Acara di dampingi pembimbing BIA |
Retret bagi anak-anak calon
Komuni Pertama, paroki St. Paulus-Depok tahun 2012 bertema “Siapakah Aku ini”?
sementara orangtua diberi tema “Saya adalah orangtua”. Sejak Sabtu, (19/05)
pukul 15.00 WIB anak-anak calon penerima Komuni Pertama bersama para Pembina
tiba di Griya Alam Ciganjur, Tanah Baru-Ciganjur. Bagi para orangtua retret baru
dilaksanakan pada keesokan harinya.
Didampingi para pembimbing
Bina Iman dan Orang Muda Katolik (OMK) ke-75 anak-anak calon penerima Komuni
Pertama langsung menggelar acara. Ada game, api unggun, pembahasan materi, Baca
Alkitab, Doa, Renungan, dll yang berlangsung hingga pukul 24.00 WIB.
Minggu (20/05/2012) retret
orangtua dan anak-anak calon penerima Komuni Pertama dibuka oleh Pastor Markus
Gunadi, OFM. Mantan pastor paroki St. Paulus-Depok yang kini bertugas di
Atambua. Pastor yang selalu akrab dengan anak-anak ini berkenan hadir sebagai
bentuk kepeduliannya terhadap pentingnya pembinaan iman anak dalam keluarga
Katolik.
Pembinaan iman anak menjadi
tanggung jawab keluarga, bukan orang lain, demikian ungkap RD. Alfonsus Sutarno,
dihadapan + 100-an para orangtua paroki St. Paulus – Depok. Pastor Tarno menegaskan
“Peran orangtua dalam menumbuhkan iman anak-anak sangat penting dan tidak
tergantikan dengan berbagai bentuk teknologi komunikasi, dan media lainnya”.
“Pembinaan iman tidak cukup
diajarkan di sekolah atau saat sekolah minggu di gereja. Karena itu keluarga
mempunyai peran penting dalam pertumbuhan iman anak-anak. Orangtua harus
memberikan teladan yang baik bagi anak-anak mereka. Keteladanan yang ditunjukan
oleh orangtua adalah penting” kata pastor gereja Katolik St. Matheus Depok II
Tengah ini.
Hal yang sama diungkapkan Psikolog
Bernadet Arijanti Carolina. “Keteladanan orangtua bagi anak-anaknya harus tampak
dalam perkataan, sikap maupun perilaku seperti rajin berdoa baik pribadi maupun
bersama, membaca kitab suci, mengikuti Perayaan Ekaristi, berderma kepada
sesama yang membutuhkan dan mengikuti kegiatan gerejani lainnya”.
Disinggung soal tantangan
besar bagi para orangtua untuk melaksanakan peran mereka sebagai pendidik utama
bagi anak- anak dalam keluarga, terutama dalam hal iman. Misalnya kondisi
macet, kesibukan orang tua seperti Jakarta, pengaruh mass media, pola hidup
konsumtif, mental ‘tidak mau repot. Dalam wawancara dengan KOMSOS, Ibu Janti
menuturkan “dalam situasi seperti ini, cara yang paling baik adalah kita harus
membangun pola komunikasi yang persuasif, kehangatan, kasih sayang dan rasa
nyaman”, harapnya.
Christina Andys, pembimbing
BIA/ BIR Paroki St. Paulus-Depok, menyesalkan hal yang sama. “Saya sedih
melihat anak-anak yang tidak dididik oleh orangtua mereka. Hasil penelitian lokal
yang kami lakukan, banyak anak-anak lebih dekat dengan pembantu ketimbang
orangtua mereka sendiri, pada hal orangtuanya ada di rumah. Ketika saya
menanyakan kepada anak-anak, ‘Siapa yang paling berjasa bagi kalian? Mereka
menjawab, ‘pembantu’. Dia yang memandikan saya, memakai sepatu, menjemput saya
dari sekolah, memakai pakaian,” katanya.
Setelah mengikuti retret yang
ditutup dengan Perayaan Ekaristi oleh Pastor Alfons Sutarno, sekitar pukul 02.30
WIB. Bagi anak-anak calon Komuni Pertama Paroki St. Paulus-Depok yang hadir
ketika itu, sepertinya sudah tak tahan untuk menyambut Tubuh dan Darah Kristus.
Ternyata tidak segampang yang mereka bayangkan. Masih ada tahap-tahap yang
harus mereka lalui, sehingga dalam menerima Komuni Kudus tidak sebagai hal yang
rutinitas belaka tanpa makna.
Banyak hal yang didapat dalam
kegiatan retret persiapan penerimaan Komuni yang pertama. Dalam masa persiapannya
mereka dibimbing merumuskan niat-niat konkretnya untuk mengatasi kecenderungan melakukan
kesalahan/ dosa, rajin berdoa secara pribadi, sikap hormat di Gereja ketika
mengikuti Misa Kudus dan kemauan menyalurkan berkat Tuhan kepada sesama. Tentu
saja dalam hal ini keteladanan orang tua juga sangat menentukan.
Kegiatan pembinaan karakter anak-anak calon Komuni Pertama |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin