketua, sekretaris, bendahara I dan bendahara II. Dalam akta pendirian juga terungkap, struktur pengawas dijabat oleh seorang koordinator dan dua orang anggota. Salah satu anggota pengawas adalah Mayor TNI AL, berinisial APW.

Sedangkan KSP Pandawa Mandiri Group tercatat resmi sebagai koperasi berdasarkan akta pendirian Kementerian Koperasi dan UKM Nomor 1189/BH/M.KUKM.2/I/2015 tertanggal 9 Januari 2015 yang ditandatangani oleh Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM Setyo Heriyanto. Modal sendiri yang disetor saat itu tercatat Rp 205.304.000.

Berdasarkan Anggaran Rumah Tangga (ART) Pandawa, besar simpanan pokok koperasi sebesar Rp 1,1 juta yang tidak dapat dikembalikan kecuali anggota mengundurkan diri; simpanan wajib koperasi Rp 120 ribu per bulan; dan simpanan berjangka minimal Rp1 juta.

Tak diduga Nuryanto, KSP Pandawa Mandiri Group yang didirikannya serta dibantu beberapa temannya itu terus berkembang pesat, awalnya anggotanya hanya puluhan orang dari para pedagang kecil terus berkembang an anggotanya mencapai ratusan orang yang tak hanya pedagang kecil lagi tapi dari hampir semua kalangan, baik ibu rumah tangga, pensiunan, pegawai negeri, pegawai swasta, wartawan, bahkan ada anggota TNI dan Polri.
Nasabah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Pandawa Mandiri Grup mendatangi rumah sewaan Pimpinan KSP Pandawa Mandiri Grup Salman Nuryanto di Perumahan Palam Ganda, Depok, Jawa Barat, Rabu (1/2).
Seorang nasabah leader asal Sawangan Depok, Yunan yang merupakan pengusaha properti menceritakan kalau Nuryanto mulai dibujuk oleh beberapa orang yang belakangan dari kalangan pengusaha dan seorang oknum TNI AL untuk mengembangkan sayap usaha KSP Pandawa Mandiri Group melakukan kegiatan investasi dengan sistem Multi Level Marketing (MLM).

Mulailah usaha Nuryanto berkembang dan untuk memikat calon nasabah yang ingin berinvestasi, disewakan dua ruko berlantai dua yang berada di Jalan Raya Maruyung, Limo, Cinere, Depok yang juga tak jauh dari rumah kontrakan mewah Nuryanto di Kompleks Perumahan Palam Ganda Asri No 88 Limo, Cinere, Depok.

"Mulailah dia, membangun gurita bisnis investasi KSP Pandawa Group berkedok koperasi dengan sistem MLM. Hingga 2016 tercatat 22 leader diamond, 2.000 lebih leader dan puluhan ribu nasabah downline di seluruh Indonesia," papar Yunan, yang juga selaku leader dengan investasinya mencapai Rp 10 miliar.

Nuryanto pun kerap memamerkan harta kekayaannya dengan bergonta-ganti kendaraan mewah, antara lain Toyota Alphard putih berplat B 5 PDW, Jeep Wrangler berpelat B 1 PDW dan beberapa motor balap. Tak hanya Nuryanto, para leader diamond juga pamer kendaraan mewah Toyota Alphard, Mitsubishi Fortuner dan Honda CRV terbaru.

"Tentu tujuannya untuk memikat calon nasabah, dengan motto, berkat berinvestasi di KSP Pandawa hidup akan menjadi mudah dan indah," ungkap Yunan.

Kini, Nuryanto kandas di lautan duit yang dikelolanya yang diperkirakan mencapai Rp 3 triliun setelah berhasil dibekuk aparat kepolisian dari Dirkrimsus Polda Metro Jaya yang dibantu POM TNI AL di Mauk, Tangerang, pada Senin (20/2) lalu.

Nuryanto yang sebelumnya kerap berpakain baju terusan dan penutup kepala khas Pangeran Diponegoro dengan setelan gamis serba putih dari atas hingga bawah itu kini telah ditetapkan sebagai tersangka. Ia menjadi tersangka bersama empat rekannya mengenakan baju oranye bertuliskan Tahanan Polda Metro Jaya.

"Saya berharap polisi menemukan tersangka baru, tidak hanya empat orang, karena saya yakin ada aktor intelektual dibelakang Nuryanto," harap Yunan.

Nuryanto sendiri mengaku hanya seorang mantan tukang bubur ayam dan hanya menggeyam pendidikan lulus SD. "Saya lulusan SD, untuk menyakinkan calon nasabah ya saya banyak dibantu orang-orang berpendidikan yang jadi leader diamond, dikarenakan mereka intelek dan ngomongnya bisa, kalau saya sendiri ngga ngerti dan ngga bisa ngomong, mana orang percaya apalagi lihat penampilan saya," tutur Nuryanto saat di wawancari tvone, Selasa (21/2) malam.

Nuryanto juga mengaku tak tahu berapa jumlah uang yang berhasil dikumpulkan dan tak tahu ke mana uang itu digunakan. "Saya tidak tahu uang itu mencapai Rp 3 triliun. Di rekening saya tak sampai segitu. Sebagian uang memang saya beli aset tanah dan bangunan serta mencicil beberapa kendaraan di beberapa tempat, tapi tidak sampai triliunan," jelasnya.

Kasus investasi KSP Pandawa dinyatakan ilegal oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada awal Januari 2017 lalu dan Nuryanto menghilang setelah ingkar tak mampu mengembalikan dana nasabah pada 1 Februari 2017. (Rusdy Nurdiansyah/ Angga Indrawan/ Sumber: www.republika.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin