Oleh: RP. Bonefasius Budiman, OFM |
Kerajaan Allah
merupakan tema pokok pewartaan Yesus. Sejak awal kehadiranNya di depan umum Ia
sudah memaklumkan Kerajaan Allah dengan tuntutannya. Ia berkata: “Waktunya
telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah pada Injil
(Markus 1: 15).” Selanjutnya Ia sering mengajarkan orang banyak tentang
Kerajaan Allah.
Kerajaan Allah
berarti pemerintahan Allah yang kekal yang secara khas dimanifestasikan dalam
pelayanan Yesus. Janganlah dibayangkan kerajaan Allah seperti kerajaan-kerajaan
yang kita kenal sekarang. Kerajaan Allah tidak berbatas tempat dan waktu. Dalam
kerajaan ini berlaku hukum yang menuntut manusia hidup dalam ketaatan padaNya.
Ketaatan ini tidak lahir dari ketakutan karena sikap pemerintahan yang
otoriter, keras dan kejam, seperti yang banyak terjadi dalam kerajaan-kerajaan
dunia ini, melainkan karena kasih akan Allah sang Raja. Kasih akan Allah ini
lahir dari kesadaran akan karya Allah dalam hidup.
Dalam mengajarkan
Kerajaan Allah, Yesus sering menggunakan perumpamaan. Hal ini pernah menjadi
bahan pertanyaan para murid (bdk. Markus 4:11). Markus 4: 26- 34 menampilkan
dua perumpamaan Yesus tentang Kerajaan Allah. Perumpamaan pertama ialah perumpamaan
tentang benih yang tumbuh. Orang bisa
melihat sebuah benih itu bertumbuh mulai dari tunas kecil, bertangkai lalu
berbuah dan buahnya matang. Dalam proses ini ada sesuatu yang misteri bagi si
penabur yakni bagaimana benih bertumbuh dan berkembang. Perumpamaan kedua tentang biji sesawi. Pada jaman Yesus biji sesawi memang kecil dan
bewarna hitam, menjadi pembanding bagi benda-benda yang berukuran kecil
lainnya. Biji sesawi bermanfaat untuk memberi cita rasa pada makanan dan
mengawetkannya. Selain itu, biji sesawi mengandung minyak yang bermanfaat untuk
pengobatan. Pohon sesawi biasanya tidak dapat tumbuh setinggi pohon-pohon lain,
tetapi setidaknya bisa lebih tinggi dari manusia. kadang-kadang batangnya dapat
tumbuh sebesar lengan orang dewasa. Ada suatu kontras yang kita lihat dalam Biji
sesawi ini. Biji ini benar-benar kecil, namun sebutir benih yang sangat kecil ketika
ditanam di ladang ia bertumbuh menjadi sebuah pohon yang dapat menjadi tempat
bersarang dan bernaung burung-burung di udara.
Pertumbuhan biji
sesawi ini dapat mengingatkan kita akan perumpamaan tentang tindakan Allah
dalam Yehezkiel 17: 23 (bacaan pertama). "Di atas gunung Israel yang
tinggi akan Kutanam dia, agar ia bercabang-cabang dan berbuah dan menjadi pohon
aras yang hebat; segala macam burung dan yang berbulu bersayap tinggal di
bawahnya, mereka bernaung di bawah cabang-cabangnya".
Dari perumpamaan-perumpamaan
ini tampak bahwa Allah berkarya melalui sebuah proses. Kerajaan itu dimulai
dari pemerintahan Allah dalam hati kita, orang-orang yang dipilihNya dan
ditentukanNya. Benih ini kemudian dikembangkan dalam hidup persaudaraan umat
beriman, kemudian meluas sehingga
mencakup segenap aspek kehidupan bumi, dan akhirnya suatu langit dan bumi yang
baru dan sempurna. Ini adalah suatu kabar yang luar biasa baik, suatu Injil
Kerajaan yang harus dikabarkan. Di sini baiklah kita belajar dari Paulus yang berusaha
dengan ulet dan tabah agar menyenangkan Kristus Tuhan. Dengan keterbukaan pada
Kristus benih-benih ilahi yang ditanamkan dalam diri kita akan berbuah dan
buahnya banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin