Kamis, 09 Februari 2017

Yesuit menempatkan anak-anak pekerja migran dalam sorotan

Apa yang terjadi dengan anak-anak pekerja migran adalah topik yang dibahas dalam sebuah buku baru yang diterbitkan JCAP.
Konferensi Yesuit Asia Pasifik (JCAP) telah menerbitkan sebuah buku dalam upaya memberikan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang terjadi pada anak-anak yang ditinggalkan oleh orangtua mereka yang bekerja sebagai buruh migran.

JCAP memiliki lima artikel dengan perspektif negara tertentu  dan berupaya mengatasi masalah anak-anak buruh migran dan keluarga mereka.

Sebagian besar literatur berfokus pada para pekerja migran itu sendiri dan sering dihadapi anak-anak mereka, kata JCAP.

Migrasi merupakan masalah utama politik, ekonomi, sosial dan budaya  di Asia Pasifik.

Tiongkok, Filipina, Vietnam dan Indonesia adalah di antara 25 negara pemasok migrasi tertinggi di dunia, sementara Hong Kong, Singapura, Australia dan Selandia Baru adalah di antara 25 negara teratas di dunia dengan tingkat imigrasi tertinggi.

“Migrasi telah menciptakan gagasan keluarga-keluarga transnasional, di mana kegiatan yang berkaitan dengan hubungan orangtua-anak sekarang melintasi batas-batas nasional,” kata Pastor Benny Hari Juliawan, Sekretaris JCAP untuk Pelayanan Sosial dan Koordinator untuk Migrasi serta editor buku itu.

Koleksi artikel dalam buku ini menunjukkan sifat perubahan banyak keluarga di Asia mengingat lonjakan orang bermigrasi untuk mencari pekerjaan. Sementara keluarga yang cepat untuk menemukan cara-cara baru meskipun dengan perjuangan, para pemerintah telah lambat dalam beradaptasi dengan lingkungan baru.

“Perhatian utama mereka adalah masih sangat ekonomi dan terbatas memfasilitasi aliran permintaan tenaga kerja lintas batas,” kata Pastor Juliawan.

“Publikasi ini mudah-mudahan menyoroti berbeda, lebih manusiawi, dimensi migrasi, dan mendorong sikap dan kebijakan yang tepat.”
Sumber: ucanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin