Selasa, 18 Juli 2017

Mgr Rolly Untu: Pembinaan Calon Imam adalah Bagian Tanggungjawab Uskup

MANADO - “Pembinaan calon imam adalah bagian dari tanggung jawab uskup. Saya telah mengatakan pengakuan iman serta janji dan tanggung jawab saya dalam salve menjelang tahbisan, dan pembinaan calon imam adalah bagian dari itu,” kata Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC dalam talk show setelah Peletakan Batu Penjuru sebuah basis atau unit dan Misa Pertama Uskup Baru di Seminari Tinggi Pineleng, Sulawesi Utara, 11 Juli 2017.

Talk show yang dihadiri para formator dan frater diosesan Keuskupan Manado dan Keuskupan Amboina itu diikuti Mgr Rolly Untu, Uskup Emeritus Mgr Josef Suwatan MSC, Rektor Seminari Tinggi Hati Kudus Yesus Pineleng Pastor Melky Malingkas Pr dan seorang ibu anggota Komunitas Tritunggal Mahakudus.

Dalam realitanya, jelas Pastor Yonas Atdjas Pr, di tahun ajaran 2016/2017 jumlah seminaris di sana berjumlah 81 dengan kesediaan kamar memadai. Jumlah itu cukup memadai di tahun ajaran 2017/2018 kalau “Basis Babilonia” dimanfaatkan, karena jumlah seminaris menjadi 127 orang ditambah 46 seminaris dari Pondok Emaus, di Tateli, Sulawesi Utara, tempat tahun rohani calon imam diosesan. Tapi, tahun ajaran 2018/2019, pasti ketersediaan kamar “amat tidak memadai” karena diperkirakan jumlah seminaris menjadi 193 orang dengan tambahan 66 orang dari Pondok Emaus.

Mgr Rolly Untu, yang ditahbiskan Uskup Manado oleh Mgr Antonio Guido Filipazzi yang kini Duta Vatikan untuk Nigeria, 8 Juli 2017, membenarkan bahwa seminari adalah jantung dan biji mata Gereja dan pembinaan calon imam adalah komitmen penggembalaan seorang uskup, karena menyadari bahwa kemajuan keuskupan tergantung pada para imam yang datang dari seminari. “Maka kalau ingin keuskupan menjadi lebih baik, kami harus peduli pada seminari,” tegas uskup yang belajar di Seminari Pineleng sejak 1976 dan mengajar di seminari itu sejak 1995.

Dalam janji saat Ibadat Sore Agung (Salve) Menjelang Tahbisan Uskup Manado di Katedral Manado, 7 Juli 2017, Mgr Rolly menegaskan: “Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk memajukan panggilan hidup imamat dan membiara, sehingga dengan selayaknya akan terpenuhilah kebutuhan-kebutuhan spiritual segenap Gereja. Saya akan mengakui dan memajukan martabat kaum awam dan peranan mereka yang khas dalam tugas perutusan Gereja. Dan secara khusus saya akan memperhatikan untuk mengembangkan karya-karya misioner yang diperuntukkan bagi evangelisasi bangsa-bangsa.”

Mgr Rolly Untu dan Mgr Suwatan dijemput oleh para frater diosesan dengan Tarian Kabasaran di gerbang masuk Seminari Pineleng. Mereka lalu mengusung kedua uskup dengan tandu mengelilingi seminari. Setelah memimpin peletakan batu penjuru basis baru, Mgr Rolly Untu memimpin Misa Pertama sebagai Uskup Baru Manado di alma maternya itu.

Dalam Talk Show dan Ramah Tamah bertema “Melangkah Bersama Sang Gembala: In Lumine Tuo, Videmus Lumen” dan sub tema “Care, Share and Charity,” Pastor Malingkas menjelaskan bahwa diharapkan pada imam projo dari Seminari Tinggi Pineleng “menjadi imam yang memiliki kedewasaan yang bertanggungjawab, menjadi pastor bonus.”

Selain berharap agar muncul peduli dalam diri para frater dan formator, rektor itu berharap Mgr Rolly Untu memberikan perhatian besar bagi Seminari Pineleng. Harapan lain agar seminari itu “menjadi sekolah cinta kasih di mana kita saling berbagi, saling membantu dan saling mendukung agar semua warga seminari berjalan bersama menciptakan pastor bonus yang ingin berbagi dengan umat.”

Acara itu juga bertujuan untuk “charity” yakni bersama umat menggalang dana untuk membantu membangun basis baru. Talk show yang dihibur oleh kelompok koor seminaris dan OMK diakhiri dengan penyerahan proposal kepada wakil Komunitas Tritunggal Mahakudus dan Tulang Rusuk.

Menurut Pastor Yonas, total biaya pembangunan basis itu 2,069,033,583,69 rupiah. Melihat realita yang ada, jelas imam itu, jumlah seminaris tidak sebanding dengan kamar tidur yang tersedia. Maka, “mau tidak mau, digunakanlah bangunan tua yang terletak dekat kandang (Basis Babilonia, karena dekat kandang babi) sebagai tempat tinggal para frater. Bangunan itu sebenarnya sudah mulai rusak dan tidak terlalu layak untuk dihuni. Namun apa boleh buat?!” kata imam itu seraya menambahkan bahwa Basis Poppe dan Basis Matius, yang sudah tua dan sangat memprihatinkan dengan dinding yang mulai berguguran dan tiang-tiang yang melapuk, juga tetap digunakan.

“Karenanya, kami berencana membangun sebuah unit asrama guna menyediakan empat hunian yang layak bagi para frater, sehingga proses formasi boleh berjalan dengan baik,” demikian Pastor Yonas.


________________
Sumber: www.penakatolik.com/ Foto-foto PEN@ Katolik ini diambil oleh soni/pcp 



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin