Minggu, 07 Desember 2025

“Bukan untuk Dilayani, Melainkan untuk Melayani”; Suara Panggilan dari Depok

KOTA DEPOK - Suasana syukur dan haru menyelimuti Gereja Paroki Santo Paulus, Depok, pada Jumat, 11 Juli 2025. Hari itu menjadi saksi sejarah iman yang mendalam: Tahbisan Presbiterat dan Diakonat Ordo Fratrum Minorum (OFM). Dalam liturgi yang khidmat dan penuh makna, tujuh saudara menyerahkan diri secara total kepada Tuhan, menandai awal dari perutusan baru dalam pelayanan Gereja.

Fr. Agustinus Firstson Woghe Kega, OFM menerima Tahbisan Diakonat, sementara enam lainnya—Diakon Stefanus Harkam Nampung, Gabriel Rianeldi Wijaya Emar, Eugenio Isaac da Silva Tilman, João Mendonça, Manuel de Araújo Nunes da Silva, dan Saturninho da Costa Piedade—ditahbiskan menjadi imam. Mereka adalah buah dari perjalanan panjang dalam semangat Fransiskan: hidup sederhana, persaudaraan, dan pelayanan penuh kasih kepada yang kecil dan tersingkir.

Dalam homilinya, Mgr. Aloysius Murwito, Uskup Keuskupan Agats, menegaskan bahwa tahbisan bukanlah kehormatan duniawi, melainkan bentuk pengutusan. “Imamat bukanlah soal jabatan, tetapi soal perutusan. Kamu diutus bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani,” tegasnya. Ia mengingatkan bahwa pelayanan sejati hanya mungkin terjadi jika berakar dalam kasih Kristus, setia dalam hal-hal kecil, dan tidak mencari kepentingan diri.

Sebagai aktivis kerasulan awam, saya melihat peristiwa ini sebagai panggilan bagi seluruh umat, khususnya kaum awam, untuk turut serta dalam misi Gereja. Kerasulan awam bukan sekadar pelengkap, melainkan jantung dari pewartaan Injil dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bidang sosial, ekonomi, hukum, dan kemasyarakatan, kita dipanggil untuk menjadi saksi kasih Allah yang nyata.

Kehadiran para imam dan diakon baru ini menjadi pengingat bahwa Gereja bukan hanya tempat ibadah, tetapi komunitas yang hidup dan bergerak. Mereka adalah perpanjangan tangan Kristus yang hadir di tengah dunia yang haus akan keadilan, pengharapan, dan cinta.

Perayaan ini dihadiri oleh para imam, frater, suster, keluarga para tertahbis, serta umat dari berbagai paroki. Doa dan nyanyian liturgis memperkaya suasana misa yang berlangsung dengan tertib dan penuh kekhusyukan. Namun lebih dari itu, peristiwa ini menyentuh hati dan menggerakkan jiwa: bahwa panggilan Tuhan masih hidup, dan bahwa kasih-Nya terus bekerja melalui manusia yang bersedia diutus.

Hari tahbisan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah perutusan. Para tertahbis kini diutus untuk menjadi tanda kasih Allah yang hidup dan nyata. Dan bagi kita semua, semoga menjadi pengingat bahwa setiap orang dipanggil untuk menjadi saksi kasih, di mana pun kita berada.

 

Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat dan Aktivis Kerasulan Awam Gereja Katolik

#kerasulanawam #tahbisanofm #gerejakatolik #pelayanankasih #fransiskan #imamatsebagaiperutusan #cintaallahnyata #gerejahidup #melayanidengankasih #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin