Kamis, 16 Februari 2017

Mengapa Ada Imam di Gereja Katolik?

Foto ilustrasi: KomKat KWI
Kata ‘imam’ atau ‘priest‘ berasal dari kata presbyteros, presbyter, yang artinya adalah pelayan penyembahan ilahi, sebagai perantara antara manusia dengan Tuhan (lih. Ibr 5:1), terutama dalam menyampaikan persembahan kepada Tuhan dan kurban penebusan dosa.

Prinsipnya, memang dengan Sakramen Baptis, kita semua menjadi imam, nabi, dan raja. Nah imamat yang kita terima melalui Sakramen Baptis ini adalah “imamat bersama”, seperti yang diajarkan oleh rasul Petrus (lih. 1 Pet 2:9). Namun, walaupun imamat bersama berlaku untuk semua yang sudah dibaptis, namun Tuhan menunjuk orang-orang pilihan-Nya untuk menjadi imam tertahbis untuk melaksanakan peran/ tugas “imamat jabatan”.

Peran imamat jabatan ini tidak “menyaingi” atau mengaburkan peran Kristus sebagai Imam Tertinggi, malahan sebaliknya, mendukung dan melayani peran Kristus tersebut. Kita mengetahui bahwa peran imamat jabatan ini telah ada sejak jaman Perjanjian Lama, yaitu yang dilakukan oleh suku Lewi, walaupun secara keseluruhan, bangsa Israel -sebagai bangsa pilihan Allah- mempunyai peran imamat bersama, yaitu bahwa melalui bangsa Israel, seluruh bangsa memperoleh berkat Allah (lih. Kej 28:14). Suku Lewi inilah yang dipilih Allah untuk menjadi penghubung antara Allah dan seluruh bangsa Israel dan sebaliknya.

Demikian pula dalam Perjanjian Baru, Yesus sebagai Imam Agung menunjuk para rasul-Nya dan para penerus mereka untuk melaksanakan peran imamat jabatan ini, yaitu untuk memberkati Gereja-Nya. Maka para imam yang tertahbis ini bukannya untuk mengaburkan peran Kristus, namun untuk melanjutkan peran Kristus. Sebab melalui para imam tertahbis ini, maka segala karya Kristus dapat dihadirkan kembali, oleh kuasa Roh Kudus. Selanjutnya, peran imamat bersama tetap ada pada setiap umat beriman, yang memang harus dijalankan terutama dengan partisipasi umat dalam perayaan Ekaristi, saat kita mengangkat pujian, syukur, pertobatan, penyembahan dan permohonan kita kepada Allah. Dengan melaksanakan peran imamat bersama ini, maka kita sebagai anggota Gereja, bertumbuh dalam kekudusan, menguduskan dan “menggarami” dunia.


Jadi dasar pengajaran tentang peran imamat bersama dan imamat jabatan ini adalah prinsip “mediation“/ pengantaraan Kristus (yang adalah Pengantara satu-satunya, 1 Tim 2:5) yang melibatkan bagian- bagian Tubuh-Nya yang lain. Dengan analogi Kristus sebagai Sang Kepala, kita ketahui bahwa dalam mengorganisasikan anggota-anggota tubuh yang terkecil maka pesan dari kepala juga melibatkan perantaraan bagian-bagian tubuh yang lain. Perantaraan bagian- bagian tubuh ini tidak berdiri sendiri, mereka tergantung pada kepala-nya. Maka tanpa keberadaan kepala, mereka tidak dapat menjalankan tugas sebagai perantara, namun sudah menjadi keinginan sang kepala untuk melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu untuk menghubungkannya dengan anggotanya yang terkecil. Walaupun analogi sifatnya hanya membantu, dan tidak sepenuhnya dapat mewakili apa yang dimaksudkan, namun dengan memperhatikan analogi tubuh manusia, kita dapat memahami cara kerja Allah dalam mendistribusikan rahmat-Nya. Hal ini kita lihat juga dari sejarah rencana keselamatan, di mana Allah memulainya dengan Adam dan Hawa, lalu keluarga nabi Nuh, lalu para Patriarkh, diikuti oleh pemilihan 12 suku bangsa Israel, yang kemudian menjadi bangsa Israel di bawah pimpinan Nabi Musa. Allah memilih bangsa Israel sebagai bangsa pilihan untuk memberkati bangsa-bangsa lain; sebab Kristuspun lahir sebagai manusia sebagai bagian dari bangsa Israel, yang kemudian mengutus para rasul-Nya kepada seluruh bangsa (Mat 28:19-20). Kristus sebagai Adam yang baru memulai karya-Nya dengan memilih 12 rasul, yang kemudian diberkati-Nya untuk menjadi para pemimpin Gereja, yang diteruskan oleh para uskup dan para imam untuk menjangkau seluruh dunia. Melalui Gereja-Nya inilah segala bangsa dipanggil untuk menanggapi rencana keselamatan Allah. Di sini kita melihat adanya kaitan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru; dan bahwa Perjanjian Baru merupakan penggenapan Perjanjian Lama, dan peran perantaraan/ imamat merupakan sesuatu yang jelas terlihat di dalam keduanya.

Di sepanjang sejarah keselamatan, kita ketahui bahwa Allah melaksanakan karya-Nya dengan prinsip mediasi/ perantaraan. Untuk melahirkan Yesus, Allah melibatkan Bunda Maria. Untuk memberkati umat-Nya, Ia memilih para rasul. Untuk memberkati dunia, ia melibatkan Gereja. Apakah Kristus dapat melaksanakan segalanya sendirian, tanpa melibatkan perantaraan manusia yang lain? Tentu saja dapat, tetapi kenyataannya, Ia memilih untuk melibatkan orang-orang tertentu untuk mengambil bagian dalam Pengantaraan-Nya yang satu-satunya itu kepada Allah Bapa. Maka peran Pengantaraan Kristus itu sifatnya inklusif yaitu melibatkan anggota-anggota Tubuh-Nya yang lain, daripada eksklusif- dilakukan oleh-Nya sendirian saja. Walaupun tentu, keterlibatan anggota-Nya yang lain tidak sama dan tidak dapat disejajarkan dengan Pengantaraan Kristus. Keterlibatan anggota Tubuh Kristus ini bukannya mengurangi kemuliaan Kristus sebagai Pengantara satu-satunya kepada Allah Bapa, melainkan malah semakin menujukkan kemuliaan Allah itu. Yaitu, bagaimana Allah dapat terus berkarya untuk memberikan rahmat ilahi- Nya dengan menggunakan manusia yang pada dasarnya kecil dan lemah- sebagai salurannya.

Dengan memahami bahwa Kristus melibatkan para murid-Nya yang diteruskan juga oleh para penerus mereka sampai akhir jaman, maka kita akan dapat semakin menghargai adanya peran imamat jabatan. Melalui para imam, Kristus hadir di dalam Ekaristi. Melalui para imam, kita dapat menerima rahmat pengampunan dosa dari Kristus. Melalui para imam, kita dapat terus melihat dan mengalami bahwa rahmat Allah selalu tersedia di dalam Gereja Katolik. Para imam adalah pelayan Kristus, dan rahmat Allah yang tersalur bagi kita melalui mereka bukan berasal dari mereka sendiri, namun berasal dari Kristus yang telah memilih mereka.

Mari kita mensyukuri adanya para imam, dan mendoakan mereka agar dapat melaksanakan tugas panggilan yang luhur ini dengan mata tertuju pada Kristus, Sang Imam Agung, yang telah memilih mereka untuk melanjutkan dan menghadirkan karya-karya-Nya di dunia ini. Semoga pada tahun para imam ini (Juni 2009- Juni 2010), semakin banyak kaum muda yang bersedia menanggapi panggilan Kristus untuk menjadi imam. Dan semoga Tuhan selalu menguduskan para imam-Nya, sehingga kita semua dapat melihat Kristus di dalam setiap pelayanan mereka. Sumber: Situs Katolisitas
--Deo Gratias--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin