Rabu, 22 Februari 2017

World Marriage Day Paroki Keluarga Kudus Cibinong

Tidak terasa satu tahun telah berlalu sejak Paroki St. Matias, Cinere, menyerahkan “tongkat estafet” penyelenggaraan Hari Perkawinan Sedunia (World  Marriage Day) pada Paroki Keluarga Kudus-Cibinong. Hari itu, Minggu (12/2/2017)  umat yaitu para pastutri dan anak-anak mereka yang berasal dari paroki-paroki di Keuskupan Bogor, kembali berkumpul untuk merayakan World Marriage Day yang tahun ini mengusung tema “Keluarga Bersukacita Karena Iman, Harapan dan Kasih”. Hujan gerimis yang mengguyur bumi sejak pagi, tidak menyurutkan langkah dan semangat mereka. Misa konselebrasi diadakan pada pukul 09.00 wib dengan didahului perarakan para pasutri yang telah mencapai usia perkawinan diatas 50 tahun, juga diiringi lagu-lagu Jawa (langgam Jawa) serta alunan gamelan dari kelompok karawitan “Among Roso”, Paroki St. Matias, Cinere. Para pasutri yang telah memasuki usia lanjut tersebut nampak serasi mengenakan pakaian seragam, meskipun mereka harus menggunakan alat bantu berupa tongkat atau pun ada orang yang membantu mereka saat berjalan. Setelah itu, para pasutri yang merupakan wakil dari masing-masing paroki juga turut dalam perarakan memasuki gereja. Dalam kata pembukanya, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM selaku selebran utama mengatakan bahwa langgam Jawa dan tarian dalam perarakan adalah sambutan saat memasuki rumah Raja. Ya, hari itu kita semua diundang secara sukacita untuk memasuki rumah Raja yang tak lain adalah rumah Tuhan.


Sedangkan konselebran yang turut dalam misa adalah RD Agustinus Suyatno, RD Paulus Haruna, RD Alfonsus Sutarno, RD Antonius Dwi Haryanto, RD Ridwan Amo, RD AHY Sudarto, RD Robertus Eeng Gunawan, RD Hendrik, RD Benyamin Sudarto, RD Alfons Sombolinggi, RD Bertho dan RD Rikard.

Sebelum ritus tobat, RD Agustinus Suyatno selaku Pastor Paroki Keluarga Kudus-Cibinong, mengajak para pasutri untuk melakukan penelitian batin dengan berdiri dan saling berhadapan dan berpegangan tangan serta menjawab rangkaian pertanyaan secara sungguh-sungguh. Beragam pertanyaan tersebut diantaranya adalah, “pernahkah anda menyakiti pasangan anda?”.

Mengawali homilinya, Mgr. Paskalis mengatakan bahwa sebelum misa dimulai, beliau bertanya pada beberapa pasutri yang telah memasuki usia perkawinan 50 tahun, mengapa masih setia bersama satu orang selama itu? Mereka pun menjawab yaitu karena mereka saling mengasihi. Lalu, Mgr. Paskalis menambahkan hendaknya para pasutri saling mengasihi meskipun keadaannya tidak lagi sama seperti saat masih muda, karena inilah pemberian dari Tuhan. Selanjutnya Mgr. Paskalis memaparkan dasar-dasar hidup berkeluarga yaitu
  1. God’s wisdom atau hikmat Allah atau kebijaksanaan Allah yang menggerakkan manusia untuk saling mengasihi.
  2. kasih, yang ada pada Yesus yang kita imani. Yesus adalah Allah. Allah adalah kasih. Yesus adalah personifikasi dari Allah. Deus caritas est. Jika para pasutri memiliki kasih, maka peraturan-peraturan gereja tidak akan membebani mereka  yang saling mengasihi. Ya, karena para pasutri saling mengasihi secara sungguh-sungguh.
  3. kemampuan dalam mengambil keputusan, yang juga terbagi dalam 3 yaitu
  • keputusan dalam memilih yang nantinya tidak menyesal pada pilihan yang telah diambil. Hendaknya para pasutri harus bisa memutuskan juga menerima diri bahwa mereka dicintai baik oleh Tuhan maupun pasangannya masing-masing. To love and to be loved.
  • Keputusan untuk memberi dan menerima maaf. Keputusan ini akan memampukan para pasutri untuk saling mengampuni. Siapapun bisa berbuat salah. Janganlah gengsi untuk meminta maaf terlebih dahulu jika memang salah. Jadilah orang Katolik yang berbangga dengan memberi dan menerima maaf.
  • Keputusan untuk bersukacita. Bersukacita yang sejati, sebab dengan begitu para pasutri akan menjadikan rumah sebagai tempat untuk bersukacita bagi semua anggota keluarga. Bersukacita dengan senantiasa memegang iman, harapan dan kasih.
Sebelum berkat dan pengutusan, beberapa wakil pasutri menceritakan suka duka mereka dalam mengarungi bahtera rumah tangga.Lalu diikuti dengan kata sambutan dari Ketua Panitia yaitu pasutri Bardjo-Christin, juga RD Alfonsus Sutarno selaku Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Bogor. Mgr. Paskalis pun berkenan mengucapkan terima kasih pada umat yang telah memilih hidup berkeluarga dan berkenan hadir pada perayaan World Marriage Day hari itu. Tak lupa penyerahan “tongkat estafet” penyelenggaraan World Marriage Day 2018 dari Paroki Keluarga Kudus, Cibinong, ke Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, Kota Wisata, Cibubur.

Usai misa, Mgr. Paskalis, para romo beserta umat menuju halaman gereja di dekat Taman Doa untuk menikmati santap siang dan pertunjukan berupa nyanyian dan tari-tarian oleh para wakil pasutri dan anak-anak dari paroki-paroki juga para siswa sekolah Mardi Waluya. Rangkaian acara ditutup dengan menari “Gemufamire” bersama yang merupakan persembahan dari wakil  Paroki  St. Thomas, Kelapa Dua. Semoga para pasutri dan keluarga senantiasa bersukacita dalam iman, harapan dan kasih. Sampai bertemu pada WMD tahun depan di Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, Kota Wisata, Cibubur, ya. (net)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin