Berikut ini saya rangkum beberapa hal yang sering membuat
orang non-Katolik terkejut—bukan untuk membanggakan, tetapi untuk membuka ruang
dialog dan pemahaman lintas iman.
1. Katolik Itu Taat Tapi Tidak Fanatik
Banyak yang mengira bahwa umat Katolik sangat kaku dan
eksklusif. Namun saat mengenal lebih dekat, mereka justru menemukan bahwa umat
Katolik bisa sangat terbuka, rasional, dan dialogis. Ketaatan pada ajaran
Gereja tidak membuat umat Katolik menutup diri dari dunia luar. Sebaliknya,
semangat aggiornamento (pembaharuan) yang diwariskan Konsili Vatikan II
justru mendorong keterlibatan aktif dalam masyarakat.
2. Misa Katolik Itu Penuh Simbol dan Sakral
Bagi yang pertama kali mengikuti Misa Katolik, banyak yang
terkejut dengan struktur liturgi yang teratur, simbolik, dan penuh makna. Dari
tanda salib, dupa, lilin, hingga doa-doa yang diulang—semuanya bukan tanpa
alasan. Liturgi Katolik adalah perayaan surgawi yang menyentuh bumi, bukan
sekadar ibadah biasa.
3. Pengakuan Dosa: Mengapa Harus ke Imam?
Salah satu hal yang paling sering ditanyakan adalah:
“Mengapa orang Katolik harus mengaku dosa ke imam?” Jawabannya sederhana namun
dalam: karena pengampunan bukan hanya soal pribadi dengan Tuhan, tetapi juga
pemulihan relasi dengan komunitas. Imam bertindak sebagai wakil Kristus dan
Gereja, menghadirkan rahmat pengampunan secara nyata.
4. Bunda Maria dan Para Orang Kudus: Disembah?
Ini salah satu kesalahpahaman terbesar. Banyak yang mengira
umat Katolik menyembah Maria dan para santo-santa. Padahal, yang dilakukan
adalah venerasi (penghormatan), bukan penyembahan. Maria dihormati
karena perannya sebagai Bunda Allah, dan para kudus dihargai sebagai teladan
iman yang telah menang bersama Kristus.
5. Katolik Itu Sangat Sosial dan Terorganisir
Dari rumah sakit, sekolah, panti asuhan, hingga advokasi
hukum dan lingkungan—Gereja Katolik hadir dalam berbagai lini kehidupan. Banyak
orang non-Katolik terkejut melihat betapa luas dan terorganisirnya jaringan
pelayanan sosial Gereja. Ini bukan karena kekayaan institusi, tetapi karena
semangat diakonia—pelayanan kasih yang menjadi jantung iman Katolik.
6. Umat Katolik Bisa Sangat Kritis Tapi Tetap Setia
Umat Katolik diajarkan untuk menggunakan akal budi. Maka tak
heran jika banyak Katolik yang kritis terhadap isu sosial, politik, bahkan
terhadap dinamika internal Gereja. Namun di balik itu, ada kesetiaan mendalam
pada ajaran dan tradisi. Iman Katolik bukan iman buta, tetapi iman yang
berpikir.
Hal-hal yang mengejutkan ini seharusnya tidak menjadi
tembok, tetapi jembatan. Gereja Katolik bukanlah menara gading, melainkan rumah
bagi semua orang yang mencari kebenaran dan kasih. Maka, mari kita terus
membuka diri, berdialog, dan menjadi saksi kasih Allah yang hidup—bukan hanya
lewat kata, tetapi lewat hidup kita sehari-hari.
Oleh Darius Leka, S.H., M.H. –
Advokat dan Aktivis Rasul Awam Gereja Katolik
#shdariusleka #reels #foryou #fyp
#jangkauanluas @semuaorang #katolik #kerasulanawam #kasihAllah #gerejakatolik
#dialoglintasiman #imanrasional #katolikituindah

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin