AFRIKA - Nigeria menempati peringkat tertinggi dalam partisipasi umat Katolik menghadiri Misa Kudus secara mingguan atau harian, menurut studi global oleh Center for Applied Research in the Apostolate (CARA).
Di tengah dunia yang semakin sibuk dan sekular, kehadiran
umat dalam Misa Kudus menjadi cermin keteguhan iman dan kesetiaan pada Allah.
Sebuah studi global yang dilakukan oleh Center for Applied Research in the
Apostolate (CARA), Universitas Georgetown, mengungkap fakta mengejutkan:
negara-negara dengan partisipasi tertinggi dalam Misa bukanlah yang paling kaya
atau paling modern, melainkan yang paling setia.
Menurut laporan CARA, Nigeria mencatat angka kehadiran
Misa tertinggi di dunia, dengan 94% umat Katolik menghadiri Misa
mingguan atau harian. Di tengah tantangan sosial, ekonomi, bahkan ancaman
kekerasan, umat Katolik Nigeria tetap setia berkumpul di altar Tuhan. Ini bukan
sekadar rutinitas, tetapi pernyataan iman yang hidup.
Kehadiran mereka dalam Misa adalah bentuk perlawanan
terhadap ketakutan, dan sekaligus kesaksian bahwa kasih Allah lebih kuat dari
segala penderitaan. Dalam konteks kerasulan awam, ini adalah teladan nyata:
bahwa iman bukan hanya diyakini, tetapi dihidupi.
Menariknya, negara-negara dengan populasi Katolik terbesar
seperti Brasil, Meksiko, dan Filipina justru menunjukkan variasi dalam tingkat
kehadiran Misa. Di banyak negara Barat, partisipasi Misa menurun drastis,
bahkan di bawah 20%. Fenomena ini menunjukkan bahwa kemakmuran tidak selalu
sejalan dengan kesetiaan rohani.
Sebagai umat Katolik di Indonesia, kita diajak untuk
merefleksikan: apakah kita hadir dalam Misa karena kewajiban, kebiasaan, atau
cinta? Apakah kita masih merindukan Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup
Kristiani?
Dalam karya kerasulan awam, kehadiran dalam Misa bukan hanya
soal pribadi, tetapi juga tanggung jawab komunitas. Komunitas-komunitas
kategorial dan lingkungan basis harus menjadi ruang yang menghidupkan semangat
liturgi: mengajak, mengingatkan, dan memfasilitasi umat untuk hadir dalam
perayaan Ekaristi.
Di banyak wilayah, para aktivis awam telah berinisiatif
mengadakan antar-jemput lansia ke gereja, menyediakan subsidi transportasi,
hingga menyelenggarakan Misa lingkungan secara rutin. Semua ini adalah bentuk
nyata dari pewartaan kasih Allah yang menyentuh hidup sehari-hari.
Misa Kudus bukan sekadar ritual. Ia adalah perjumpaan dengan
Kristus yang hidup. Negara-negara seperti Nigeria menunjukkan bahwa di tengah
keterbatasan, umat bisa tetap setia. Maka, mari kita belajar dari mereka: untuk
tidak menjadikan Misa sebagai beban, tetapi sebagai berkat.
Karena di altar itulah kita menemukan kekuatan, penghiburan,
dan pengutusan. Dan di sanalah, kasih Allah menjamah dunia melalui kita.
Oleh Darius Leka, S.H., M.H. –
Advokat dan Aktivis Rasul Awam Gereja Katolik
#shdariusleka #reels #foryou #fyp
#jangkauanluas @semuaorang #misaekaristi #katolikglobal #kerasulanawam
#kasihAllah #gerejakatolik #imanhidup #nigeria

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin