Senin, 09 Mei 2011

Paskah, Anak-Anak, dan Sukacita yang Menular: Ketika Iman Bertumbuh dalam Wajah Ceria

Oleh: Darius Leka, S.H., M.H. – Advokat, Aktivis Rasul Awam Gereja Katolik sekaligus Koordinator KOMSOS Paroki Santo Paulus Depok periode 2010-2013

KOTA DEPOK - “Mei adalah bulan penuh sukacita,” demikian ungkap Rm. Tauchen Hotlan Girsang, OFM dalam homili Misa Minggu pagi, 1 Mei 2011. Dan memang, sukacita itu terasa nyata di halaman Novisiat Transitus Depok, tempat di mana 152 anak Bina Iman Anak (BIA) Paroki St. Paulus Depok merayakan Paskah bersama. Di tengah semarak warna-warni telur Paskah, keranjang hias, dan mozaik kacang, iman anak-anak itu bertumbuh—dalam tawa, dalam permainan, dan dalam kebersamaan.

Paskah bukan hanya perayaan liturgis, tetapi pengalaman iman yang hidup. Dan anak-anak, dengan kepolosan dan semangat mereka, menjadi saksi paling jujur dari kebangkitan Kristus yang membawa harapan. Kegiatan yang dikemas dalam bentuk permainan kreatif ini bukan sekadar hiburan, tetapi sarana pembinaan rohani yang menyenangkan.

Natalia, salah satu pembina BIA, menjelaskan bahwa tahun ini kegiatan difokuskan pada anak-anak yang aktif mengikuti pembinaan mingguan. “Kami ingin memberi apresiasi kepada mereka yang setia hadir setiap minggu. Dan syukurlah, semua berjalan lancar berkat dukungan orangtua dan Dewan Pastoral Paroki,” ujarnya.

Sebagai seorang advokat dan aktivis kerasulan awam, saya melihat bahwa pembinaan iman anak bukanlah tugas sampingan Gereja, melainkan investasi jangka panjang. Di tangan merekalah masa depan Gereja dititipkan. Maka, setiap kegiatan seperti ini adalah ladang subur tempat benih iman ditanam dan disiram.

Sementara itu, Bina Iman Remaja (BIR) Paroki St. Paulus memilih bentuk kegiatan yang berbeda. Ibu Andis, pembina BIA sekaligus koordinator kegiatan, menjelaskan bahwa pada 8 Mei mendatang, anak-anak BIR akan mengunjungi sebuah panti asuhan di Ciputat. “Kami ingin mereka belajar berbagi kasih, bukan hanya merayakan, tetapi juga menghadirkan sukacita bagi yang berkekurangan,” katanya.

Inilah wajah kerasulan awam yang sejati: iman yang tidak berhenti di altar, tetapi bergerak ke jalan-jalan, ke panti asuhan, ke ruang-ruang di mana kasih Allah perlu dihadirkan. Anak-anak remaja diajak untuk tidak hanya mengenal Kristus, tetapi juga menjadi Kristus bagi sesama.

Kegiatan ini tidak akan berjalan tanpa sinergi. Sekitar 15 pendamping, termasuk para frater dari Ordo Fratrum Minorum (OFM), terlibat aktif mendampingi anak-anak. Mereka bukan hanya fasilitator, tetapi juga teladan. Dalam keheningan dan kesederhanaan, mereka menunjukkan bahwa pelayanan adalah bentuk tertinggi dari kasih.

Setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai, para pembina mengikuti Misa di Kapel Novisiat Transitus yang dipimpin oleh Rm. Bonefasius Budiman, OFM. Sebuah penutup yang indah—karena setiap pelayanan harus berakar dalam doa.

Paskah adalah tentang kebangkitan. Dan kebangkitan itu nyata dalam wajah-wajah ceria anak-anak BIA. Mereka mengajarkan kita bahwa iman bukan hanya soal doktrin, tetapi soal relasi. Relasi dengan Tuhan, dengan sesama, dan dengan diri sendiri.

Sebagai umat Katolik, mari kita terus mendukung pembinaan iman anak dan remaja. Mari kita hadir, bukan hanya sebagai penonton, tetapi sebagai pelaku. Sebab Gereja yang hidup adalah Gereja yang bertumbuh—dan pertumbuhan itu dimulai dari anak-anak.

 

#paskahbia2011 #stpaulusdepok #kerasulanawam #binaimananak #binaimanremaja #imanyangbertumbuh #gerejayanghidup #mewartakankasihallah #katolikaktif #sukacitapaskah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin