Dalam Injil Markus (1:14-20) dikisahkan tentang panggilan para murid Yesus yang pertama. Kisah panggilan itu didahului oleh tampilnya Yesus dalam permulaan karya-Nya. Ia sedang mengadakan perjalanan dan berseru: Bertobatlah dan percayalah kepada Injil Allah! Seruan ini rupanya ditanggapi langsung oleh empat murid pertama, yaitu Andreas, Simon, Yakobus dan Yohanes. Ketika Yesus berkata: Mari, ikutlah Aku! Mereka langsung mengikuti Yesus dan meninggalkan pekerjaan mereka sebagai nelayan, penjala ikan.
Ada beberapa pengajaran penting yang dapat kita renungkan dari kisah panggilan yang sangat singkat dari para murid yang pertama ini. Pertama, panggilan merupakan tanggapan atau jawaban dari pihak manusia atas sapaan kasih dari Tuhan. Orang yang dipanggil tentu saja adalah orang yang dipilih dan dikhususkan oleh Tuhan bagi kelanjutan karya-Nya. Simon Petrus bersama yang lainnya diubah oleh rahmat panggilan mereka dari penjala ikan kepada penjala manusia. Kedua, inti dari panggilan adalah pertobatan. Tobat memiliki bermacam-macam pengertian. Tobat dapat berarti meninggalkan yang jahat dan beralih kepada yang baik dan benar dengan penuh sesal. Tobat dapat juga berarti perubahan hati dari penuh dosa kepada penuh rahmat dan mengganti haluan hidup. Tobat bisa juga dipahami sebagai berpaling dari hal-hal yang tidak berkenan di mata Tuhan kepada yang dikehendaki-Nya. Ketiga, mengikuti Yesus tidak memiliki persyaratan. Ketika dipanggil para murid itu tanpa banyak pertimbangan langsung mengikuti Dia. Di sini diperlihatkan kepada kita sikap percaya seutuhnya pada Tuhan. Di sana tidak ada sedikitpun ruang untuk keragu-raguan, kecemasan dan ketakutan. Bersama Yesus ada kepastian dan jaminan hidup. Bersama Yesus segalanya menjadi lebih berarti.
Di samping tiga hal di atas, ada satu ciri panggilan yang kiranya menjadi tolak ukur yang mendalam, yaitu TOTALITAS. Mengikuti Yesus rupanya tidak bisa setengah-setengah. Yesus memanggil setiap orang untuk ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah secara penuh. Jika orang berkata “ya” terhadap Tuhan, maka ia mesti berkata “tidak” terhadap yang lain. Sikap totalitas ini dikatakan di dalam kata “meninggalkan pekerjaan mereka”. Meninggalkan segala harapan hidup dari pekerjaan tentu saja tidak gampang. Jangankan meninggalkan pekerjaan selama-lamanya, sejenak saja berhenti dari pekerjaan untuk melayani Tuhan ada kalanya orang terlalu merasa sayang dan tak rela. Bahkan banyak orang tidak memiliki waktu barang sedikitpun untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan. Jadi, adakah orang yang rela dan ikhlas hati untuk meninggalkan banyak hal demi Tuhan? Tentu pertanyaan ini juga ditujukan kepada kita masing-masing.
Akhirnya kita dapat berkata bahwa sesungguhnya Yesus menjamin kelangsungan hidup setiap orang yang dipanggil-Nya. Yesus menjamin kehidupan para murid yang pertama. Sikap pasrah yang diperlihatkan pada murid itu menjadi sangat mengagumkan. Seakan-akan kebersamaan dengan Yesus dapat membayar segalanya. Inilah prinsip kemuridan yang diajarkan kepada kita. Yakni, Tuhan menawarkan nilai yang melebihi segala nilai yang ditawarkan oleh dunia ini. Seperti yang dikatakan oleh Paulus bahwa dunia yang sekarang kita kenal akan berlalu. Paulus mengarahkan pandangan kita kepada nilai yang melampaui keduniawian sehinggal hal-hal duniawi diperlakukan seakan-akan tidak ada sama sekali.
Singkatnya, makna dari kemuridan kita adalah kesadaraan akan nilai yang dialami bersama Tuhan selalu melampaui keduniawian ini sehingga sekalipun kita meninggalkan banyak hal toh kita mendapat rahmat dan berkat melebihi apa yang telah kita tinggalkan. Yang penting, kita percaya penuh pada-Nya. Bagi kita para murid-Nya, keberanian untuk meninggalkan banyak hal demi Tuhan hanya dapat kita lakukan jika kita percaya kepada Dia. Jika kita meluangkan waktu dan tenaga kita bagi Dia, niscaya Dia pun akan menjamin hidup kita. Jika kita meninggalkan pekerjaan dan kesibukan kita sejenak, dan mempersembahkan pelayanan bagi-Nya, niscaya Dia akan juga memberkati segala usaha dan jerih payah kita. Tuhan selalu setia pada janji-Nya. Semoga kita percaya akan hal ini. Adakah kita seorang murid Yesus yang berani “meninggalkan” sesuatu demi pelayanan untuk Tuhan Yesus? Semoga kita bisa menjawabnya. Tuhan Yesus memanggil dan memberkati kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin