JAKARTA - Pengamat Politik Boni Hargens dan rombongannya mengunjungi Tempat Pendidkan Al-Quran Majelis Taklim Al Iqdham di Jalan Meliwis, Bukit Duri, Puteran Tebet, Jakarta Selatan, Jumat, 28 Juli 2017 siang.
Kunjungan ini dalam rangka memberikan santunan kepada para anak yatim sekaligus sosialisasi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Ormas (Perppu Ormas).
Dalam kesempatan tesebut, Boni disambut dengan antusias oleh keluarga besar TPA dan Majelis Taklim, baik anak panti maupun para ustadnya yang dipimpin oleh Ustad Anwar.
Dalam sambutannya, Boni mengajak seluruh elemen bangsa menghormati dan menghargai ulama. Sebab menurutnya, pesantren, masjid, para ulama dan ustad adalah hakikat dan kekuatan bangsa.
Sejarah perjuangan kemerdekaan, kebangkitan kaum intelektual Indonesia dalam buku-buku yang ditulis oleh para ahli luar negeri, tuturnya, menunjukan bahwa pesantren adalah tempat awal lahirnya kaum intelektual serta pemikiran-pemikiran tentang Indonesia.
“Kita semua tahu bahwa para Ustad, para Ulama merupakan kekuatan awal yang mendirikan republik ini. Dan kekuatan bangsa ini ke depan pun ada ditangan para ulama, para ustad dan ada di tangan adik-adik sedang yang sedang berdiri di sini dan sedang bertumbuh dan belajar.”
“Silaturahmi hari ini ke TPA dan Majelis Taklim ini sebagai upaya untuk sosialisasi Perppu Ormas. Saya juga mau belajar banyak dari kesederhanaan dan kerendahan hati para ustad yang ada di sini,” ujar Boni seusai memberikan santunan kepada keluarga besar Majelis Taklim Al Iqdham.
Boni menyebut keluarga besar TPA dan Majelis Taklim Al Iqdham merupakan orang-orang hebat yang mengabdikan hidupnya untuk umat. Dia mengaku bangga dengan antusiasme keluarga besar Majelis dalam menerima kehadiran mereka.
“Saya sendiri merasa tidak berarti apa-apa ada di tengah para ustad dan anak-anak TPA dan Majelis Taklim di sini. Pengalaman hari ini lebih dari sekedar sosialisasi Perppu Ormas tapi merupakan sebuah momentum untuk membangun solidaritas sosial,” ungkap dia.
Boni pun mengajak siapapun yang mempunyai rejeki lebih untuk ringan tangan dan berani berbagi. Dia mengaku memberi dari kekurangan, namun menurut dia, bukan perkara berapa yang diberi, tetapi bagaimana belajar berbagi.
“Apalagi ini untuk anak-anak pondok yang notabene kekuatan bangsa ini di masa yang akan datang,” pungkas dia.