Tampilkan postingan dengan label RENUNGAN KATOLIK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RENUNGAN KATOLIK. Tampilkan semua postingan

Selasa, 18 Juli 2017

Pesan Paus Fransiskus untuk Katekis, “Jadilah Pewarta yang Kreatif

VATIKAN - Paus Fransiskus telah mengirimkan sebuah pesan ke Simposium Katekese Internasional yang sedang berlangsung minggu ini di Universitas Katolik Kepausan Argentina di Buenos Aires, bertemakan "Diberkatilah orang-orang yang beriman". Demikian laporan Radio Vatican (12/07/17).

Dalam pesan ke simposium tersebut, Bapa Suci mengingatkan bahwa "menjadi seorang katekis adalah panggilan pelayanan di Gereja, yang telah diterima sebagai pemberian dari Tuhan dan pada gilirannya harus ditransmisikan."

Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa katekis berjalan dengan Kristus, oleh karena itu bukan orang yang memulai dari gagasan dan selera sendiri. Dia mencari Tuhan dan pencarian itu membuat hatinya berkobar.

Paus Fransiskus juga mencatat dalam pesannya bahwa peran katekis itu kreatif karena orang ini mencari cara dan cara yang berbeda untuk mengumumkan kabar baik tentang Kristus. Paus menambahkan bahwa "pencarian untuk membuat Yesus dikenal sebagai keindahan tertinggi membawa kita untuk menemukan tanda dan bentuk baru untuk transmisi iman." Sarana itu mungkin berbeda, Bapa Suci menggarisbawahi, "tetapi yang penting adalah mengingat gaya Yesus, yang menyesuaikan diri dengan orang-orang di sekelilingnya untuk membawa mereka cinta kepada Tuhan."

Paus melanjutkan bahwa, perlu untuk mengetahui bagaimana "mengubah" dan menyesuaikan diri, untuk menyampaikan pesan Tuhan meskipun pesan itu sendiri selalu sama.

Akhirnya, Paus Fransiskus mendorong para katekis untuk mengambil bagian dalam simposium tersebut menjadi utusan yang menyenangkan, penjaga kebaikan dan keindahan yang bersinar dalam kehidupan setia sebagai murid misionaris. " (Radio Vatican,12/07/17/ Terj. Daniel B. Kotan)

__________________
Sumber: www.en.radiovaticana.va

Pakar Pendidikan Katolik Merumuskan Pedoman Menangkal Radikalisme di Indonesia

JAKARTA - Pakar pendidikan Katolik di Indonesia saat ini tengah merancang sebuah pedoman yang baru bagi sekolah-sekolah untuk menangkal intoleransi dan radikalisme yang meningkat di sekolah.

Panduan ini diharapkan siap dalam beberapa bulan ke depan dan diterapkan di sekolah-sekolah Katolik ketika tahun ajaran berikutnya dimulai.

“Apa yang kami lakukan adalah tanggapan terhadap situasi saat ini, di mana radikalisme begitu kuat, termasuk di kalangan remaja,” kata Pastor Vinsensius Darmin Mbula, OFM, Ketua Majelis Pendidikan Katolik kepada ucanews.com, pada 10 Juli.

“Untuk membendung ini, kami yakin salah satu solusinya adalah melalui pendidikan,” katanya.

Pastor Darmin merujuk pada sebuah survei Setara Institute tahun 2015 di 171 sekolah di Jakarta dan Bandung, Jawa Barat yang mengungkapkan bahwa 9,5 persen siswa mendukung kekerasan yang dilakukan oleh kelompok radikal, termasuk kelompok negara Islam yang disebut.

Survei sebelumnya oleh Lembaga Studi Islam dan Perdamaian mengungkapkan bahwa hampir 50 persen siswa mendukung gagasan radikal.

Darmin mengatakan bahwa jika ini diabaikan, Indonesia akan terus dihantui oleh kehancuran.

Dia mengatakan bahwa pihaknya akan berkonsultasi dan meminta saran dari para ahli dan pemikir Islam serta agama lain.

Dia juga mengatakan bahwa pedoman tersebut akan dipresentasikan kepada pemerintah, dan berharap agar dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum utama.

“Dalam kurikulum saat ini tidak ada perhatian khusus yang diberikan pada upaya untuk menumbuhkan kesadaran tentang keragaman dan toleransi.”

Pedoman tersebut, tidak hanya menggabungkan nilai Pancasila tapi juga dokumen Paus Fransiuskus tentang “Mengajarkan Dialog Antarbudaya di Sekolah Katolik: Hidup dalam Harmoni untuk Peradaban Kasih.”

Umat Katolik Kritisi Din Syamsudin Samakan Vatikan dengan HTI

JAKARTA – Kalangan internal umat Katolik mengkritisi pernyataan mantan Ketua Pengurus Pusat Muhammadyah, Din Syamsumin, menyamakan keberadaan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dengan Negara Vatikan.

“Saya menaruh hormat dengan Din Syamsudin selalu tokoh nasional, tapi kalau menyamakan kiblat umat Katolik terhadap Vatikan dengan kilbat HTI, ada hal-hal prinsip yang mesti dikritisi. Agar tidak menimbulkan polemik berkepanjangan,” kata Yohanes Nenes, Ketua Tim Advokasi dan Lembaga Konsultasi Hukum Majelis Adat Dayak Provinsi Kalimantan Barat, Jumat (14/7/2017).

Yohanes Nenes, mengatakan hal itu menanggapi Din Syamsudin saat konferensi pers di sela-sela halalbhihalal di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (DPP PAN), Jalan Senopati Raya, Jakarta Selatan, Rabu malam, 12 Juli 2017.

Din Syamsudin menanggapi pengumuman dikeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017, tanggal 10 Juli 2017, tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2017.

Din Syamsudin bereaksi, karena disebut-sebut sebagai Ormas radikal, HTI salah satu yang akan dibubarkan.

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, menugaskan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, Jenderal Purn Wiranto, untuk mengumumkan latar belakang penerbitan Perppu dimaksud di Jakarta, Rabu pagi, 12 Juli 2017.

Senin, 17 Juli 2017

Keluarga Kunci Proteksi Anak dari Narkoba

JAKARTA- Dua hari yang lalu, Rabu (12/7), Satuan Narkoba Polres Singkawang merilis kinerja jajarannya. Tak sebombastis pengungkapan 1 ton sabu oleh Polda Metro Jaya memang. Polres Singkawang mengungkap 17 kasus narkoba sejak Januari-Juni 2017 dengan menangkap 23 tersangka.

Lantas apa yang menarik dari rilis Satnarkoba Polres Singkawang? Bukankah masyarakat kita sudah biasa menyakasikan di televisi, mendengar di radio atau membaca lewat koran dan online seputar pengungkapan kasus-kasus narkotika?

Ternyata 2 dari 23 tersangka adalah anak-anak yang masih dikategorikan di bawah umur. Sebuah fenomena yang membuat kita seharusnya sadar betapa narkoba telah begitu merusak ke seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang usia. Anak-anak di bawah umur tidak lagi hanya sebatas pemakai namun juga sebatas pengedar.

Negara terasa alfa? Badan Narkotika Nasional pernah merilis angka mencengangkan dimana 5 juta dari 250 juta penduduk Inonesia menjadi pelaku penyalahgunaan narkoba. Dan dari 5 juta tersebut 63 persen pengguna narkotika adalah usia 15-24 tahun. Bahkan angka pengguna narkoba dari kalangan anak dan remaja setiap tahun terus meningkat.

Selasa, 11 Juli 2017

Belajar dari Keberhasilan Itu Sudah Biasa, Belajar dari Kegagalan Itu Baru Luar Biasa

Seorang yang sukses selain memiliki jiwa optimistis, juga hati yang tegar dan teguh.

Ia bisa melihat gelas yang berisi separo sebagai sebuah kesempatan untuk berkembang. Di sisi lain ia juga berkeyakinan bahwa kegagalan yang beruntun merupakan kawah candradimuka untuk belajar lebih banyak.

Hal itulah yang ditunjukkan oleh Thomas Alva Edison, salah seorang penemu jempolan, melalui cerita berikut.

Kita tahu Thomas Alfa Edison merupakan penemu bola lampu. Namun ia dikenal juga sebagai penemu gramafone dan kamera gambar bergerak. Ia memegang 1.093 paten di AS atas namanya.

Hal ini menempatkan dia sebagai penemu paling produktif nomer empat sepanjang sejarah.
Namun, semua penemuan itu tak diperolehnya dengan kemudahan.

Saat menemukan lampu pijar, ia telah mencoba 2.000 bahan yang berbeda hanya untuk menemukan filamen.

Ketika ia belum menemukan bahan yang memuaskan, pembantunya selalu komplain. "Semua pekerjaan kita menjadi sia-sia. Kita tak mempelajari apa-apa darinya."

10 Nasihat dari Paus Fransiskus untuk Semua Pasangan di Dunia ini Menggetarkan Hati 'Netizen'

Menjalani hubungan yang serius seringkali tidak semudah kelihatannya. 10 nasihat dari Paus Fransiskus untuk semua pasangan di dunia ini menggetarkan hati netizen.

1. Sediakan waktu, bahkan jika kamu sangat sibuk
Cinta membutuhkan waktu dan tempat, semua di luar itu bisa dinomorduakan. Waktu dibutuhkan untuk berbicara tentang berbagai macam hal, menikmati waktu bersama, merencanakan hidup, mendengarkan satu sama lain, dan memandang pasangan Anda di mata mereka. Kadang kala masalah pasangan tidak besar, mereka hanya tidak pernah menikmati waktu bersama.

2. Dengarkan
Terkadang orang hanya ingin didengarkan. Pasangan Anda mungkin tak butuh solusi, mereka hanya ingin berbagi kesedihan, keputusasaan, ketakutan, kemarahan, dan betapa rapuhnya kondisi mereka saat itu.

3. Terima kekurangan
Kita harus mengerti bahwa setiap orang memiliki kebaikan dan keburukan masing-masing. Cinta tak harus sempurna namun kita harus menerima setiap kekurangan pasangan dan menghargai bahwa setiap manusia pasti tidak punya kesalahan.

4. Jangan tidur dengan kamarahan
Jangan pernah mengakhiri harimu dengan kemarahan. Selalu liputi keluargamu dengan kedamaian. Caranya bagaimana? Sangat mudah. Anda bisa memulainya dengan sebuah pelukan. Kadang kita tak butuh berkata-kata, sebuah pelukan saja bisa menyelesaikan pertengkaran.

5. Sebutkan tiga kata ajaib
Selalu ucapkan ‘Tolong’, ‘Terima Kasih’, dan ‘Maaf’. Tiga kata ini mungkin terdengar sangat biasa namun memiliki efek luar biasa saat diucapkan untuk pasangan.
Itulah lima nasihat dari Paus Fransiskus untuk semua pasangan di dunia yang menggetarkan hati netizen.


____________
Sumber: www.npr.org

Jumat, 24 Maret 2017

Tahun 2050, Jakarta Terancam Banjir Besar

JAKARTA - Kota Jakarta disebut terancam dua banjir besar yakni, banjir rob dan luapan dari 13 sungai di Ibu Kota. Pembangunan tanggul fase A dipercaya dapat mengantisipasi Jakarta dari ancaman banjir besar tersebut. 

Pakar perkotaan dan lingkungan dari Universitas Indonesia Rudy Tambunan menjelaskan, letak Jakarta yang dibatasi Sungai Cisadane di sisi barat dan Sungai Citarum di sisi timur. Sementara di bagian selatan terdapat hulu Ciliwung dan utara hulu serta 12 sungai lainnya.

Kondisi ini kemudian membuat endapan dan sedimen membentuk dari Teluk Jakarta. Sebab aliran itu berasal dari Cisadane, Citarum ‎dibandingkan aliran 13 sungai kecil. Batas garis pantai kemudian semakin menjorok ke daratan akibat perubahan arus musiman yang mengikis pantai karena belum terbentuk tanggul.

‎"Bila diperparah dengan air pasang laut, menyebabkan daratan di utara Jakarta semakin terendam," kata Rudy, Kamis, 23 Maret 2017 kemarin.
Sementara di bagian daratan Jakarta, lapisan geologi yang lebih muda dan penggunaan air tanah berlebihan menciptakan pemampatan dengan begitu, air dari permukaan tak masuk ke laut.

Muka tanah yang rendah inilah yang berpotensi menjadi tempat genangan air (rob). Dalam studi sebuah penelitian berjudul 'Indonesia : A  Vulnerable Country in the Face of Climate Change' yang dirilis Global Majority Journal Juni 2010 juga mengingatkan dampak perubahan iklim berupa peningkatan suhu, intensitas hujan, permukaan air laut, dan ancaman pangan.

Dalam studi itu, Indonesia mengalami perubahan iklim yang membuat intensitas curah hujan naik dari 2-3% per tahun. Membuat wilayah Indonesia terancam banjir parah. Sebagian contoh, Jakarta sempat mengalami banjir parah Februari 2007 lalu akibat curah hujan yang tinggi.

Saat itu, banjir melanda 80% wilayah dan melumpuhkan transportasi Jakarta. Banjir pun merendam lebih dari 70.000rumah dan memaksa 420-440.000 warga mengungsi.

Selasa, 21 Maret 2017

Vita Quaerens Fabulam (Hidup harus dinarasikan)


Kita tidak bisa melupakan pernyataan Sokrates yang paling terkenal ini: "the unexamined life is not worth living". Hidup yang tidak teruji, tidak layak untuk dijalani. 

Dalam pandangan modern, keyakinan ini sering dikaitkan juga dengan dimensi naratif kehidupan kita. "Life in quest of narrative", kalau dilihat dari perspektif Paul Ricoeur. Hidup yang tidak dikisahkan kembali, akan dilupakan begitu saja, dan dengan demikian, hidup seperti ini menjadi tidak penting. "Un-narrated life is not worth living".

Hidup yang dijalani sebaiknya dinarasikan kembali, karena di satu pihak, melalui narasi, hidup memilik kisah, mempunyai ceritera dan sejarah (life has story); dan dipihak lain, setiap kisah, ceritera dan sejarah yang dinarasikan kembali, tentu  selalu berkaitan tentang suatu kehidupan (story has life).

Sering kita memisahkan antara hidup dan narasi. Bahwa hidup itu dijalani/dihidupkan (life is lived), sedangkan narasi adalah bagian dari suatu kisah (a story is told). Sesungguhnya, keduanya tidak boleh dilihat demikian.  Hidup harus dinarasikan agar terbuka kemungkinan bagi kita untuk sanggup menjalani hidup kita dengan lebih baik. Dan melalui narasi tentang hidup, kita dihantar masuk ke dalam dunia kreativitas dan imajinasi yang baru. Pengalaman hidup kita sebagai manusia tidak boleh dipisahkan dari kesanggupan naratif kita untuk mengisahkan kembali jalan-jalan kehidupan ini.

Jumat, 10 Maret 2017

Gereja Katolik Harus Mulai Pertimbangkan Pria Menikah untuk Jadi Pastor

BERLIN – Pemimpin Gereja Katolik Sedunia, Paus Fransiskus, mengatakan, Gereja seharusnya mulai mempertimbangkan laki-laki yang menikah boleh menjadi pastor.

Hal itu perlu  untuk mengatasi kekurangan pastor, terutama di daerah terpencil, sebagaimana dilaporkan kantor berita Agence France-Presse, Jumat (10/3/2017).

"Kita harus memikirkan tentang apakah viri probati itu adalah suatu kemungkinan," kata Fransiskus.

Menurut catatan Kompas.com, istilah viri probati  berasal dari bahasa Latin. Di dalam hukum kanon Gereja Katolik istilah ini mengacu pada pria yang telah menikah saat mereka ditahbiskan menjadi diakon, pastor (imam), atau uskup.

“Kemudian kita harus memutuskan tugas-tugas apa saja yang bisa mereka lakukan, misalnya di masyarakat terpencil," kata Paus dalam wawancara dengan majalah Die Zeit, Jerman.

Banyak orang Katolik percaya, untuk mengatasi kekurangan pastor (kaum tertahbis untuk pelayanan atau kaum selibat), Gereja harus membuka jalan baru dengan mempertimbangkan kemungkinan pria menikah bisa ditahbiskan menjadi diakon, pastor, atau uskup.

Mereka berpikir, bahwa selain pastor (imam) yang mengambil sumpah selibat, para orangtua, pria yang menikah dan memiliki komitmen kuat untuk pelayanan gereja juga bisa dipertimbangkan.

Pada Mei 2014, Paus Fransiskus mengatakan, "ada imam yang menikah di Gereja", mengutip para pastor Anglikan dan gereja lain yang masuk Katolik meski telah menikah.

______________________
Darius Leka, SH/ Foto: Istimewa/ Sumber: www.kompas.com

Kamis, 09 Maret 2017

Tantangan Pastoral Keluarga Katolik di Dunia Modern

Realitas: titik terang dan suram keluarga
Perlunya memahami situasi keluarga kristiani yang hidup di zaman modern. Gereja wajib menyampaikan Injil Yesus Kristus (evangelisasi) yang tak dapat berubah namun tetap selalu baru. Pandangan dunia tentang perkawinan sebagai sakramen dan realitas perkawinan menghadapi masalah keluarga yang rumit dan kompleks. Kesadaran kebebasan pribadi dan makin besarlah perhatian terhadap kualitas relasi, martabat wanita, tumbuhnya keturunan secara bertanggungjawab, terhadap pendidikan anak, kesadaran perlunya hubungan timbal balik di bidang rohani maupun jasmani. Salah pengertian teoritis maupun praktis tentang tidak saling tergantungnya suami-istri, salah paham mengenai hubungan kewibawaan orang tua dan anak.

Beberapa tantangan konkrit yang dialami keluarga:
  1.     Makin banyaknya perceraian sipil terhadap pasangan perkawinan Gereja,
  2. Hidup bersama tanpa peneguhan perkawinan Gereja (kanonik),
  3. Malapetaka praktik aborsi anak dan makin kerapnya sterilisasi bagi para ibu dan tumbuhnya mentalitas keluarga yang jelas-jelas menggunakan alat KB yang bersifat kontraseptif-abortif,
  4. Faktor ekonomi menyebabkan keluarga terpisah satu sama lain,
  5. Ketidaktahuan umat mengenai ajaran Gereja tentang perkawinan,
  6. Persoalan konkrit dan praktis di Paroki: keluarga yang retak tidak tahu solusi, pisah ranjang dan single parents.
Rencana Allah bagi keluarga kristiani:
Rencana Allah bagi keluarga dapat diketahui melalui: mengetahui kehendak Allah dari wahyu positif dan wahyu natural. Wahyu positif berarti apa yang disampaikan oleh Allah melalui KS. Wahyu natural berarti apa yang terdapat di dalam alam ciptaan dan dapat diketahui sebagai ketetapan Allah berkat akal budi manusia. Allah menciptakan manusia menurut gambar dan citra Allah (Kej. 1:27). Manusia diciptakan oleh Allah menurut model kasih, dan dengan motivasi kasih. Artinya manusia diciptakan oleh Allah dalam membangun keluarga dengan model kasih. Motivasi Allah menciptakan manusia lelaki dan perempuan dengan kasih. Panggilan manusia-keluarga adalah kasih, (Yoh. 15:13; Mat. 25:31-46).

Kasus-Kasus Pembatalan Perkawinan Kanonik- Nulitas Matrimoni 0

Kasus pembatalan perkawinan kanonik
Dalam konteks studi hukum gereja, kasus pembatalan perkawinan kanonik adalah kasus di mana perjanjian perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan itu tidak sah sehingga tidak tercipta sebuah perkawinan. Jika pasangan suami – isteri telah menikah secara kanonik telah berpisah dan berdamai kembali menjadi tidak mungkin, kasus-kasus itu disampaikan pada kuasa Gereja untuk diselidiki. Kuasa Gereja yang dimaksudkan adalah Tribunal Perkawinan Keuskupan (memang tidak semua keuskupan memiliki Tribunal karena keterbatasan tenaga ahli). Dalam proses anulasi perkawinan itu jika terbukti dan perjanjian perkawinan itu dinyatakan batal maka pihak-pihak yang berperkara bebas membangun kehidupan perkawinan yang baru.

Jenis-jenis kasus pembatalan perkawinan
Kanon 1057, KHK 1983, menyatakan ada tiga syarat dasar supaya sebuah perkawinan sah kanonik. Tiga syarat itu adalah: (1) adanya saling kesepakatan tanpa cacat mendasar untuk perkawinan, (2) dilaksanakan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang mempunyai kemampuan legitim untuk melaksanakan perkawinan itu, yakni tidak terhalang oleh halangan yang menggagalkan dari hukum ilahi atau hukum positif (gerejawi dan sipil); (3) secara publik dilaksanakan dengan tata peneguhan yang diwajibkan hukum, yakni sebagaimana dituntut oleh hukum gereja atau negara.

Maka secara singkat dapat dikatakan bahwa ada 3 hal yang dapat membatalkan perkawinan:
a. Kasus karena cacat dalam kesepakatan perkawinan,
b. Kasus karena halangan yang menggagalkan,
c. Kasus karena cacat atau ketiadaan tata peneguhan kanonik.

Alasan Mengapa Orang Katolik Tidak Makan Daging Pada Hari Jumat Selama Masa Prapaskah

Anda tahu apa yang anda alami ketika anda berada di sebuah kota dengan tradisi Katolik yang kental, di mana selama masa Prapaskah restoran hanya menyediakan ikan sebagai menu makan. Di kota-kota dengan tradisi Katolik yang kental, selepas perayaan hari Rabu Abu, tiba-tiba saja semua orang begitu peduli dengan liturgi Gereja

Lalu mengapa  Gereja mengingatkan umat Katolik untuk menjauhkan diri dari daging pada hari Jumat (serta Rabu Abu dan Jumat Agung), tetapi “membiarkan” umatnya untuk makan ikan pada hari Jumat?

Pertama-tama kita harus mengajukan pertanyaan, “mengapa hari Jumat?” Penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut. Saya kutip dari penjelasan Konferensi Para Uskup Amerika Serikat atau USCCB:

Orang Katolik dari Zaman dahulu memiliki kenangan yang tak terpisahkan dengan hari Jumat sebagai perayaan tobat khusus, di mana mereka juga dengan senang hati siap menderita bersama Kristus. Bahwa suatu hari nanti mereka mungkin ikut dimuliakan dengan-Nya. Ini merupakan inti dari tradisi pantang daging  pada hari jumat, sebuah tradisi yang dinilai Gereja memiliki sifat yang suci.

Orang Kristen meyakini Kristus menderita dan mati di kayu salib pada hari Jumat. Sejak awal orang-orang Kristen telah menyisihkan sebagian dari hari itu untuk menyatukan penderitaan mereka dengan Yesus. Hal ini menyebabkan Gereja mengakui setiap hari Jumat selama masa Prapaskah sebagai “Jumat Baik”, di mana mereka dapat mengingat penderitaan Kristus dengan menawarkan sejenis pertobatan atau penebusan dari dosa.

Dalam sejarah Gereja, tradisi penebusan itu dinyatakan dalam bentuk kurban daging. Dan dalam tradisi kuno, daging hewan yang dianggap lezat tidak disembelih kecuali untuk merayakan sesuatu. Sejak hari Jumat dijadikan sebagai hari penebusan dosa, kebiasaan makan daging pada hari jumat untuk “merayakan” kematian Kristus mulai ditiadakan.

Memanggul Salib

“Sejak awal mula Allah telah menamkan benih kasih dalam diri kita, agar kita hidup oleh kasih dan bahagia oleh karena kasih”

Kita semua pernah mengalami pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Dan jika kita disuruh memilih maka pasti banyak yang akan memilih untuk mengalami hal-hal yang menyenangkan daripada memilih hal yang tidak menyenangkan.

Dalam  Alkitab (Luk. 9:22-25) Yesus mengungkapkan tentang indentitas diri-Nya yang sekaligus menjadi persyaratan bagi siapa saja yang ingin mengikuti-Nya. Yesus adalah Anak Manusia yang akan mengalami penderitaan, penolakan bahkan akan dibunuh, demi memperjuangkan keselamatan manusia. Demi keselamatan inilah Yesus rela untuk melewati sebuah penderitaan yang berjujung pada kematian-Nya. Jalan penderitaan yang dialami Yesus bukanlah tujuan, melainkan cara yang ditempuh menuju kepada keselamatan kekal. Penderitaan merupakan sebuah risiko dari pilihan untuk setia kepada Bapa dan upah dari kesetiaan adalah keselamatan kekal.

Rabu, 08 Maret 2017

Tidak Rugikan Orang Lain

Sekitar tahun 1998 di berbagai daerah Indonesia dilanda kerusuhan rasial yang disertai dengan penjarahan. Dalam lembaran gelap sejarah bangsa Indonesia itu, secara pribadi saya mengalami pencerahan melalui kesaksian pengalaman hidup seorang pemancing ikan. Di saat teman-temannya “berpesta” dengan menjarah barang milik orang lain dia tetap tenang dan asyik memancing ikan di sungai yang berdekatan dengan perusahaan tempat penjarahan itu terjadi. Dia tidak terpengaruh oleh ajakan teman-teman untuk berbuat jahat. Karena penolakan itulah, dia dianggap sebagai orang bodoh dan gila oleh teman-temannya. Tetapi dia malah justru tenang dan merasa damai karena tak melakukan kesalahan.

Bapak-Ibu, Saudara-Saudari dan Orang Muda Katolik yang terkasih dalam Injil (Mrk. 3.22-30) Tuhan Yesus dianggap sebagai orang yang tidak waras oleh orang-orang Yahudi karena Ia melakukan kebaikan kepada banyak orang. Kebaikan yang seharusnya mendapatkan penghargaan justru dianggap salah bahkan difitnah sebagi orang yang kerasukan setan. Padahal tindakan Yesus menyembuhkan dan mengusir setan terjadi oleh kuasa Roh Kudus. Justeru yang harus terjadi adalah sebaliknya, bahwa orang-orang itulah yang menghujat Allah. Sebab mereka telah berbicara jahat melawan Anak Allah sendiri dan terlebih lagi telah menghujat Roh Bapa sendiri yang berkarya dalam diri Anak-Nya.

Menghargai Apa yang Ada

"Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita". (Efesus 5: 20)

Dengan sebuah pukulan palu yang keliru seorang pria mencederai salah satunya jempolnya. “Sungguh kejadin buruk” kata seorang temannya ketika mendengar berita kecelakaan kecil itu. Tetapi pria itu seorang filsuf, menjawab, “Bukan! Hal ini sama sekali tidak buruk, inilah salah satu hal terbaik yang pernah terjadi pada diri saya. Kejadian ini mengajarkan saya agar menghargai jempol saya.

Saya tidak pernah menyadari nilainya bagi saya sebelumnya. Pada hari pertama setelah saya melukai jempol saya, sampai sekarang, saya menemukan bahwa ada 257 hal telah saya lakukan dengan jempol saya setiap hari dalam hidup saya, tanpa berpikir. Dan saya tidak pernah menyadari bahwa jempol sesungguhnya tidak terpisahkan dari saya”. Kita tampaknya tidak menghargai anugerah-anugerah kita yang paling sederhana hingga kita kehilangan semua itu.

Seringkali kita memang baru menghargai sesuatu pekerjaan, pasangan, keluarga, kesehatan, uang, waktu, jika kita sudah kehilangan mereka. Biasanya jika mereka masih ada, kita cendrung bertindak seenaknya. Misalanya saja soal pekerjaan, saat kita masih memiliki tanggungjawab yang harus dipikul, kadang kita suka mengeluh dengan beratnya tugas-tugas atau bersungut-sungut karena harus bekerja sama dengan rekan kerja yang tidak menyenangkan. Padahal bila kita sudah di-PHK, disitu kita baru sadar betapa berharganya pekerjaan tersebut.

Hidup adalah Pilihan

"Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu f  pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. g  Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu". (Ulangan 30:19)

Menurut sebuah penelitian, setiap hari kita diperhadapkan pada ratusan pilihan dalam membuat keputusan, termasuk dalam keputusan-keputusan kecil dan sepele seperti baju apa yang akan kita pakai hari ini, makan apa hari ini, di mana kita makan, kaus kaki sebelah mana yang akan lebih dahulu kita pakai, rute mana yang akan kita ambil menuju tempat kerja dan lain sebagainya.

Demikian juga dalam hidup ini. Kita harus membuat banyak pilihan. Kita tidak bisa netral, abstain, tidak memilih. Kita harus mengambil keputusan-keputusan mulai dari keputusan kecil dan sepele yang tidak mempunyai dampak yang signifikan dalam hidup kita seperti halnya menu makanan hari ini hingga pada keputusan yang sangat penting yang berdampak pada seluruh aspek hidup kita seperti memilih jodoh, karier dan sebagainya.

Bisa Karena Biasa

"Lalu orang-orang itu bergegas-gegas masuk dan mendapati Daniel sedang berdoa dan bermohon kepada Allahnya". (Daniel 6:11b)

Seorang pemuda berkata kepada ahli permata bahwa ia ingin menjadi seorang ahli permata. Sang ahli menolak karena takut pemuda itu tidak akan memiliki kesabaran untuk belajar. Ia memohon agar diberia kesempatan. Akhirnya sang ahli menyetujui. Ia lalu meletakkan sebuah batu hijay dalam tangan pemuda itu dan memintanya untuk menggenggamnya dan mengamatinya. Sang ahli kemudia melanjutkan pekerjaanya; memotong, menimbang dan menata permata-permata.

Pagi berikutnya sang ahli kembali meletakan sebuah batu hijau ke dalam tangan pemuda itu dan memintanya menggenggamnya dan mengamatinya. Pada hari ketiga sampai kelima ahli permata itu menyuruhnya melakukan hal sama. Pada hari ke enam pemuda itu mulai bosan dan berkata, “Guru kapan saya akan mulai belajar sesuatu?” “Nanti”, jawab sang ahli. Suatu pagi sang ahli menyuruhnya menggenggamnya sebuah permata hijau yang sebenarnya imitasi. Dengan perasaan kesal ia menggenggam batu itu tetapi berkata, “Ini bukan batu hijau yang sama” “Sesungguhnya engkau sudah mulai belajar,” kata sang guru.

Minggu, 05 Maret 2017

Menang Tanpa Kekerasan

Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. (Matius 20:25)

Sepak bola adalah olahraga yang sangat erat dengan kekerasan dan cedera. Hal itu terjadi karena banyak pemain dan pelatih yang menghalalkan segala cara untuk menang. Argentina dulu juga pernah mengandalkan kekerasan dan bentrok fisik. Namun hal itu berubah sejak Cesar Luis Menotti ditunjuk untuk menangani tim ini. Sejak kecil Menotti telah dibiasakan dengan keteaturan dan disiplin oleh orangtuanya. Tugas wajibnya sehari-hari adalah membaca. Dan kebiasaan itu sangat berguna dan mewarnai sikapnya ketika menjadi pelatih Argentina.

Selain itu karena dibesarkan dalam keluarga terpelajar, ia menjadi orang yang pandai berdiplomasi. Ia mampu menyampaikan pesan yang sangat keras dengan ungkapan yang halus. Sementara banya tim dan pelatih lain yang menggunakan taktik kekerasan untuk mendapatkan kemenangan. Menotti justru menghindari kekerasan fisik. Bahkan untuk mencetak gol kalau perlu tendangan tidak lebih keras daripada mengumpan. Ia berpendapat “Jikalau satu tim menunjukkan permainan indah, kemenangan akan muncul dengan sendirinya”.

Bapak-Ibu, Saudara-Saudari dan para Orang Muda Katolik (OMK), mari di era yang baru ini kita kembali memperbaharui komitmen kehidupan kita untuk bekerja dengan prinsip Alkitabiah, bekerja dengan integritas, jujur, takut akan Tuhan, menghargai atas dan rekan kerja, dan lain sebagainya. Yakinlah ketika kita berjalan bersama dalam prinsip-prinsip-Nya maka Tuhan pun akan memberkati kita dengan limpah.

“KALAU ANDA MEMILIKI INTEGRITAS MAKA MODAL KEHIDUPAN ANDA SUDAH CUKUP”

_____________________
Darius Leka, SH/ Bom.com, Halaman 22, Edisi 065

Jumat, 03 Maret 2017

Bertobat Karena Kasih

Seorang pedagang kue keliling berjalan menyusuri trotoar sambil melirik ke kiri dan ke kanan, kalau-kalau ada pelanggan yang mau menikmati jajanannya. Maka, tibalah ia disebuah kompleks yang agak sepi. Ia melihat sekelompok orang yang datang mendekatinya. Ia segera menebar senyuman berharap dagangannya akan lumayan laris. Ternyata tidak. Mereka adalah sekelompok preman yang sedang lapar dan menunggu para pedagang lewat kompleks itu. Ia pun diperas untuk memberikan makanan yang dijualnya bahkan uang dikantongnya. Ia hanya berkata “Ini tidak benar, kalian jangan melakukannya lagi”. Maka pukulan segera melayang ke wajahnya. Yang lain puas dengan itu, tetapi beberapa dari mereka tidak setuju dengan tindakan kawannya yang memukul itu.

Sahabat, hari ini kita diajak untuk membedakan Roh Kristus dan roh antikristus (1 Yoh. 4:2). Kita adalah anak-anak Allah yang mampu menguji roh yang membawa kita kepada jalan, kebenaran dan kehidupan yaitu Yesus Kristus, karena Ia telah mengaruniakan Roh ke dalam hidup kita untuk menuruti segala perintah-Nya yakni mengasihi Dia (1 Yoh. 4:23-24). Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea. Ia bagaikan pedagang kue yang berkeliling bembawa kabar keselamatan. Ia tidak menjualnya tetapi memberikannya secara cuma-Cuma. Injil kerajaan Allah diwartakan agar mereka boleh mengalami kasih setia Alllah yang mencintai mereka (Mat. 4:23).

Rabu, 01 Maret 2017

Puasa Yang Bisa Anda Lakukan Di Tahun Ini Menurut Paus Fransiskus

Paus Fransiskus mengajak umat Katolik agar tidak mengisi masa puasa dengan sesuatu yang dangkal. Mengutip mistik Kristen awal, John Chrysostom yang mengatakan, "Tidak ada tindakan kebajikan yang dapat menjadi besar jika tidak diikuti dengan manfaat bagi orang lain Jadi, tidak peduli berapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk berpuasa, tidak peduli berapa banyak Anda puasa tidur tanpa kasur yang empuk dan melakukan ritual pemujaan kepada Tuhan, jika hidup Anda tidak bermanfaat untuk orang lain, Anda tidak melakukan apapun yang besar di dunia ini."

Masa Prapaskah adalah waktu yang baik untuk penebusan dosa dan penyangkalan diri. Tapi sekali lagi Paus mengingatkan kita, bahwa kegiatan ini harus benar-benar memberi manfaat besar bagi orang lain. "Saya meragukan kebaikan yang tidak mengeluarkan biaya apapun dan tanpa pengorbanan apapun." Jadi, jika kita akan berpuasa di masa Prapaskah ini, Paus Fransiskus mengajak kita untuk melakukan puasa terhadap 'ketidakpedulian terhadap orang lain.' Paus menulis, "Ketidakpedulian kita kepada sesama dan Tuhan, juga merupakan godaan nyata bagi kita semua pengikut Kristus. Setiap tahun, selama masa Prapaskah kita perlu mendengar sekali lagi suara para nabi yang menangis dan mengganggu suara hati nurani kita."

Menggambarkan fenomena globalisasi ketidakpedulian itu, Paus menulis bahwa "setiap kali, kehidupan batin kita menjadi terjebak dalam kepentingan dan keprihatinan sendiri, tidak ada lagi ruang untuk orang lain, tidak ada tempat untuk suara mereka yang miskin. Tidak lagi terdengar suara Allah, sukacita damai dari kasihNya tidak lagi terasa, dan keinginan untuk melakukan kebaikan pun memudar. Akhirnya kita tidak mampu lagi merasakan kasih sayang pada pergumulan orang miskin, tangisan penderitaan orang lain, dan desakan untuk membantu mereka. Seolah-olah, semua ini adalah tanggung jawab orang lain, bukan tanggung jawab kita sebagai pengikut Kristus."

_____________________________
(RP. Robert Agung Suryanto, OFM/ Time/ edit Bulir Mekar/ Foto: Istimewa)