Rabu, 08 Maret 2017

Tidak Rugikan Orang Lain

Sekitar tahun 1998 di berbagai daerah Indonesia dilanda kerusuhan rasial yang disertai dengan penjarahan. Dalam lembaran gelap sejarah bangsa Indonesia itu, secara pribadi saya mengalami pencerahan melalui kesaksian pengalaman hidup seorang pemancing ikan. Di saat teman-temannya “berpesta” dengan menjarah barang milik orang lain dia tetap tenang dan asyik memancing ikan di sungai yang berdekatan dengan perusahaan tempat penjarahan itu terjadi. Dia tidak terpengaruh oleh ajakan teman-teman untuk berbuat jahat. Karena penolakan itulah, dia dianggap sebagai orang bodoh dan gila oleh teman-temannya. Tetapi dia malah justru tenang dan merasa damai karena tak melakukan kesalahan.

Bapak-Ibu, Saudara-Saudari dan Orang Muda Katolik yang terkasih dalam Injil (Mrk. 3.22-30) Tuhan Yesus dianggap sebagai orang yang tidak waras oleh orang-orang Yahudi karena Ia melakukan kebaikan kepada banyak orang. Kebaikan yang seharusnya mendapatkan penghargaan justru dianggap salah bahkan difitnah sebagi orang yang kerasukan setan. Padahal tindakan Yesus menyembuhkan dan mengusir setan terjadi oleh kuasa Roh Kudus. Justeru yang harus terjadi adalah sebaliknya, bahwa orang-orang itulah yang menghujat Allah. Sebab mereka telah berbicara jahat melawan Anak Allah sendiri dan terlebih lagi telah menghujat Roh Bapa sendiri yang berkarya dalam diri Anak-Nya.

Bapak-Ibu, Saudara-Saudari dan Orang Muda Katolik, dewasa ini pun ada banyak orang menentang perbuatan-perbuatan baik dan sebaliknya mendukung perbuatan-perbuatan jahat. Sebagai orang Kristiani (Katolik) kita patut merasa sedih dengan kenyataan ini. Tetapi jauh lebih baik lagi kalau kita tidak mendukung perbuatan-perbuatan jahat. Jangan pernah bangga dengan perilaku jahat yang menguntungkan diri dan merugikan banyak orang seperti tindak ketidak-adilan, korupsi, pencurian, penipuan, pengelabuan, fitnah, penjarahan, dan lain sebagainya. Mari kita berlaku sebagai murid Kristus yang sejati.

“KERAP PERJUMPAAN DENGAN ORANG HANYA DIUKUR DARI UNTUNG DAN RUGI DAN BUKAN DARI RASA PERSAUDARAAN DAN PERSATUAN”

_____________________________
Darius Leka, SH/ Percikan Hati, Vol.7 No. 5 Januari 2009, Halaman 38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin