Oleh: RP. Stanislaw Agus Haryanto, OFM
|
Perjamuan paska
orang-orang Yahudi dahulu memuat suatu tatacara yang khas dan sarat makna bagi
kehidupan (mungkin juga dalam hidup kita). Kontribusi masing-masing anggota
keluarga nampak dalam mengambil bagian secara aktif di dalamnya. Kesamaan, kesejajaran
dan penglibatan semua unsur nampak dalam peranan masing-masing orang yang ikut
perjamuan. Bayangkan diri anda sekalian terlibat dalam Perjamuan Paskah, apakah
ada “rasa-rasa” seperti itu?. Mari kita belajar dari pengalaman Paskah
orang-orang Yahudi.
Perjamuan Paskah
Hari raya Paskah
(dahulu) Yahudi digunakan untuk memperingati
kelahiran kembali, dan melambangkan asal –usul masyarakat Yahudi.
Perjamuan Paskah dilaksanakan menurut pola turun-temurun dalam setiap rumah
tangga Yahudi. Ciri khas perjamuan Paskah ini adalah orang Yahudi minum dari
empat cawan anggur (bahasa Ibrani disebut Yayin), yang melambangkan empat
kerajaan dunia. Hal ini diatur dalam Talmud Yerusalem. Umat Yahudi makan Paskah
dengan bersandar seperti halnya orang-orang kaya waktu itu, yang melambangkan
kemerdekaan mereka dari perbudakan.
Tata cara Perjamuan Paskah
KADESH. Suatu berkat pembukaan
dan doa yang berbunyi, “BARUKH ‘ATAH
ADONAI, ‘ELOHEINU MELEKH HA’OLAM, BORE’ PERI HAGAFEN”, yang artinya: “diberkatilah
Engkau Ya Tuhan, Allah kami, raja semesta alam, yang menciptakan buah anggur.”
Diikuti dengan minum anggur dari cawan yang pertama dari cawan yang pertama
dari keempat cawan anggur dan semangkuk sayur-sayuran dan kuah. Cawan yang
pertama ini disebut cawan pengudusan (dari 4 cawan anggur yang diedarkan selama
upacara tersebut). Ini juga dilakukan oleh Yesus Kristus sewaktu mengadakan
perjamuan terakhir dengan para muridnya, lihat di Lukas 22:17.
UREKHATS. Adalah
suatu tatacara pembasuhan tangan. Sebelum makan sayur-sayuran (yang disebut
KARPAS) dan Kuah, mereka membasuh tangan (UREKHATS)
terlebih dahulu. Kemudian para peserta perjamuan Paskah mencelupkan sayuran
hijau ke dalam air garam dan memakannya. Inilah yang dilakukan oleh Yesus
Kristus dalam Injil Yohanes 13:26-27, tatkala mengadakan perjamuan malam
terakhir bersama para muridnya.
Setelah itu
selesai, Kepala Keluarga (pemimpin Perjamuan) mengambil satu dari tiga roti
pipih tidak beragi (ibrani;“MATSAH”),
lalu memecahkannya dan menyisihkan sebagian. Pada setiap meja Perjamuan Paska
selalu disiapkan sebuah tas kain yang dinamakan “MATSAH TOSY”, tas ini biasanya
berbentuk persegi atau bundar yang diletakkan diatas meja. Di dalam tas ini ada
tiga potongan roti tak beragi. Pada langkah berikut, pemimpin Perjamuan Paskah
mengambil roti yang ditempatkan dibagian tengah dan memecahnya menjadi dua.
Inilah yang dilakukan oleh Yeus Kristus dalam Injil Mateus 26;26 dan Injil Lukas 22:19. Potongan
terbesar dibungkus pada kain dan disisihkan untuk dimakan kemudian diakhir
Perjamuan.
Kemudian Kepala
keluarga menceritakan kepada anggota keluarga tentang kisah Paska. Dan nyanyian
Mazmur 113 dan Mazmur 114 di nyanyikan. Kisah penetapan Paskah (MAGID) diucapkan, Mazmur 113
dinyanyikan. Kisah penetapan Paskah ditutup dan pada saat ini cawan anggur ke-2
diisi lalu diedarkan dan diminum oleh peserta perjamuan.
Kemudian acara
makan utama dilaksanakan, semua orang mencuci tangannya. Sebuah doa mohon
berkat untuk makanan diucapkan, doa berkat itu berbunyi; “BARUKH ‘ATAH ADONAY, ‘ELOHEINU MELEKH HA’OLAM HAMOTSI LEKHEM MIN
HA’ARETS”, yang artinya:
“diberkatilah Engkau ya Tuhan, Allah kami, raja semesta
alam yang menghasilkan roti di bumi “, maka
dimakanlah makanan utama (SHULKHAN
‘OREKH) yang terdiri dari daging panggang (daging domba) dan roti tak
beragi (MATSAH) dan sayur pahit (MAROR)
berurut-urutan. Sayur pahit ini melambangkan pahit getirnya selama perbudakan
ditanah Mesir. Kemudian Kepala Keluarga kembali mengambil roti tidak beragi (MATSAH) yang sudah disisihkan
sebelumnya. Kemudian Matsah dan Maror dimakan bersama-sama dalam acara yang
disebut KOREKH, disusul makan
potongan roti yang sudah disisihkan. Dan sesudah berdoa lagi maka diminumlah
cawan ke-3 cawan penebusan. Inilah yang dilakukan oleh Yesus Kristus dalam
Injil Lukas 22:20.
Upacara ini
ditutup dengan nyanyian dalam Mazmur 114-118 (HALEL, atau “HALELUYAH”) dinyanyikan
sebagai ucapan syukur dan cawan ke-4 (anggur terakhir) diminum, dan pintu rumah
dibuka sebagai simbol menyambut kedatangan ELIA yang akan datang dan
memberitahukan kedatangan Mesias.
Acara terakhir
dalam Perjamuan Paskah adalah menyanyikan kidung pujian. ( Matius 26:30 dan
Markus 14:26),
Dari penelusuran
mengenai tradisi Perjamuan Paskah orang Yahudi ini, kita sangat merasakan
khasanah yang khas kekeluargaan dan keharmonisan dalam keluarga. Kepala
keluarga bertindak sebagai kepala atau pemimpin Perjamuan berupaya membawa
semua peserta dalam keadaan barokhah atau mendapat berkat. Satu persatu
diperhatikan dan dilayani sedemikian rupa dan adil serta sejahtera. Tidak ada
yang terlewatkan, anggota keluarga yang paling kecil pun di rengkuh (diakomodir) nya.
Suatu perjamuan kebersamaan yang jarang terjadi (mungkin) di dunia hidup
manusia sekarang inibukan?
Perjamuan Paskah Yesus Kristus.
Yesus Kristus
hidup dan menghidupi tradisi nenek moyang orang Yahudi. Maka salah satu tanda
untuk menumbuhkan rasa ke-Yahudi-anNya, Dia berupaya menghidupi tradisi Yahudi
dan ikut terlibat di dalamnya. Tentunya dengan cara dan konteks tertentu Yesus berupaya untuk memaknai secara baru
Perjamuan Paskah-Nya.
Dalam Injil
Matius 26:17-25 (juga dalam Mrk 14:12-21, Lk 22:7-14;21-23 dan Yoh 13:21-30),
di kisahkan bagai mana Yesus menghendaki ingin merayakan Perjamuan paskah
bersama murid-muridNya., “waktuKu hampir tiba; di dalam rumahmulah, Aku mau
merayakan Paskah bersama dengan murid-muridKu.” Dari kisah ini jelaslah bahwa Yesus sangat
tertarik untuk melakukan Perjamuan bersama dengan murid-muridNya. Maka
terjadilah perjamuan “ Malam bersama” murid-muridNya. Yang kemudian terkenal
dengan istilah, Perjamuan Malam Terakhir bersama para murid. Mengapa demikian,
karena setelah itu Yesus tidak lagi makan bersama dengan murid-muridnya. Dalam
perjamuan Malam terakhir itu, Yesus melakukan apa yang dilakukan oleh Kepala
Keluarga Yahudi ketika memimpin Perjamuan Paskah. Persis seperti itu semua
dilakukan oleh Yesus, hanya perbedaannya adalah; Yesus mengubah rumusan doa
berkat atas roti dan anggur dengan
kata-kataNya sendiri. Atas roti
Yesus berdoa, “ Ambilah, makanlah, Inilah Tubuhku.” Dan atas anggur Yesus
berdoa; “ Minumlah kamu semua dari cawan ini. Sebab inilah darahKu, darah
perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” (Mat
26;26-28). Inilah yang dilakukan oleh Yesus Kristus ketika menetapkan Perjamuan
Malam terakhir bersama muridNya. Ada kekhasan yang nampak dalam Perjamuan Yesus
itu, yaitu dari awalnya Perjamuan Paska yahudi menjadi Perjamuan Malam terakhir
Yesus. Yesus melakukan suatu pemugaran dalam segi tertentu namun tidak mengubah
esensinya. Yesus mengganti doa berkat roti dan anggur dengan doa berkatNya
sendiri. Suatu aliran pewarisan tradisi yang telah mengalami suatu pemugaran
dengan makna baru yaitu dari perjanjian lama (Yahwe bersama Israel) ke dalam
berjanjian baru ( Yesus pokok perjanjian itu sendiri dengan umatNya =
murid-muridNya).
Perjamuan Malam terakhir dan Penetapan
Ekaristi
Para muridlah
yang pertama menjadi peserta Perjamuan Malam terakhir bersama dengan Yesus
Kristus. Perjamuan malam terakhir ini dipahami para murid sebagai perjamuan
Paskah seperti halnya orang-orang Yahudi pada saat itu. Disinia ada kesalah
pahaman pengertian antara maksud para murid dengan Yesus sendiri. Para murid
tidak mengerti. Namun dengan rentetan-rentetan peristiwa berkaitan dengan Yesus
dan salinNya, maka lambat laun para murid menjadi mengerti. Suatu proses “untuk
mengerti” harus melalui peristiwa hidup yang mungkin cukup tragis. Demikian
juga yang dialami oleh Yesus.
Yesus bermaksud
dengan perjamuan malam terakhir ini mau mengantisipasikan peristiwa yang akan
menimpaNya. Itulah peristiwa salib, sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya.
Kata-kata Yesus dalam Perjamuan terakhir berupaya memberikan pengertian bagi
murid bahwa, Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk dalam
kemuliaanNya? (Lukas 24:26). Kata-kata dan doa Yesus Kristus dalam perjamuan terakhir
ini adalah menggambarkan diri-Nya yang akan menjadi peristiwa salib. Yesus Kristuslah yang sebenarnya
menjadi Kurban pepulih dosa manusia. Jadi, melalui perjamuan malam terakhir inilah
Yesus memberikan warisan yang takkan pernah pudar bagi para murid Kristus dulu
dan murid Kristus dewasa ini. Mengapa demikian, karena dalam Perjamuan Malam
terakhir itu, sekaligus menjadi penetapan bagi Perjamuan Ekaristi sekarang ini.
Dengan kata lain Yesus Kristus menghendaki agar para muridnya (umat) senantiasa
mengenangkan peristiwa kurban Kristus disalib melalui pengenangan kembali
peristiwa salib; sengsara, wafat dan kebangkitannya melalui dan hanya melalui
Ekaristi. Jadi Ekaristi kudus merupakan Perjamuan kembali bersama Kristus yang
bangkit, atau Paskah Kristus sendiri.
Ekaristi merupakan Peringatan Kurban
Kristus dan Kurban tubuhNya, yaitu Gereja.
Ekaristi adalah
kenangan akan Paskah Kristus, di mana kurban Kristus yang Tunggal dihadirkan
dan secara sakramental dipersembahkan dalam liturgi Gereja, tubuh Kristus.
Dalam semua doa syukur Agung sesudah kata-kata institusi (kata-kata Kristus
sendiri) terdapat suatu doa yang di sebut anamnesis, artinya peringatan,
kenangan. Dengan istilah yang demikian, Kitab Suci memaksudkan bukan hanya
kenangan akan peristiwa di masa lampau, melainkan juga perbuatan besar yang dikerjakan
Allah bagi manusia (bdk. Kel 13:3). Dalam perayaan liturgi perbuatan besar
Allah itu dihadirkan dan diaktualisasikan. Gereja memperingati Paskah Kristus
yang dihadirkan dalam Perayaan Ekaristi; Kurban Kristus yang sekali untuk
selama-lamanya dipersembahkan di kayu salib, merupakan kenyataan hidup yang
tinggal senantiasa (bdk. Ibr 7:25-27). “Setiap kali kita merayakan di atas
altar, kurban salib di mana Kristus, Anak Domba Paskah kita, disembelih, karya
penebusan kita dilaksanakan.” (lih LG art.3.)
Justru karena
penghadiran,secara kenangan sakramental, misteri paskah Kristus, maka Ekaristi
Kudus itu juga merupakan kurban dan ciri corak kurban itu terungkap dalam
kata-kata institusi sendiri: “ Inilah TubuhKu yang di serahkan bagi kamu” dan “
Cawan ini adalah perjanjian Baru oleh darahKu, yang ditumpahkan bagi kamu” (Luk
22:19-20). Jadi, alasan Ekaristi itu kurban ialah karena kurban salib
dihadirkan oleh Ekaristi, kenangkan olehnya dan buah-buah kurban salib
diterapkan oleh Ekaristi. Di Golgota tempo dulu dan dalam Ekaristi sekarang ini
persembahannya sama, tetapi cara mempersembahkannya berbeda. Kristus yang satu
dan sama dahulu mempersembahkan diri di kayu salib dengan meneteskan darah,
kini melalui pelayanan para imam diatas altar secara tak berdarah.
Perjamuan Paskah dan buah-buah Ekaristi
Selain kurban
yang mengabadikan kurban Kristus disalib, perayaan ekaristi juga merupakan
perjamuan yang terdiri dari persekutuan dengan tubuh dan darah Tuhan. Perayaan kurban Ekaristi terarah seluruhnya
kepada persatuan mesra kaum beriman dengan Kristus melalui komuni. Dengan menyambut komuni kudus, umat menerima
Kristus sendiri yang telah mengurbankan diri bagi kita. Tuhan mendesak agar
kita menyambut-Nya dalam sakramen Ekaristi: “ Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak
akan mempunyai hidup di dalam dirimu (Yoh 6:53).
Maka harapan
Tuhan Yesus, kita dapat memberikan buah-buah hidup dari diri kita setelah
menerima Ekaristi Kudus dengan:
- Kesatuan mesra dengan Kristus ditumbuh kembangkan sehingga kita dengan semakin erat tinggal di dalam Dia dan Dia di dalam kita.
- Umat dibersihkan dari dosa yang telah dilakukannya, dan dihindarkan dari dosa di masa depan, mengingat tubuh Kristus itu telah diserahkan untuk kita demi pengampunan dosa.
- Kesatuan tubuh mistik Kristus di datangkan melalui perayaan Ekaristi sebab para pesertanya dipersatukan secara lebih erat dengan Kristus, bersama Kristus dan dalam Kristus.
- Umat diharapkan semakin tetap solider dengan sahabat-sahabat Kristus yang lain (bdk. Mat 25:40).
- Semoga tulisan ini membatu kita sekalian untuk mengalami dan memaknai perayaan Paskah secara baru dan hidup dan panggilan kita. Segalanya mungkin sudah ada dan demikian adanya, namun apakah kita akan membiarkan begitu saja?? Tergantung dari anda sekalian. Mari kita berbagi dalam hidup ini.
Selamat Paskah... Berkah Dalem!
Jika ada yang minat dengan relief perjamuan dari kayu silahkan kunjungi website kami di http://www.jayaantikafurniture.com dan untuk pemesanan silahkan hubungi kami di jeparacarving@yahoo.com atau HP 081390433160 pin BB 76606632 atau WhatsApp 08985247305
BalasHapus