Sedangkan konselebran yang turut dalam misa adalah RD Agustinus Suyatno, RD Paulus Haruna, RD Alfonsus Sutarno, RD Antonius Dwi Haryanto, RD Ridwan Amo, RD AHY Sudarto, RD Robertus Eeng Gunawan, RD Hendrik, RD Benyamin Sudarto, RD Alfons Sombolinggi, RD Bertho dan RD Rikard.
Sebelum ritus tobat, RD Agustinus Suyatno selaku Pastor Paroki Keluarga Kudus-Cibinong, mengajak para pasutri untuk melakukan penelitian batin dengan berdiri dan saling berhadapan dan berpegangan tangan serta menjawab rangkaian pertanyaan secara sungguh-sungguh. Beragam pertanyaan tersebut diantaranya adalah, “pernahkah anda menyakiti pasangan anda?”.
Mengawali homilinya, Mgr. Paskalis mengatakan bahwa sebelum misa dimulai, beliau bertanya pada beberapa pasutri yang telah memasuki usia perkawinan 50 tahun, mengapa masih setia bersama satu orang selama itu? Mereka pun menjawab yaitu karena mereka saling mengasihi. Lalu, Mgr. Paskalis menambahkan hendaknya para pasutri saling mengasihi meskipun keadaannya tidak lagi sama seperti saat masih muda, karena inilah pemberian dari Tuhan. Selanjutnya Mgr. Paskalis memaparkan dasar-dasar hidup berkeluarga yaitu
- God’s wisdom atau hikmat Allah atau kebijaksanaan Allah yang menggerakkan manusia untuk saling mengasihi.
- kasih, yang ada pada Yesus yang kita imani. Yesus adalah Allah. Allah adalah kasih. Yesus adalah personifikasi dari Allah. Deus caritas est. Jika para pasutri memiliki kasih, maka peraturan-peraturan gereja tidak akan membebani mereka yang saling mengasihi. Ya, karena para pasutri saling mengasihi secara sungguh-sungguh.
- kemampuan dalam mengambil keputusan, yang juga terbagi dalam 3 yaitu
- keputusan dalam memilih yang nantinya tidak menyesal pada pilihan yang telah diambil. Hendaknya para pasutri harus bisa memutuskan juga menerima diri bahwa mereka dicintai baik oleh Tuhan maupun pasangannya masing-masing. To love and to be loved.
- Keputusan untuk memberi dan menerima maaf. Keputusan ini akan memampukan para pasutri untuk saling mengampuni. Siapapun bisa berbuat salah. Janganlah gengsi untuk meminta maaf terlebih dahulu jika memang salah. Jadilah orang Katolik yang berbangga dengan memberi dan menerima maaf.
- Keputusan untuk bersukacita. Bersukacita yang sejati, sebab dengan begitu para pasutri akan menjadikan rumah sebagai tempat untuk bersukacita bagi semua anggota keluarga. Bersukacita dengan senantiasa memegang iman, harapan dan kasih.
Usai misa, Mgr. Paskalis, para romo beserta umat menuju halaman gereja di dekat Taman Doa untuk menikmati santap siang dan pertunjukan berupa nyanyian dan tari-tarian oleh para wakil pasutri dan anak-anak dari paroki-paroki juga para siswa sekolah Mardi Waluya. Rangkaian acara ditutup dengan menari “Gemufamire” bersama yang merupakan persembahan dari wakil Paroki St. Thomas, Kelapa Dua. Semoga para pasutri dan keluarga senantiasa bersukacita dalam iman, harapan dan kasih. Sampai bertemu pada WMD tahun depan di Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, Kota Wisata, Cibubur, ya. (net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin