Minggu, 07 Desember 2025

Habemus Papam; Paus Leo XIV dan Harapan Baru Gereja Universal

VATIKAN - “Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus Papam!” Seruan penuh sukacita itu menggema dari balkon Basilika Santo Petrus, Vatikan, pada hari yang akan dikenang oleh umat Katolik sedunia. Kardinal Dominique Mamberti mengumumkan bahwa Gereja Katolik kini memiliki pemimpin baru: Yang Mulia Robert Francis Kardinal Prevost, yang memilih nama kepausan Leo XIV. Asap putih dari Kapel Sistina menjadi simbol harapan baru, menggantikan duka atas wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025.

Paus Leo XIV lahir di Chicago, Illinois, pada 14 September 1955, dari keluarga multikultural. Ia adalah Paus pertama dari Ordo Santo Agustinus dan Paus kedua dari benua Amerika. Pendidikan awalnya diwarnai oleh semangat intelektual dan spiritualitas Agustinian. Ia meraih gelar sarjana matematika dan filsafat dari Universitas Villanova, lalu melanjutkan studi teologi dan hukum kanon di Roma.

Ditahbiskan sebagai imam pada 1982, Prevost mengabdikan diri dalam misi pastoral di Peru selama lebih dari satu dekade. Ia melayani di komunitas miskin, menjadi profesor, vikaris yudisial, dan pembina calon imam. Pengalaman pastoralnya yang luas dan kedekatannya dengan umat kecil menjadi fondasi kuat bagi kepemimpinannya.

Setelah menjabat sebagai Prior Jenderal Ordo Agustinus, Prevost kembali ke Amerika Serikat sebelum diangkat sebagai Administrator Apostolik di Peru. Ia kemudian menjadi Uskup Chiclayo, dan aktif dalam Konferensi Waligereja Peru. Kepercayaan dari Paus Fransiskus membawanya ke Roma sebagai Prefek Dikasteri untuk Para Uskup dan Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin.

Pada 30 September 2024, ia diangkat menjadi Kardinal dan setahun kemudian, terpilih sebagai Paus Leo XIV. Moto episkopalnya, In Illo uno unum—“Dalam Dia yang satu, kita menjadi satu”—menjadi cerminan visinya tentang kesatuan dalam keberagaman.

Sebagai aktivis kerasulan awam, saya melihat terpilihnya Paus Leo XIV sebagai momentum penting bagi Gereja universal. Pengalaman pastoralnya di komunitas miskin, kepekaannya terhadap budaya lokal, dan kedalaman spiritualitas Agustinian menjadi modal besar untuk menjawab tantangan zaman: krisis iman, ketimpangan sosial, dan kebutuhan akan dialog lintas budaya dan agama.

Paus Leo XIV diharapkan mampu melanjutkan semangat sinodalitas yang telah dirintis oleh pendahulunya. Ia adalah simbol harapan bagi Gereja yang ingin tetap relevan, inklusif, dan berakar pada Injil. Kepemimpinannya menjadi panggilan bagi seluruh umat, termasuk kaum awam, untuk semakin terlibat dalam pewartaan kasih dan keadilan.

Habemus Papam bukan sekadar seremoni, tetapi deklarasi iman dan harapan. Paus Leo XIV bukan hanya pemimpin Gereja, tetapi gembala yang diutus untuk menyatukan, menguatkan, dan membimbing umat menuju Kristus. Mari kita dukung dan doakan beliau, agar dalam setiap langkahnya, Gereja semakin menjadi tanda kasih Allah yang hidup di tengah dunia.

 

Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat dan Aktivis Kerasulan Awam Gereja Katolik

#shdariusleka #HabemusPapam #PausLeoXIV #GerejaKatolik #KerasulanAwam #PausAgustinian #PewartaanKasih #Sinodalitas #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin